Ketua DRD Sumsel, Prof Dr Benyamin Lakitan: Tak Ada Pilihan Lain, Produksi Pangan Wajib Ditingkatkan
Kebutuhan dan permasalahan iptek yang perlu didahulukan adalah kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat yang saat ini kurang beruntung
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - HARI Selasa (27/10), Gubernur Sumsel, H Herman Deru mengukuhkan kepengurusan Dewan Riset Daerah (DRD) Sumsel periode 2020-2022.
Pengukuhan berlangsung di Graha Bina Praja (Auditorium) Pemprov Sumsel.
Kepada wartawan Sriwijaya Post seusai pengukuhan, Prof Dr Ir Benyamin Lakitan M.Sc, selaku Ketua DRD Sumsel yang baru, berkenan mengutarakan beberapa program DRD sebagaimana tersaji dalam wawancara berikut ini.
- Selamat bapak telah dikukuhkan ketua DRD Sumsel yang baru!
Terima kasih atas perhatiannya.
- Apa kira-kira program kerja kita ke depan?
Sebagai perwakilan masyarakat iptek di daerah, Dewan Riset Daerah (DRD) perlu memberikan masukan kepada pemerintah daerah antara lain terkait dengan:
(a) mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan daerah yang membutuh kan solusi iptek dan mengusulkan prioritas dalam penangannya;
(b) memetakan realitas kebutuhan iptek daerah;
(c) membantu menyiapkan rumusan kebijakan dan arah pembangunan iptek sesuai dengan potensi keunggulan daerah;
(d) memantau dan mengevaluasi konsistensi pelaksanaan kebijakan iptek di daerah.
- Mana yang didahulukan?
Yang perlu didahulukan adalah penyiapan teknologi yang sesuai dengan realitas kebutuhan masyarakat dan untuk solusi permasalahan daerah.
Kebutuhan dan permasalahan iptek yang perlu didahulukan adalah kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat yang saat ini tergolong kurang beruntung secara ekonomi, terutama petani kecil.
- Mana yang dapat dikemudiankan?
Program yang bisa dikemudiankan adalah kegiatan yang teknologinya 100% tergantung pada pihak asing, menguras anggaran biaya yang besar, tetapi kemanfaatan dan produk hasilnya hanya menguntungkan atau dinikmati segelintir orang.
Atau hasilnya tidak secara langsung dirasakan oleh masyarakat luas.
- Optimasi-optimasi apa yang bakal dilakukan dan direalisasikan?
Pangan adalah kebutuhan paling asasi setiap individu.
Penduduk Sumatera Selatan masih terus bertambah.
Artinya, tidak ada pilihan lain, produksi pangan wajib ditingkatkan.
Dari sisi lain, ketersediaan lahan pertanian cenderung menurun akibat konversi dan degradasi kualitas lahan.
Dalam konteks ini, iptek harus mampu berkontribusi nyata dalam upaya meningkatkan intersifikasi berkelanjutan sistem produksi pangan, khususnya di Sumatera Selatan.
- Terkait permintaan Gubernur Sumsel yang salah satu di antaranya upaya meningkatkan produktivitas pertanian di Sumsel, apa komentar bapak?
Pernyataan Pak Gubernur itu menunjukkan bahwa beliau sangat memahami realitas permasalahan dan kebutuhan iptek untuk memajukan Sumatera Selatan, serta peduli dan berpihak pada upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil, terutama petani.
Biofile
BENYAMIN Lakitan menyelesaikan studi S1 di Universitas Sriwijaya (UNSRI) (1982), S2 di University of Kentucky (1987), dan S3 di Cornell University (1989) pada usia 29 tahun.
Terpilih sebagai mahasiswa teladan UNSRI (1981) dan dosen teladan nasional peringkat I (1991).
Dikukuhkan sebagai profesor ilmu pertanian pada UNSRI (1998) pada usia 37 tahun 6 bulan.
Beliau merupakan akademisi yang separo perjalanan karirnya ditugaskan di luar kampus yakni pada Pemerintahan Provinsi (Pemprov) Sumsel (1998-2005) dan Kementerian Riset dan Teknologi (2005-2015).
Pernah juga mendapat tugas tambahan di Universitas Sriwijaya sebagai Ketua Lembaga Penelitian (1996-1998) dan Dekan Fakultas Pertanian (2005).
Penghargaan lain yang pernah diterima termasuk Gamma Sigma Delta dari University of Kentucky (1995), menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI (2005), atas jasa berperan aktif dalam meletakkan standar kinerja akademik dan prestasinya di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada ilmu-ilmu pertanian, dan termasuk dalam daftar 500 peneliti terbaik Indonesia (2020).
Telah menerbitkan lebih dari 30 artikel pada jurnal ilmiah internasional terindeks Scopus dan/atau web of science, termasuk artikel Q1 pada Scimagojr.
Sebagai penyeimbang, memiliki hobi fotografi dan menulis.
Pernah terpilih sebagai salah satu pemenang lomba foto satwa Taman Safari Indonesia (2007), karya foto Indonesian Culture & Landscape dipamerkan di Beijing, dan foto burung laut terbit satu halaman penuh pada koran Jakarta Post edisi minggu.
Benyamin Lakitan juga pernah aktif menulis opini di berbagai koran nasional dan telah menerbitkan 5 buku ajar yang diedarkan secara nasional.