VIRAL KTP Jadul yang Dibuat Tahun 1972 Ini Bikin Salfok, Bentuk Tubuh si Pemilik KTP Dideskripsikan
Bila mengacu pada tampilan KTP sekarang, beberapa keterangan KTP jadul terkesan unik.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Saat ini zaman sudah berubah, semakin canggih dan serba modern.
Sehingga tak heran jika sebagain besar orang yang pernah merasakan hidup di zaman dulu merasa rindu terkait hal di masa lalu.
Ya, tak jarang orang memilih bernostalgia yakni untuk mengenang masa lalu demi mengingat kembali masa-masa yang tak bisa diulang kembali.
Bahkan sejumlah barang lawas di masa silam pun hingga kini masih ketemu pada masa kini.
Akan tetapi, zaman sudah berubah, sehingga jika melihat barang-barang zaman dulu kala tak sedikit yang akan merasa heran.
Biasanya orang di masa kini membandingkan gaya, penampilan hingga ejaan bahasa yang sudah cenderung jauh berubah.
Apalagi sebuah postingan terkait KTP yang satu ini justru viral di media sosial.
Tentu saja ejaan bahasa di masa silam yang digunakan menjadi sorotan publik.
Namun, yang tak kalah menghebohkan yakni mengenai deskripsi yang ada di KTP jadul ini.
Baca juga: PUNYA Sajadah Jadul yang Populer di Tahun 90-an dan Kini Viral, Anda Beruntung, Perhatikan Motifnya!
Bila mengacu pada tampilan KTP sekarang, beberapa keterangan KTP jadul terkesan unik.
Hal ini dibagikan melalui akun Facebook Unis Yuningsih di sebuah forum Facebook INDONESIA TEMPO DOELOE belum lama ini.
Pada postingan tersebut diketahui jika tampilan KTP yang diunggah dibuat pada tahun 1972.
Hal ini jelas sangat berbeda dengan KTP yang ada di zaman sekarang.
Dari segi tulisan pun masih menggunakan ejaan bahasa zama dulu yakni beberapa penulisan huruf seperti "Tj", yang jika dibaca menjadi huruf "C".
Perbedaan lainnya yakni KTP jadul tak memperlihatkan informasi mengenai tanggal lahir, melainkan menampilkan usia pengguna ketika KTP tersebut dibuat.
Tak hanya itu saja, deskripsi yang ditampilkan justru terkait dengan tubuh si pemilik KTP.
Sontak saja warganet dibuat salah fokus (salfok) saat membaca sejumlah deskripsi pada KTP jadul tersebut.
Dalam KTP jadul yang viral di media sosial ini berisi deskripsi mengenai warna kulit, rambut, mata, hidup, telinga dan "tjiri2 lain".
Mungkin akan sangat aneh jika deskripsi tersebut diterapkan pada KTP saat ini.
Sejumlah warganet pun berseloroh dan bercanda di kolom komentar apabila deskripsi di KTP jadul masih diberlakukan hingga sekarang.
"Waduh, kalau pas zaman sekarang masa ditulis MATA=BIRU padahal KULIT=SAWO MATANG/HITAM (efek soflens). Ciri-ciri lain GIGI BEPAGAR/BEHEL.Wkwkwk," komentar salah satu warganet.
"Kalo sekarang masih dipake, maka akan seperti ini : Hidung difiller, bibir disulam, alis sesuai kebutuhan Lol," celetuk lainnya.

Baca juga: VIRAL Foto Jadul Bocah Jualan Asongan di Alun-alun Yogyakarta, Disebut Sudah Punya Buyut!
Sebelumnya juga beredar foto jadul yang memperlihatkan seorang pedagang asongan di alun-alun kraton Yogyakarta.
Sejarah merupakan hal yang menjadi salah satu hal menyenangkan ketika dipelajari, apalagi saat itu beberapa generasi penerus bangsa belum lahir.
Sehingga muncul istilah bangsa yang besar bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Tak heran jika informasi mengenai sejarah dan catatan penting khususnya Indonesia kerap menyajikan ilmu pengetahuan yang sangat padat.
Selain itu, nostalgia atau mengenang masa lalu pada umumnya merupakan hal yang wajar.
Apalagi era terdahulu dan sekarang banyak sekali perbedaan dan perubahannya yang sangat jauh.
Misalnya saja ketika melihat sebuah foto jadul akan mengingatkan kembali pada masa tersebut.
