Cerita Yaumul Arubah Hari Jumat Penuh Maksiat Hingga Datang Rasulullah Mengubah Tradisi Jadi Ibadah
Kata Yaumul Arubah sendiri memiliki makna berbangga-banggaan, kepongahan, bergagah-gagahan, berhias, dan kasih sayang.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Jauh sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah SAW (utusan) Allah SWT, hari Jumat merupakan hari-hari penuh maksiat, kesombongan, kepongahan dan takabur.
Sikap kaum Arab di masa jahiliyah memang menjadikan Jumat adalah hari yang penuh kebanggaan, bukan untuk beribadah seperti saat ini di mana umat Muslim sejak pagi sudah beribadah hingga matahari condong ke barat menggelar Sholat Jumat.
Dalam penamaan 7 hari dalam satu minggu kaum Arab jahiliyah memiliki penamaan setiap hari seperti, Syiyar (Sabtu), Awwal (Ahad), Ahwan (Senin), Jubar (Selasa), Dubar (Rabu), Mu’nis (Kamis), dan khusus hari Jumat mereka namakan Arubah.
Kata Yaumul Arubah sendiri memiliki makna berbangga-banggaan, kepongahan, bergagah-gagahan, berhias, dan kasih sayang.
Sebab Hari Jumat tersebut, dijadikan orang Arab jahiliyah sebagai hari libur dan khusus disediakan bagi mereka yang kaya raya dan para pebisnis atau saudagar. Mereka berkumpul dan pamer harga kekayakan, berhias, berpesta dan berbangga diri.
Sementara itu, bagi para penyanyi hari Jumat atau yaumul Arubah itu merupakan kesempatan untuk menampilkan karya seni mereka.
Bahkan, karya-karya terbaik mereka dalam sepekan itu diumumkan, ditempel di dinding Kakbah,”
Yaumul Arubah atau Hari Jumat, menurut Ibnu Abdul Bar, karena hari itu adalah hari; berbangga-banggaan, kepongahan, bergagah-gagahan, berhias, dan kasih sayang.
أن يوم العروبة آت من جذرين، الأول عرب، وهو الانكشاف والظهور والثاني بمعنى التزين والتودد
Adapun dalam beberapa kajian, hari itu ('Arubah) dijelas lebih rinci bahwa hari itu merupakan hasil karyanya (puisi), hasil perdagangannya, temuan sihirnya, dan lainnya.
Sebab pada hari sebelumnya, mereka berlomba-lomba mencari inspirasi, berdagang dengan strategi, dan berlatih menguapkan sihirnya.
Dapat dibayangkan bagiaman kondisi saat itu, di mana berkumpulnya para tukang sihir, saudagar dan penyanyi yang tenggelam dalam kemaksiatan.
Ketika Nabi Muhammad datang dan Merubah Segalanya

Kejadian itu berlangsung lama dan merajalela hingga datang sang usutan dari Allah SWT yakni Nabi Muhammad SAW.
Diturunkan Firman Allah SWT dalam Quran Surat Al Jumuah: