Wong Kito

Mengenal Rebo Iskandar Pohan Direktur PT Swarna Dwipa Sumsel Gemilang, Pernah Jadi Tukang Cuci Mobil

Rebo Iskandar Pohan sudah terbiasa hidup mandiri dengan bekerja serabutan mendapatkan penghasilan uang untuk biaya hidup dan biaya sekolah

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Sudarwan
Dok Pribadi
Direktur PT Swarna Dwipa Sumsel Gemilang, Rebo Iskandar Pohan, S.Pd 

Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Meski sejak Oktober 2018 hingga sekarang ditunjuk Gubernur Sumsel H Herman Deru menjadi Direktur PT Swarna Dwipa SG/Hotel Swarna Dwipa Group (sebelumnya adalah PD Perhotelan Swarna Dwipa), salah satu BUMD milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, namun Rebo Iskandar Pohan, S.Pd tetap saja mengaku maniak bekerja memantau beberapa usaha kecil yang dari dulu menjadi tumpuan hidup keluarganya.

Menurutnya dari beberapa usaha kecil ini untuk semua urusan biaya di rumah sudah cukup terpenuhi.

Kepada wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz, pria kelahiran Babat Terawas (Musi Rawas), 15 Maret 1976 ini menceritakan di tengah keadaan ekonomi keluarga yang kurang beruntung dan menjadi anak yatim sejak usia 4 tahun.

Rebo Iskandar Pohan sudah terbiasa hidup mandiri dengan bekerja serabutan mendapatkan penghasilan uang untuk biaya hidup dan biaya sekolah sebagaimana tersaji dalam wawancara berikut ini.

@ SRIPOKU.COM : Benarkah hobi Anda maniak bekerja?

# JAWAB: Benar, saya agak maniak bekerja dan tidak gampang putus asa dalam menggarap usaha.

Saya tidak menggarap usaha besar, dari dulu saya hanya menggarap usaha-usaha kecil, yang cukup untuk biaya hidup dan kebutuhan lainnya.

Berwiraswasta dari bawah, mulai dari jual kertas, cetak spanduk, sablon kaos, jual pempek, memproduksi & menjual nata de coco yang bahan utamanya dari air kelapa yang dibuang pedagang kelapa di pasar.

Terbiasa mandiri dari umur 4 tahun. Ditinggal bapak, SD dan SMP mencari uang sendiri.

Mencuri-curi waktu mengambil upahan nyadap karet dan mengumpulkan batu/koral di sungai untuk dijual.

Tahun 2010 saya dan rekan, Bapak Nitis Mito seorang guru seni rupa di Palembang merintis dan membuat Karangan Bunga Rental (Florist) dan pernah booming di tahun 2012 dengan total pesanan per bulan mencapai 1.200 papan.

Sembari tetap menjual beras, gula dan sembako lainnya yang saya dapat harga pertama dari pemasok, sehingga mendapat keuntungan yang cukup lumayan.

@ SRIPOKU.COM : Anda terlahir menjadi anak yang pandai baik di bidang pelajaran sekolah maupun mengaji.
Bisa diceritakan bagaimana bisa sejak kelas 3 SD Anda sudah menjadi Asisten Guru?

# JAWAB: Sejak di bangku Sekolah Dasar Negeri 1 Babat Kecamatan BKL Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas alhamdulillah selalu rangking 1.

Karena sekolah mengalami keterbatasan guru yang hanya ada dua guru, kepsek dan 1 guru.

Terkadang guru tidak masuk. Saat saya kelas 3 sudah diminta bantu ngajar kelas 1 dan 2.

Sering dapat uang semacam honor dan jadi anak didik kesayangan kepsek, namun tetap dalam pengawasan.

Dulu kelas 3 SD saya sudah hafal Butir-Butir Pancasila lengkap dari Sila ke-1 sampai dengan Sila ke-5 dan mampu berhitung cepat.

@ SRIPOKU.COM : Benarkah berkat dorongan dari Kepsek SD, anda bisa melanjutkan ke SMP.

# JAWAB: Karena faktor ekonomi/biaya tamat SD saya memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah walaupun NEM (Nilai Ebtanas Murni) saya terbesar ke-2 se-Kecamatan BKL Ulu Terawas.

