Berita Muba
Kisah Nenek Khodijah yang Kekeh Enggan Jual Rumah Warisan Ortu Meski Sudah Sering Tertabrak Mobil
"Sudah puluhan tahun saya tinggal di rumah ini, saya sendiri sudah lupa berapa banyak mobil yang menabrak rumah saya," kata nenek Khodijah.
Penulis: Fajeri Ramadhoni | Editor: Refly Permana
Laporan wartawan Sripoku.com, Fajeri Romadhon
SRIPOKU.COM, SEKAYU - Memiliki rumah di pinggir jalan dan tepat di tikungan menjadi kekhawatiran tersendiri untuk nenek Khodijah (78).
Rumahnya yang persis berada di pinggir jalan lintas tengah (Jalinteng) Palembang-Lubuklinggau, tepatnya di Dusun 3, Desa Ngulak, Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Muba tampak begitu mencolok lantaran berada tak jauh dari bahu jalan.
Tikungan tajam, yang diberi nama oleh warga dengan tikungan pangeran itu, begitu curam, dan rumah sang nenek tepat berada di ujung siku pertikungan.
Baca juga: Mengenal LBH ICMI Peduli Muaraenim yang Melayani tanpa Bayaran, Ada Klien Kasus Pembunuhan Bebas
Akibatnya, rumah permanen yang terbuat dari papan dan kayu lawas ini kerap menjadi langganan ditabrak oleh kendaraan yan terjebak di tikungan pangeran.
Tak heran, nenek Khodijah seakan sudah terbiasa dengan tabrakan mobil yang menghantam rumahnya, pernah suatu hari ketika sebuah mobil minibus menghantam rumahnya seakan mau runtuh.
Genteng-genteng berhamburan tiang-tiang rumah bergoyang akibat hantaman mobil.
"Sudah puluhan tahun saya tinggal di rumah ini, saya sendiri sudah lupa berapa banyak mobil yang menabrak rumah saya," kata nenek Khodijah saat dibincangi Kamis (26/11/2020).
Nenek Khodijah mengaku, bahkan belum lama ini kamar mandi yang ada di bagian belakang rumahnya hancur ditabrak mobil.
Baca juga: Peringatan Dini Gelombang Tinggi Dari BMKG 27 November 2020, Ketinggian Capai 4 Meter
"Rumah saya bergoyang hebat, bahkan gentengnya sering jatuh kalau ada mobil yang menabrak rumah saya, tapi Alhamdulillah masih diberikan Tuhan keselamatan dan kesehatan," kata nenek Khodijah.

Karena sudah terlalu sering rumahnya ditabrak, saat ini dirinya sudah terbiasa dan tidak merasa aneh lagi.
Hanya saja, dia tetap waspada meskipun dirinya tidak memilih pindah dari rumah tersebut ketimbang harus selalu hidup dihantui oleh kendaraan yang terperosok di tikungan pangeran.
"Saya tidak mau pindah, karena rumah ini warisan dari orangtua saya. Beliau sudah berpesan agar rumah ini dijaga dan jangan dijual, makanya saya tetap mau tinggal disini," jelasnya.
Baca juga: Ramalan Cuaca 33 Kota Besar di Indonesia 27 November 2020: Ambon Hujan Ringan Hingga Sedang
Dirinya berharap kepada pemerintah untuk dapat memasang rambu-rambu atau penghalang agar tabrakan tidak terjadi lagi.
“Saya minta kepada raja-raja (sebutan untuk pemimpin zaman dahulu) dipasang penghalang, kalau pindah saya tidak mau sudah pesan dari orangtua rumah ini jangan dijual,” tutupnya.