Berita Palembang
CERITA Zumari 6 Tahun Buka Usaha Kemplang Panggang di Jalan Puncak Sekuning Gang Pulau Palembang
Zumari membagikan tips cara memanggang kemplang agar tidak mudah hangus dan tetap renyah.
Penulis: maya citra rosa | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Sudah enam tahun Zumari membuka usaha kemplang panggang di kawasan Jalan Puncak Sekuning Gang Pulau RT 21 RW 06 Palembang.
Namun, baru sejak beberapa bulan terakhir ini, kawasan ini mendadak banyak yang menjual dan beralih profesi sebagai pemanggang kemplang.
Bara api di tungku panggangan kemplang membuat Zumari harus menyeka keringatnya terus menerus, sambil dengan cekatan dia membolak balikkan kemplang panggang yang mengembang dan renyah.
Zumari bersama empat orang tetangga yang juga ikut bekerja sebagai pemanggang kemplang, dalam sehari dapat menghasilkan hingga 2.000 kemplang.
Namun jumlah tersebut tidak menentu, tergantung dengan pesanan kemplang di pasar-pasar dan seberapa banyak orang-orang yang membeli langsung ke rumahnya.
Apalagi selama masa pandemi, penghasilan kemplang panggang ini benar-benar tidak menentu, karena minat masyarakat yang tidak selalu mencari kemplang panggang.
“Tidak menentu berapa yang bisa diproduksi, tapi biasanya kami hitung hampir 2.000 kemplang, karena kemplang ini termasuk usaha musiman,” ujarnya saat ditemui, Sabtu (13/11/2020).
Baca juga: Usaha Kuliner Kemplang Tunu Dini Justru Meningkat di Tengah Mewabahnya Virus Corona atau Covid-19
Baca juga: FOTO Pemecahan Rekor MURI di Pertamina Palembang, Logo K3 Terbesar dari 10 Ribu Kemplang Panggang
Baca juga: Berburu Kemplang Kriuk dan Krenyes Bersama Lemak Nian Oi di Sentra Kemplang Pipa Reja
Kemplang panggang termasuk usaha yang musiman, yang mana orang biasanya banyak membeli pada saat musim penghujan, sedangkan saat musim kemarau, kemplang cenderung kurang diminati.
Namun yang menjadi kesulitan para pemanggang kemplang, saat musim penghujan kemplang ini seringkali sulit dipanggang, karena kurang mendapatkan panas matahari saat dalam proses pembuatannya.
“Kalau sekarang kan lagi musim penghujan, ini lumayan banyak yang beli, tapi manggangnya yang agak sulit,” ujarnya.
Menurut wanita berusia 47 tahun ini, memanggang kemplang mempunyai teknik khusus, sehingga membuat kemplang tidak mudah hangus ataupun terlalu bantat saat dimakan.
Zumari membagikan tips cara memanggang kemplang agar tidak mudah hangus dan tetap renyah.
1. Kemplang mentah dijepit dengan besi khusus, kemudian dekatkan kemplang dengan api namun jangan terlalu dekat, karena dapat membuat kemplang menjadi hangus.
“Jangan terlalu dekat dengan api, tapi jangan terlalu jauh, diperkirakan saja jaraknya dengan api,” ujarnya.
2. Kemudian, kemplang yang sedang dipanggang harus terus dibolak balik, hingga bentuk kemplang mengembang dan terlihat warnanya berubah menjadi lebih kekuningan.
3. Setelah itu, kemplang dilepaskan dari penjepit, dan untuk menghasilkan kemplang panggang yang berbentuk bagus, kemplang ditekan dengan alat khusus, agar bentuk kemplang tidak melengkung dan mudah dipacking.
“Harus dipukul pakai alat yang rata seperti kayu khusus ini, jadi bentuk kemplangnya lurus tidak melengkung,” ujarnya.
4. Tidak sampai disana, kemplang yang sudah matang tidak langsung dimasukkan kedalam plastik, namun harus menunggu hilang panas dan dibiarkan sekitar 5-10 menit untuk membuat kemplang lebih renyah.
“Kalau langsung dimakan memang seperti alot, tapi tunggu 5 sampai 10 menit, tekstur kemplang berubah renyah,” ujarnya.
Zumari juga menjual berbagai jenis kemplang panggang seperti sebutan kemplang dusun, kemplang ikan sepat, ikan sarden dan ikan tenggiri, tentunya dengan harga yang relatif terjangkau, mulai dari Rp.10.000-20.000 per kantong tergantung ukuran.
“Harganya beda-beda, yang paling favorit orang itu ya kemplang dusun, kami ambil dari dusun Muara Beliti langsung, karena memang lebih keliatan bantat tapi renyah,” ujarnya.