Atau bahkan bagi generasi yang tak mengalaminya akan memberi tanggapan sendiri seputar kehidupan di masa silam.
• Pemkot Palembang Mendadak Batalkan Pendataan Warga Terdampak Covid-19, Sembako Murah tak jadi Dijual
Salah satu kota yang memiliki sejarah panjang yakni Yogyakarta tepatnya di alun-alun kraton Yogyakarta.
Aktivitas warga yang berdagang di sekitar alun-alun utara kraton Yogyakarta pada masa lampau ditunjukkan oleh unggahan akun Instagram Yogyakarta.
Alun-alun menjadi salah satu bagian dari yang tidak bisa dipisahkan dari Kraton Yogyakarta.
Alun-alun Kraton Yogyakarta terbagi menjadi dua, yakni alun-alun utara dan alun-alun selatan.
Alun-Alun Utara membentang seluas 300 x 300 meter persegi.
Terdapat dua buah beringin kurung yang bernama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru (yang sekarang bernama Kiai Wijayadaru).
Menurut Serat Salokapatra, benih Kiai Janadaru berasal dari Keraton Pajajaran, sementara Kiai Dewadaru benihnya berasal dari Keraton Majapahit.
Dulu hingga kini, alun-alun seringkali menjadi tempat berkumpulnya masyarakat.
Entah berjualan atau sekedar menikmati waktu sambil santai di area alun-alun.
• KISAH Pierre Tendean Perwira TNI Berwajah Bule, Pernah Diperintahkan Ini oleh Presiden Soekarno!

• Viral Video Seorang Pria Dikejar Warga di Kawasan Kecamatan IB I Palembang, Polisi Membenarkan
Dalam unggahannya tersebut menunjukkan seorang anak kecil menenteng barang jualannya menggunakan wadah khas pedagang asongan.
"Kira-kira apa ya lur yg di jual? Potret Pedagang asongan di Alun-Alun Utara Yogjakarta, ca. 1940. A. Panoedjoe," tulis akun Yogyakarta dalam unggahan tersebut.
Unggahan tersebut pun dibanjiri beragam komentar dari warganet, ada yang berusaha menebak-nebak barang dagangan yang ditenteng seperti di dalam foto.
"Bakpia paling," ujar ariefffbudiman.
Ada pula warganet yang memperkirakan umur dari penjual tersebut pada tahun 2020, bahkan menduga telah memiliki buyut.
"Bakule wis ndue buyut," ujar ansharid_
• Gambaran Kemiskinan di Indonesia Saat Pandemi Covid-19, Tak Makan 2 Hari Sampai Curi Beras
Dikutip dari laman kratonjogja.id, Semenjak jaman Majapahit, keberadaan alun-alun dalam ruang lingkup kerajaan selalu dipertahankan.
Alun-alun adalah manifestasi ruang publik, menjadi bagian tak terpisahkan dari tata ruang ibukota kerajaan.
Konsep ini kemudian diadaptasi oleh kota-kota di Indonesia, di mana sebuah ruang terbuka disediakan tepat di depan pusat pemerintahan.
Pangeran Mangkubumi, pendiri Kasultanan Yogyakarta, mahir dalam ilmu filsafat maupun arsitektur.
Gabungan dari keahlian-keahlian beliau inilah yang mewarnai struktur tata ruang Kasultanan Yogyakarta dengan simbol-simbol penuh makna.
Keraton Yogyakarta maupun bangunan-bangunan pendukungnya ditempatkan pada sebuah rangkaian pola, yang didasarkan pada sumbu filosofis, garis imajiner yang membentang lurus antara Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak.
Termasuk diantaranya dua alun-alun yang dimiliki oleh keraton, Alun-Alun Selatan dan Alun-Alun Utara.
Baca juga: Dulu Jadi Narasumber Kini Jadi Anak Buah, Beredar Foto Jadul Jokowi dan Sri Mulyani di Seminar 1998
Yuk follow Instagram Sriwijaya Post
Baca juga: Pose Rizky Billar dan Lesty Kejora Banjir Pujian, Eks Kekeyi Ini Tiba-tiba Ikut Nimbrung, Pansos!
Serta sukai fanspage Sriwijaya Post
Baca juga: Dirongrong Terus-menerus Soal Nikahi Lesty Kejora, Rizky Billar Tegas Tolak Mentah: Jujur Risih!
Jangan lupa juga subscribe YouTube Channel SripokuTV