Namun karena mendapat dorongan Kepsek SD saya melanjutkan bahkan didaftarkan oleh beliau.

Untuk mencapai sekolah SMP harus jalan kaki ditempuh lebih kurang 2 jama perjalanan dari tempat tinggal orang tua saya.

Habis subuh jam 05.00wib berangkat agar sebelum jam 07.00wib sudah tiba di sekolah.

Alhamdulillah di SMP Negeri 1 Terawas saya selalu rangking 2, walaupun sering bolos sekolah.

Bolos sekolah tersebut saya manfaatkan untuk menyadap karet mencari uang.

Dalam satu minggu 2 sampai dengan 3 hari termasuk hari Minggu saya menyadap karet mencari upahan.

Tamat SMP dengan nilai cukup bagus. Saya sudah merasa yakin tidak melanjutkan ke SMA.

Berkat ijin orang tua (Ibu) saya memutuskan untuk berladang/buka kebun karet dengan sistem bagi garap, saya yang menggarap tanah orang dan nanti hasil setelah tanam tumbuh sekitar 2 tahun kebun/termasuk tanahnya bagi dua.

Di sela menanam karet juga menanam jagung dan sayur-mayur yang dapat dijual.

Memasuki bulan ke-2 berladang tiba-tiba Ayuk misan saya (Nurmanila) ke ladang dan menyampaikan surat bahwa saya diterima di SMA Negeri 1 Lubuk Linggau.

Padahal saya tidak pernah mendaftar di SMA tersebut.

Setelah masuk saya mencoba mencari informasi kenapa saya di panggil ke SMA Negeri 1 Lubuk Linggau ternyata NEM (Nilai Ebtanas Murni) SMP saya masuk 10 besar se-Kabupaten Musi Rawas.

Dan Kepsek SMA Negeri 1 Lubuk Linggau waktu itu Bapak Muchtar Aman memanggil saya yang tidak mendaftar ke sekolah tersebut, ya semacam siswa undangan begitu.

@ SRIPOKU.COM : Katanya Anda punya kesan saat baru masuk SMA sempat diejek/bully lantaran mengunakan kaos kampanye partai.

# JAWAB : Tahun 1992 Saya masuk SMA Negeri 1 Lubuk Linggau setelah penerimaan/proses belajar sudah berjalan lebih kurang 1 bulan, sehingga saya tidak sempat mengikuti Penataran P4 (yang waktu itu wajib diikuti) sehingga saya mengikuti Penantaran P4 tahun berikutnya (1993).

Saya ingat betul waktu hari pertama dan jam pertama saya masuk SMA adalah pelajaran olahraga.

Waktu itu saya belum dapat baju seragam Olahraga dari sekolah tapi diwajibkan pakai baju kaos, spontan saya buka kemeja putih yang didalamnya saya pakai baju kaos, dan teryata baju kaos Partai..yang ada tulisan “Coblos Nomor 2”.

Jadi sepanjang Olahraga saya jadi ejekan kawan-kawan “Coblos Nomor Dua, Coblos Nomor Dua...” yang waktu itu kawan-kawan sekelas saya rata-rata anak Pejabat dan anak orang kaya di Lubuk Linggau.

Zaman itu cukup terkenal SMA Negeri 1 Lubuk Linggau tempat kumpulan anak-anak pejabat dan orang berada/kaya.

Tapi saya terus semangat dan tidak mempedulikan mereka.. Saya terus mengikuti pelajaran sekolah pertama saya di SMA.

Alhamdulillah setelah penerimaan Rapor semester pertama saya rangking 3 dan saya sering jadi langganan kawan-kawan sekelas yang berada/kaya untuk membantu buatkan PR (Pekerjaan Rumah) dan mendapat imbalan diajak makan/jajan gratis di Kantin sekolah.

@ SRIPOKU.COM : Anda memberikan privat pelajaran sekolah dan mengaji.

Lantas kapan Anda punya waktu belajar untuk diri sendiri.

# JAWAB : Dengan berbekal fasih berbahasa Jawa semasa SMA saya menumpang di rumah Nenek Angkat yang sehari-hari saya panggil “MBAH” Orangnya sangat baik dan ramah serta dengan senag menerima saya tinggal di rumahnya.

