Masuk Hutan Rimba, Mahasiswa Unsri Ajak Anak-anak di Kelompok Suku Orang Rimba Kenal Literasi
Meski kegelapan dalam hutan, bukan berarti Anak – anak Suku Orang Rimba harus kegelapan dalam belenggu buta aksara.
SRIPOKU.COM - Tanamkan pentingnya literasi baca, tulis, hitung bagi anak usia dini,
Mahasiswa Unsri bantu penyelenggaraan Pendidikan untuk anak – anak suku orang
Rimba yang masih tertutup.
Meski kegelapan dalam hutan, bukan berarti Anak – anak Suku Orang Rimba
harus kegelapan dalam belenggu buta aksara.
Tergabung dalam organisasi mahasiswa pencinta alam Gemapala Wigwam
FH Universitas Sriwijaya secara sukarela memfasilitasi akses pembelajaran berupa
buku – buku untuk mendukung kegiatan belajar mengajar berlangsung, melalui
penyaluran donasi buku – buku cerita bergambar anak hingga ke buku – buku
konteks pembelajaran.
Tergabung dalam organisasi mahasiswa pencinta alam Gemapala Wigwam
FH Universitas Sriwijaya (Unsri), mereka dengan sukarela memfasilitasi Sekolah
Rimba Pintar Sungai Kuning, Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi. Rabu
(18/11/2020).
Saiful Zha Indra, selaku ketua Umum Gemapala Wigwam FH Unsri
menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud kepedulian terhadap anak-anak
suku rimba yang masih terbatas kemampuan baca tulis hitungnya.
Atas kondisi demikian, anggota lain (Syafira Aprilia, Fabilla Akbar, Alif Diyo, Nandita Swastika,
Aldo Carnegie) berinisiatif mengunjungi anak rimba secara langsung, memberikan
pelajaran sekaligus memberikan sokongan berupa buku-buku cerita bergambar,
buku mewarnai, buku berhitung. Hasil donasi yang didapat dari anggota dan
Komunitas Literasi Roemah Baling.
Sekolah Rimba Pintar yang berdiri sejak 2016 ini adalah salah satu dari tiga
sekolah yang dibuat dan dibawah binaan dari Balai Taman Nasional Bukit Duabelas.
Lokasi Sekolah Rimba Pintar Sungai Kuning memiliki waktu tempuh kurang
lebih dua jam dari Sarolangun.
Medan yang ditempuh berbukit dengan kemiringan rata-rata 15 derajat, yang
tidak biasa jalan di hutan dipastikan berpeluh keringat.
Fasilitas rumah sekolah pun sudah berdiri, berikut sarana penunjang di
sekolah yang bernama Sekolah Rimba Pintar Sungai Kuning itu. Tetapi cukup
disayangkan, pelaksanaan KBM masih belum produktif.
Mendapati salah satu budaya dari kehidupan masyarakat Suku Orang Rimba
yang tidak ingin keluar meninggalkan rumah mereka di dalam hutan, menjadikan
bangunan Sekolah Rimba Pintar Sungai Kuning ini tidak berfungsi sebagaimana
mestinya.
"Anak rimba keberatan keluar dari hutan, lantaran sudah jadi kebiasaan
mereka menetap disana. Jadi terpaksa guru pengajar masuk kedalam hutan.
Membawa peralatan belajar dengan berjalan tiga kilometer dari gedung sekolah ke
pemukiman masyarakat kelompok Suku Orang Rimba di hutan," ibu Arum
menjelaskan.
Anak-anak rimba disana melangsungkan kegiatan belajar secara komunal.
Dididik oleh tiga orang guru yang mengajar secara bergantian, buah dari kerjasama
PT Sari Aditya Loka (SAL) dan TNBD.
Namun dalam keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar, Sekolah
Rimba Pintar Sungai Kuning ini memiliki beberapa kendala, diantaranya kurangnya
fasilitas pendukung dalam kegiatan belajar mengajar berupa ketersediaan buku –
buku.
Ibu Arum, selaku guru yang sedang memberikan pelajaran mengapresiasi
kedatangan rombongan. Beliau juga menyampaikan harapannya agar dapat lebih
banyak masyarakat yang melakukan hal serupa, dan peduli pada semangat belajar
anak-anak Suku Orang Rimba.