Berita Palembang
Waspada! Ada 2.120 Kasus DBD di Sumsel Tahun Ini, 41 Persen Diderita Anak-Anak, Palembang Tertinggi
Masyarakat harus lebih waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Bulan November-Desember
Penulis: maya citra rosa | Editor: Yandi Triansyah
Gejala yang hampir mirip seperti demam antara DBD dengan Covid-19 membuat masyarakat merasa khawatir jika membawa keluarganya ke rumah sakit atau puskesmas.
Hal ini memerlukan pemahaman masyarakat bahwa antara DBD dengan Covid-19 itu berbeda.
DBD memiliki empat fase hingga bisa melewati masa kritis, maka penderita dapat selamat, namun jika fase kritis pada hari kedua dan ketiga demam tidak terus berlanjut, maka dikhawatirkan dapat menyebabkan kematian.
"Banyak yang takut jika ke rumah sakit atau puskesmas nanti akan diswab, dan dinyatakan Covid-19, padahal pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku," ujarnya.
Yudhi juga melihat bahwa ada potensi kasus DBD selama tahun 2020 ini banyak yang tidak terdeteksi, yang seperti pada tahun 2019 dan sebelumnya, pada Bulan November seharusnya kasus menanjak.
Sedangkan pada bulan Januari nanti kasus akan mencapai puncaknya. Hal ini menurutnya pada bulan ini untuk
tindakan pencegahan tepat sekali dilakukan.
"Kita melihat hampir kunjungan rumah sakit dan puskesmas
2020 menurun rata-rata 50 persen, kita harapkan masyarakat mempunyai kesadaran, dimana jika gejala suhu tinggi mengarah ke DBD, segera ke faskes," ujarnya.
Upaya ini juga dapat menekan angka kematian, dimana jika semakin cepat kasus ketemu,semakin cepat penanganan DBD.
Tidak hanya itu, fakta lainnya sebanyak 200 kasus DBD di Palembang berasal dari kelompok usia 5-14 tahun.
Dinkes Palembang mengira bahwa penularan DBD pada anak-anak terjadi di sekolah, namun ternyata hal tersebut tidak berpengaruh, kasus DBD terjadi di rumah-rumah.
"Ternyata meskipun sekolah daring, tetap saja penularan DBD tetap terjadi, dan angka tertinggi memang pada anak-anak," ujarnya.
Selain itu, Kecamatan Sukarami memiliki 58 kasus DBD tertinggi, yang mengartikan bahwa kepadatan dan mobilitas penduduk tetap menjadi penyebab terjadinya banyak kasus DBB.
"Kita melihat bahwa DBD ini justru di tempat air yang bersih, dimana banyak jentik nyamuk, juga kepadatan yang berjarak 100 meter pun nyamuk bisa menyebabkan DBD," ujarnya.