Mbah tersebut tinggal bersama 3 anak-anaknya yang sudah cukup dewasa tapi belum berkeluarga.

Untuk biaya hidup dan sekolah saya mengajar privat pelajaran sekolah dan mengaji.

Saya mengajar dari rumah ke rumah.

Waktu itu ada 3 rumah saya mengajar privat dan mengaji (Anak-anak Wakasek, Anak-anak Pejabat DLAJ dan Anak-anak Thionghoa Mualaf).

Rumah pertama jadwalnya Habis Sholat Ashar, Rumah Kedua habis dari Rumah pertama sampe Sholat Isya dan Rumah Ketiga Ba’da Sholat Isya.

Sehingga saya baru pulang ke tempat Kost jam 21.00 WIB dan terkadang sampai jam 22.00 WIB.

Pulang dari mengajar saya tidur dan bangun sekitar jam 03.00 WIB sholat tahajud dan dilanjutkan dengan belajar.

Habis sholat subuh saya membantu Mbah mengupas kelapa yang akan dijual ke pasar dan membersihkan/menyapu halam rumah yang cukup luas ditanami kelapa dan buah-buahan lainnya.

Alhamdulillah dari hasil mengajar privat pelajaran sekolah dan mengaji tersebut cukup memenuhi biaya hidup dan keperluan sekolah.

@ SRIPOKU.COM : Anda katanya pernah bercita-cita ingin jadi dokter, bagaimana ceritanya berubah masuk ke FKIP?

# JAWAB : Dulu waktu di masa sekolah saya sangat kagum melihat dokter.

Bekerja dengan profesinya banyak membantu/menyembuhkan orang dan rata-rata dokter mapan dari segi pendapatan/ekonomi.

Saya tertarik untuk merubah nasib perekonomian keluarga dan menolong orang dengan bercita-cita menjadi dokter.

Modal kemampuan akademis waktu itu cukup mumpuni tapi modal kemampuan biaya sangat tidak mendukung.

Sehingga saya mengubur dalam-dalam cita-cita itu.

Saya memutuskan untuk masuk FKIP yang biayanya jauh lebih rendah dan bisa sambil bekerja serabutan mencari uang, seperti mengajar privat dan bimbel.

Tamat SMA alhamdulillah NEM saya masuk 5 besar dari Jurusan A1 (Fisika).

Namun sudah merasa pesimis tak mungkin lagi bisa kuliah karena faktor biaya.

Terbayang lagi oleh saya untuk pulang ke kampung untuk berkebun.

Lalu terbaca di koran Sripo bahwa ada UMPTN Unsri di Palembang.

Dengan berbekal seadanya saya naik kereta api ekonomi nekat ke Palembang dan ikut UMPTN dengan memilih Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Unsri.

Habis itu tidak lagi saya urus.

Saya pun berangkat ke Kapahyang Bengkulu ikut kakak berkebun kopi dan cabe di sana.

Selang beberapa lama saya mendapat kabar pengumuman hasil UMPTN saya diterima.

Dengan bekal nekat dengan uang cukup untuk ongkos ke Palembang saya ke Palembang mendaftar ulang ke Unsri.

Ternyata ada biaya waktu itu sekitar Rp 600.000,- untuk biaya SPP, Baju Almamater, Kemahasiswaan, dan lain-lain yang harus dibayar waktu mendaftar.

Kalau tidak membayar dianggap mengundurkan diri.

Niat saya sudah bulat saya HARUS KULIAH, sehingga dengan memberanikan diri saya menghadap Rektor Unsri Bapak Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME untuk minta keringan penundaan pembayaran biaya-biaya tersebut.

Alhamdulillah permohonan saya dikabulkan dan saya dikasih waktu selama 6 bulan untuk melunasi biaya tersebut.

Hari pertama masuk kuliah saya mengikuti Ospek dan Penataran P4.

Alhamdulillah di Penataran P4 saya masuk 10 besar mahasiswa terbaik Unsri dari berbagai fakultas/jurusan.

Penyerahan Piagam 10 Besar Terbaik Penantaran P4 diserahkan langsung oleh Rektor Unsri Prof. Ir. H. Machmud Hasjim, MME.

Karena pernah bertemu waktu menghadap beliau minta keringan waktu pembayaran biaya masuk, beliau masih ingat betul dengan saya dan sempat dirangkul beliau seraya berbisik 'Saudara Berprestasi', jangan dipikirkan lagi biaya masuk tempo hari.

Dan sejak itu saya tidak pernah ditagih lagi oleh keuangan Unsri.

Ternyata setelah saya tanya sudah dilunasi bapak rektor.

Ini pertolongan pertama yang sangat berkesan dari bapak rektor saya waktu itu.

Awal ke Palembang saya menumpang di kost-an anak ayuk misan saya yang waktu itu kuliah juga di Poltek Unsri semester V di Lorong Seroja IV (Lunjuk Jaya), persis disamping Kampus Unsri Bukit Besar Palemabang.

Di kost-an hanya numpang tidur di ruang tamu.

Untuk makan dan biaya kuliah lainnya serabutan mencari uang.

Saya mencuci mobil di Cucian Mobil Brimob Bukit Besar.

Habis subuh saya sudah nongkrong di cucian mobil tersebut dan biasanya mobil angkot Bukit Besar - Ampera yang sering mencuci di sana disamping mobil pribadi dan mobil-mobil dinas Unsri.

Apabila jadwal kuliah saya kosong dari habis subuh sampe malam di cucian mobil tersebut.

Kalau ada jadwal kuliah saya break dulu kuliah.

Putih dan berkerak kulit badan, tapi Alhamdulillah cukup untuk biaya makan dan keperluan kuliah.

Hampir 1 tahun saya menjadi tenaga tukang cuci di cucian mobil tersebut.

Selain mencuci mobil saya menjual kertas HVS kepada mahasiswa jurusan MIPA FKIP Unsri.

Semester awal (I & II) Mahasiswa Jurusan MIPA FKIP cukup disibukan dengan Laporan Pratikum yang harus diketik dengan mesin tik sehingga peluang ini saya manfaatkan dengan menjual kertas.

Tidak kurang 10 rim per hari saya bawak dan menjual kertas dengan kawan-kawan mahasiswa di kampus.

Dari hasil mencuci mobil dan menjual kertas ini saya bisa bertahan hidup dan memenuhi biaya kuliah sehari-hari.

Saya pernah mencuci mobil Dekan FKIP Unsri Bapak Drs H Lipurnaim.

Habis mencuci beliau menghampiri saya dan mengasih uang tip dan setelah itu berbalik lagi menghampiri saya.

Beliau menyapa rasa-rasa pernah melihat saya sebelumnya.

Dengan jujur dan ada perasaan malu saya mengatakan saya mahasiswa bapak.

Saya kuliah di FKIP Unsri. Spontan beliau mengatakan Senin besok menghadap saya dan berlalu.

Hari Senin dengan perasaan aduk dan takut saya menghadap beliau.

Sesampai di ruangan beliau, saya duduk dan langsung memerintahkan stafnya untuk memanggil PD III Bapak Syarkowi.

Setelah Bapak PD III duduk, pak dekan ngomong ke PD III tolong dibantu mahasiswa kita ini untuk beasiswa.

Langsung Pak PD III mengiyakan dan langsung meminta saya melengkapi persyaratan untuk mendapatkan beasiswa.

Akhir semester II saya masuk HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dengan mengikuti perkaderannya PLK dan LK I.

Habis lulus mengikuti LK I saya ditawari senior saya di HMI untuk tinggal bersama mereka di “cabang”, sebutan untuk Sekretariat HMI Cabang Palembang di Gedung YPU Jalan Radial Palembang.

Selain di HMI saya juga aktif di organisasi mahasiswa intra kampus, Senat Mahasiswa Fakultas dan Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Unsri.

Di HMI dan Organisasi Kemahasiswaan Intra Kampus lainnya saya banyak belajar organisasi dan mengenal orang-orang hebat baik di daerah maupun nasional.

@ SRIPOKU.COM : Tolong ceritakan bagaimana Anda mendapat gelar marga Pohan, sedangkan Anda asli wong Babat Terawas ( Musi Rawas ) ?

@ JAWAB: Pasca LK I HMI saya ditunjuk oleh Pengurus HMI Cabang Palembang menjadi Ketua Panitia PLK Akbar HMI Cabang Palembang.

