Fakta Donald Trump Dibenci Tetapi Juga Disenangi Negara Asia, Joe Biden Masih Unggul Jajak Pendapat
Berbeda dengan Capres Joe Biden yang memang lebih kalem dan berpengalaman, namun para voters masih mempertanyakan kapasisten Joe Biden apakah mampu?
Jepang telah lama dianggap sebagai mitra dan sekutu yang berharga bagi AS. "Donald Trump adalah sekutu kami. Untuk Jepang, alasan terbesar kami mendukungnya adalah keamanan nasional," kata Yoko Ishii, seorang YouTuber yang membuat vlog dengan nama Random Yoko.
Ishii merujuk pada gangguan yang sering terjadi pada pesawat dan kapal militer China ke wilayah udara dan perairan Jepang. Sebagian besar berpusat di sekitar Kepulauan Senkaku yang disengketakan, diklaim oleh Tokyo dan Beijing yang menyebut mereka Kepulauan Diaoyu.
"Kami benar-benar menginginkan seorang pemimpin dari AS yang dapat melawan China secara agresif," katanya. "Saya tidak berpikir siapa pun bisa begitu blak-blakan dan memiliki kehadiran yang kuat, itu benar-benar harus Donald Trump," imbuhnya.
Ishii melihat Jepang dalam aliansi semu dengan negara dan wilayah Asia lainnya yang akan meminta dukungan AS terhadap Beijing. Meskipun dia sangat mendukung Trump untuk tetap berada di Gedung Putih, pendukung vokal seperti dia adalah minoritas di Jepang.
Meskipun secara umum, pandangan positif tentang AS diterima oleh mayoritas, hanya seperempat orang Jepang yang memiliki kepercayaan kepada Trump. Tidak seperti beberapa tetangga Asia sebelumnya, banyak yang berharap Biden sebagai presiden baru, karena dipandang sebagai seseorang yang akan terlibat dengan sekutunya dengan cara yang tidak dilakukan Trump, yaitu dengan akan kembali memasuki proses Kemitraan Trans-Pasifik dan terlibat lebih dekat dengan Tokyo, secara ekonomi dan militer.
==
Biden Konsisten di atas 50 Persen
Seminggu jelang hari pemungutan suara pemihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) 2020 pada 3 November, deja vu menyelimuti warga dunia terutama rakyat "Negeri Paman Sam" dan pendukung Partai Demokrat.
Calon presiden (capres) Partai Demokrat Joe Biden saat ini menurut jajak pendapat memimpin atas lawannya capres Partai Republik Donald Trump. Empat tahun yang lalu capres Demokrat Hillary Clinton juga unggul di survei atas Trump.
Tentunya kita semua tahu siapa yang memenangkan pilpres 2016. Tidak sedikit yang percaya underdog Trump dapat mengulangi kemenangan mengejutkannya itu.
Selain itu muncul juga keraguan akan akurasi survei. Apakah memang angka-angka survei yang menunjukan keunggulan Biden dapat dipercaya. Analisa Kompas.com menunjukan walau sama-sama memimpin atas Trump, keunggulan Biden dan Clinton sangat berbeda jika dikaji lebih dalam. Biden konsisten di atas 50 persen Perbedaan paling krusial antara keunggulan Biden dan Clinton adalah angka yang mereka raih di survei nasional dan survei swing states.
Biden konsisten perkasa memimpin dengan raihan 50 persen atau lebih. Rataan agregasi survei nasional oleh FiveThirtyEight menunjukan mantan Wakil Presiden Barack Obama itu selalu berada di zona 50 persen, sejak menjadi calon unggulan Demokrat pada Maret 2020. Politisi kawakan berusia 77 tahun itu juga tak tergoyahkan mendekati atau berada di zona 50 persen di swing states krusial, terutama di negara bagian Rust Belt yaitu Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan.
Hal ini sangat berbeda dengan Clinton. Mantan Menteri Luar Negeri AS itu tidak pernah menyentuh angka 50 persen. Angka tertinggi Clinton pada survei nasional menurut akumulasi data FiveThirtyEight adalah sekitar 46 persen. Hasil suara nasional atau popular vote istri mantan presiden Bill Clinton itu tidak berbeda jauh yaitu 48,2 persen.
Keunggulan Biden di survei nasional atas Trump juga jauh lebih besar dari keunggulan Clinton atas presiden berusia 74 tahun itu.
Biden saat ini memimpin dengan rataan 52 persen dan unggul 9,1 poin menurut data terakhir Five Thirty Eight, Minggu malam (26/10/2020) waktu setempat. Clinton seminggu sebelum pemilu hanya memimpin dengan rataan keunggulan 3 poin. Angka 50 atau lebih persen kerap disebut magic number karena mengacu kepada angka yang dijadikan acuan untuk meraih kemenangan pada pemilu.