Alhamdulillah PLK Akbar tersebut sukses, lebih kurang 1.000 (seribu) orang mahasiswa yang mengikuti PLK Akbar HMI itu.

Di PLK Albar tersebut menghadirkan banyak pembicara dan moderator hebat salah satunya Bapak Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, SpOG yang waktu itu beliau adalah Dosen FK Unsri dan Direktur RSI Siti Khodijah Palembang.

Beliau sangat berkesan dengan membludaknya peserta PLK Akbar tersebut dan menanyakan siapa ketua panitianya.

Waktu itu saya langsung dipanggil menemui beliau dan menyampaikan apresiasi atas kerja panitia dan sekaligus menyumbang dana untuk kelanjutan pelaksanaan PLK Akbar tersebut.

Selang beberapa bulan berikutnya saya menghadap beliau lagi dan beliau sempat menanyakan gimana kuliah dan biaya kuliah.

Saya katakan Alhamdulillah kuliah berjalan dengan baik dan biaya saya mencari uang serabutan.

Beliau berkesan dengan cerita dan semangat saya sehingga menawarkan akan membantu saya untuk tiap-tiap bulan.

Sejak itu setiap awal bulan saya mendapat bantuan dari beliau berupa dana bulanan yang nilainya sangat berarti waktu itu.

Saya sangat sering diajak beliau ke RSI Siti Khodijah untuk diskusi sambil beliau bekerja di ruangan Direktur RSI Siti Khodijah.

Suatu ketika saya sakit DBD dan dirawat beliau di RSI Siti Khodijah.

Di sinilah saya kenal seorang bidan yang turut merawat saya dan saya sangat terkesan dengan keprofesionalan, ketulusan bidan tersebut merawat saya.

Selang 2 Minggu dirawat saya sembuh dan mengatakan ke Bapak Dr. Hakim Sorimuda Pohan, SpOG bahwa saya akan melamar salah seorang stafnya di RSI Siti Khodijah yang dulu merawat saya.

Alhamdulillah beliau merestui dan saya langsung melamar bidan tersebut.

Bidan tersebut cukup kaget karena kami baru kenal di rumah sakit saat saya dirawat.

Alhamdulillah lamaran saya diterima dengan syarat saya harus ada Marga Batak, karena bidan yang saya lamar ini anak tertua dan bermarga Nasution.

Saya sampaikan hal ini dengan Bapak Dr. Hakim Sorimuda Pohan, SpOG dan langsung spontan beliau mengatakan Marga Rebo adalah POHAN.

Marga Pohan ini dianugerahi dengan secara adat batak oleh Tokoh Masyarakat Batak di Sumsel waktu itu dipimpin oleh Bapak Zulkip Siregar (Mantan Sekda Sumsel) di awal prosesi pernikahan saya.

Dan bidan yang saya ceritakan tadi bernama Bidan Nurmawan Nasution, AMKeb yang sudah hampir 19 Tahun mendampingi saya dan kami dikaruniai 2 orang anak.

Dari Bapak Dr. Hakim Sorimuda Pohan, SpOG dan senior saya H Syaiful Islam di akhir tahun 2002 saya diajak bergabung di Partai Demokrat sebagai anggota dan Pengurus DPD Partai Demokrat Sumsel.

Di sini saya banyak belajar politik dari para senior mulai dari Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel bapak Sarjan Tahir, dkk.

Yang sangat berkesan bagi saya, saya adalah orang pertama yang menemui/melayani Bapak Harnojoyo (atas perintah bapak Sarjan Tahir) pertama kali ke Sekretariat DPD Partai Demokrat Sumsel karena Bapak Harnojoyo ingin masuk dan menjadi Anggota Partai Demokrat.

Saya yang menyiapkan Kartu Anggota Demokrat Bapak Harnojoyo dan menyematkan Pin Logo Partai Demokrat di baju yang beliau pakai waktu itu, seraya berucap mulai sekarang Pak Harnojoyo resmi menjadi Anggota Partai Demokrat.

Selang beberapa tahun kemudian Bapak Harnojoyo terpilih menjadi anggota DPRD Kota Palembang dan di periode kedua beliau menjadi Ketua DPRD Kota Palembang dan akhirnya terpilih menjadi Wakil Walikota dan sekarang menjadi Walikota Palembang kita yang sudah memasuki periode kedua.

Saya pernah mencoba keberuntungan menjadi caleg dari Partai Demokrat, tapi belum berhasil.

Pasca nyaleg di Partai Demokrat saya berkenal baik dengan Bapak M Obrin Saleh dan beliau mengajak saya bergabung dan membantu memajukan perusahaannya yang bergerak di bidang perdagangan dan kontraktor/konstruksi.

Di perusahaan ini saya ditunjuk menjadi GM PT SSM Group (ada 5 perusahaan).

Tidak kurang dari 5 tahun bergabung dengan Pak M Obrin Saleh.

Alhamdulillah perusahaan beliau maju pesat dan saya belajar bagaimana berbisnis.

Setelah itu saya pamit dengan Bapak M Obrin Saleh untuk memulai buka usaha sendiri dan sampai sekarang kami terus menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan baik.

Awal tahun 2010 saya ketemu dan berkenalan dengan bapak H Herman Deru melalui sabahat/senior saya H Bustomi Rene Putra dan HM Antoni Toha.

Dimana waktu itu Bapak H Herman Deru berniat untuk mencalonkan diri menjadi Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel.

Diajaklah saya bagian dari Tim Konsolidasi dan Pemenangan beliau.

Dalam perjalanan di tengah sengitnya pertarungan politik memperebutkan posisi Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel.

Dan akhirnya Bapak H Herman Deru memutuskan untuk membatalkan pencalonnya sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel.

Pasca itu saya pamit ke Bapak H Herman Deru, tapi beliau sempat berpesan untuk datang ke kantornya di Martapura OKU Timur.

Rebo Iskandar Pohan, S.Pd bersama Gubernur Sumsel H Herman Deru SH MM dan Mantan Gubernur Sumsel Ir H Syahrial Oesman MM.
Rebo Iskandar Pohan, S.Pd bersama Gubernur Sumsel H Herman Deru SH MM dan Mantan Gubernur Sumsel Ir H Syahrial Oesman MM. (Dok Pribadi)

Dalam benak saya ini peluang bagi saya karena beliau adalah Bupati OKU Timur.

Dan saya bisa menjadi salah seorang Penyedia Pengadaan Barang Jasa /Kontraktor secara profesional di OKU Timur.

Sebulan berikutnya saya menghadap beliau dengan membawa beberapa berkas perusahaan.

Saya diterima dengan baik di Ruang Bupati OKU Timur dan cukup lama berdiskusi.

Dan di penghujung pertemuan saya menyodorkan beberapa berkas perusahaan dengan maksud bisa ikut bersaing dalam mencari pekerjaan pengadaan barang jasa di Pemkab OKU Timur.

Sangat terkejut saya dengan jawaban beliau. "Ini dapat aku mengerti dan Adindo Rebo simpanlah dulu berkas-berkas ini.

Mulai hari ini jangan panggil aku bapak atau kakak lagi, panggil bae “Abang”.

Selamo kito ketemu konsolidasi tempo hari Abang sangat tertarik dengan caro kerjo Rebo, sekarang Abang minta tolong bantu Abang.

Abang tetap nak jadi gubernur walau kito urung jadi Ketuo Demokrat. Masalah gawean dan rejeki sambil jalan."

Saya sempat tercengang dengan ucapan beliau.

Akhirnya saya jawab “Siap Bang” tapi mohon waktu adindo nak minta persetujuan wong rumah (istri) dulu.

Inilah awal perkenalan saya dengan Bapak H Herman Deru yang sekarang menjadi Gubernur Sumsel.

Dari 2010 beliau berjuang untuk menjadi Gubernur Sumsel.

Tahun 2013 pasangan Derma (Deru- Maphilinda) kalah, dan beliau terus berjuang dengan gigih tanpa mengenal lelah dan putus asa.

Pasca kalah 2013 beliau terus berjuang dan keliling Sumsel sampailah pada tahun 2018 berpasangan dengan Bapak H Mawardi Yahyah yang dikenal dengan pasangan HDMY terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel Periode 2018-2023.

Di tahun yang sama 2010 pasca memutuskan batal mencalonkan sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel selang beberapa bulan ke depan saya dkk diminta Bapak H. Herman Deru menyiapkan Deklarasi Ormas NasDem Sumsel yang terakhir menjadi Partai NasDem.

Bapak Herman Deru sebagai Ketua Ormas NasDem Sumsel dan saya sebagai salah satu Wakil Sekretaris Ormas NasDem Sumsel.

@ SRIPOKU.COM : Siapa saja orang yang berjasa dalam hidup Anda?

# JAWAB : Semua orang yang saya temui dari saya lahir dan sampai sekarang tentunya berkesan dan berjasa terhadap perjalanan hidup saya.

Sudah barang tentu yang paling berjasa adalah kedua orang tua terutama ibu.

Dari dulu saya punya prinsip tidak mengharapkan harta dari orang tua, hanya restu dan doanya yang sangat saya harapkan.

Saya berprinsip walaupun saya belum bisa menyenangkan mereka tapi setidak-tidaknya saya berusaha untuk tidak membuat mereka susah.

Bapak saya meninggal dunia saat saya masih berusia 4 tahun.

Ibu meninggal dunia di tahun 2000 dimana saya masih berjuang menyelesaikan kuliah sehingga beliau belum sempat melihat saya diwisuda sarjana.

Inilah kenangan dan kesedihan yang mendalam buat saya.

Dalam hidup saya, saya banyak bertemu dengan orang-orang baik dan sukses.

Inilah contoh teladan dalam kehidupan saya.

Rebo Iskandar Pohan, S.Pd bersama Wakil Gubernur Sumsel Ir H Mawardi Yahya.
Rebo Iskandar Pohan, S.Pd bersama Wakil Gubernur Sumsel Ir H Mawardi Yahya. (Dok Pribadi)

@ SRIPOKU.COM : Bagaimana cara Anda menjalankan amanah menjadi Direktur PT Swarna Dwipa SG ini?

# JAWAB : Awal saya menjadi direktur di BUMD ini saya banyak belajar tentunya tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan lainnya yang mengatur tentang BUMD.

Saya sempat kursus singkat tentang manajemen perhotelan dengan salah seorang pimpinan/ manager hotel ternama.

Baru saya inventarisir semua kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman/permasalahan perusahaan yang saya pimpin.

Satu per satu dengan pengalaman organisasi dan pengalaman di dunia bisnis sebelumnya ini saya uraikan dengan baik.

Manajemen perusahaan secara bertahap saya perbaiki.

SDM, SOP dan Marketing saya benahi.

Dan Alhamdulillah sekarang semua berjalan dengan baik.

Tapi sebagaimana perusahaan-perusahaan lainnya, perusahaan kami mendapat goncangan yang cukup dahsyat saat pandemi Covid-19 sejak bulan Maret 2020 yang lalu.

Dengan semua kemampuan dan kekuatan yang ada kami lalui dengan tertatih-tatih.

Dan alhamdulillah di bulan November 2020 ini sudah mulai menunjukkan tanda-tanda baik dalam bisnis perhotelan.

Dan kami berharap pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan kita kembali ke kehidupan normal kembali dan dunia bisnis khususnya perhotelan kembali pulih kembali.

Direktur PT Swarna Dwipa Sumsel Gemilang, Rebo Iskandar Pohan, S.Pd (berdiri) dan Sekda Sumsel H Nasrun Umar (HNU)
Direktur PT Swarna Dwipa Sumsel Gemilang, Rebo Iskandar Pohan, S.Pd (berdiri) dan Sekda Sumsel H Nasrun Umar (HNU) (Dok Pribadi)

@ SRIPOKU.COM : Apa motto hidup Anda?

# JAWAB : “Hidup Mengalir Saja. Jalani dengan sungguh-sungguh setiap tugas dan tanggungjawab yang ada diiringi dengan terus beribadah & berdoa dan jangan muda berputus asa. Fokus terhadap tujuan dan harus Yakin Usaha Sampai !!”

@SRIPOKU.COM : Apa yang Anda petik dari H Herman Deru?

# JAWAB : Saya banyak belajar dengan beliau dalam hal kepemimpinan dan berwiraswasta. Karena beliau adalah wiraswasta dan sekaligus pemimpin yang sukses.

“Beliau pernah mengatahkan kalau menginginkan/mencita-citakan sesuatu harus dengan usaha yang sungguh-sungguh.

MAN JADDA WAJADA:
Barang Siapa Yang Bersungguh-sungguh Ia Akan Dapat.

Kalimat itu cukup sering saya dengar dari beliau.

Dari 2010 sampai dengan 2018 beliau berjuang keras dan sungguh-sungguh dan hasilnya diijabah Allah doanya menjadi Gubernur Sumsel.

Doa dalam bentuk lain yang selalu saya lakukan dari 2010 yang lalu ketika lewat kantor gubernur di Jalan Kapten A Rivai dan Griya Agung di Jalan Demang Lebar Daun Palembang, saya selalu baca “Sholawat Nabi” minimal 3x seraya berdoa dalam hati suatu saat nanti Bang Deru jadi Orang Nomor 1 di Kantor Gubernur dan Griya Agung Palembang.

Begitu juga kalau saya ada keinginan/cita-cita, saya selalu baca “Sholawat Nabi”, Alhamdulillah diijabah Allah SWT. *

Rebo Iskandar Pohan, S.Pd bersama istri dan kedua putrinya.
Rebo Iskandar Pohan, S.Pd bersama istri dan kedua putrinya. (Dok Pribadi)

BIODATA

Nama : Rebo Iskandar Pohan, S.Pd

TTL : Babat (Musi Rawas), 15 Maret 1976

Istri : Nurmawan Nasution, AMKeb

Anak : 2 orang

1. Mutiara Salsabillah Pohan (18 Tahun)
Mahasiswa Semester I Fakultas Ekonomi Unsri

2. Nabila Afifa Pohan (15 Tahun)
Siswa Kelas 11 SMA Negeri I Palembang

Nama Orangtua: Idrus (Alm) dan Cik Ipa (Almarhumah).

Anak keberapa: Bungsu dari 6 bersaudara

Hobi: Maniak bekerja.

Olahraga: Joging

Alamat Tempat Tinggal : Jalan Urip Sumoharjo Lorong Suka Damai I No.18 RT 14, RW 03 Kalidoni Palembang

Riwayat Pendidikan :

a. SD Negeri 1 Babat di Dusun Babat Kecamatan BKL Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas Tamat Tahun 1989;

b. SMP Negeri 1 Terawas di Terawas Kabupaten Musi Rawas Tamat Tahun 1992;

c. SMA Negeri 1 Lubuk Linggau di Lubuk Linggau Tamat Tahun 1995;

d. FKIP Matematika Universitas Sriwijaya (Unsri) di Indralaya Kabupaten Ogan Ilir Tamat Tahun 2002.

Riwayat Organisasi :
a. Wakil Ketua OSIS SMP Negeri 1 Terawas Periode 1990 – 1991;

b. Wakil Ketua GAPALA (Gabungan Pencinta Alam) SMA Negeri 1 Lubuk Linggau Periode 1993 – 1994;

c. Pengurus HIMMA (Himpunan Mahasiswa Matematika) FKIP Unsri Periode 1996 - 1997;

d. Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FKIP UNSRI Periode 1997 – 1998;

e. Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palembang Periode 1997 – 1998;

f. Ketua Senat Mahasiswa UNSRI Periode 1998 – 1999;

g. Sekretaris Umum HMI Cab. Palembang Periode 1998-1999;

h. Ketua Umum HMI Cab. Palembang Periode 2000 – 2001;

i. Wakil Sekretaris Ormas Nasional Demokrat Provinsi Sumatera Selatan Periode 2011-2015;

j. Ketua Bidang Majelis Wilayah Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Provinsi Sumatera Selatan Periode 2016-2021. k. PWNU Sumsel Periode 2020 - 2025

Riwayat Pekerjaan :
a. Tahun 1997 – 2005 : Wiraswasta;

b. Tahun 2005 – 2009 : General Manager PT. Sura Sukses Mandiri (SSM) Group;

c. Tahun 2009 – 2018 : Wiraswasta

d. Tahun 2018 – Sekarang : Direktur PT Swarna Dwipa Sumsel Gemilang

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved