Demo UU Cipta Kerja di Palembang
Fakta Demo Omnibus Law di Palembang Disusupi Anarko dari Jakarta, Tes Urine Ditemukan Zat Amfetamin
Polrestabes Palembang mengamanakan total 499 orang selama dua hari aksi penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja di Palembang.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Polrestabes Palembang mengamanakan total 499 orang selama dua hari aksi penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja di Palembang.
Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi mengungkapkan, dari total 499 orang yang diamankan, 174 orang diamankan pada hari Rabu (7/10/2020) dan hari kedua Kamis (8/10/2020) berjumlah 325 orang.
Dari total orang yang diamankan, sebanyak tujuh orang merupakan kelompok anarko.
Menurut dia, ketujuh orang tersebut berasal dari Jakarta.
"Mereka ini yang memprovokasi masyarakat, pelajar, dan mahasiswa yang ada di Kota Palembang ini," Kata Supriadi, Kamis (8/10/2020) kepada sripoku.com.
Supriadi mengatakan, massa aksi yang diamankan petugas beberapa diantara mereka saat dites urine hasilnya mengandung zat ampetamin zat terkandung di sabu.
Sedangkan hasil tes Covid-19 ratusan pemuda yang diamankan tadi tidak ada yang positif Covid-19.
Karena hampir semuanya yang diamankan pelajar, makanya kita nanti akan koordinasi dengan Diknas, kepala sekolah serta orangtuanya.
"Nanti diundang dari guru dan orangtua dalam upaya penyampaian dan perhatian kepada anaknya," kata dia.
Masih kata Kabid Humas Polda, Untuk 325 diamankan masih diperiksa di satreskrim untuk didata mana pelajar dan mahasiswa atau masyarakat.
"Untuk demo Omnibus Law Cipta Kerja ini, yang banyak diikuti pelajar SMP dan SMA, ini yang sedang diselidiki keterkaitan mereka ini.
Diduga adanya motif tersendiri dari unjuk rasa," tegasnya.
Seperti hari pertama tidak ada terjadinya insiden keos dengan pengunjuk rasa.
"Sebelum penyusup masuk sudah terlebih dulu diamankan," tambahnya.
Untuk aktor intelektual yang menyebarkan ajakan untuk melakukan unjuk rasa tersebut, menurutnya, pasti ada dan saat ini sedang didalami.
"Ajakan untuk unjuk rasa yang disebarkan menggunakan Instagram, sudah dilakukan pencarian dari polisi cyber yang sudah berkeliling ke akun akun yang diduga menyebarkan,"tutupnya.
• Demo di DPRD Sumsel Ricuh, Mobil Patroli Dijungkirbalikan dan Kelompok Anarko Menyusup

Dua Mobil Polisi Dirusak
Aksi hari kedua penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja di Palembang Kamis (8/10/2020) sore berakhir ricuh.
Kejadian tersebut berawal dari keluarnya seorang anggota dewan dari dalam gedung.
Tiba-tiba dari dalam massa aksi melempar minuman bekas ke arah gedung hingga diikuti dengan lainnya.
Kericuhan semakin menjadi saat polisi sedang mengamankan area sekitar dan menembakkan gas air mata.
Massa pun berlarian keluar gedung dan situasi pun semakin memanas hingga polisi menembakkan water canon.
Dua mobil dari Dit Pam Obvit Polda Sumsel rusak parah.
Kaca jendela pecah dan tubuh mobil sudah ringsek.
Di bagian dalam, terdapat helm dan batu yang diduga digunakan untuk memecahkan kaca.
Sementara, para pendemo yang mayoritas memakai almameter kampus sudah berlarian sembari berteriak.

Pedagang Kena Imbas
Kerusahan tidak hanya melibatakan massa aksi dengan aparat kepolisian saja.
Namun pedagang yang berjualan di lokasi demo juga terkena dampak.
Seperti yang dialami pedagang siomay Galih (19).
Gerobak dagangannya rusak parah saat pendemo meringsek keluar gedung DPRD Sumsel.
Gerobak miliknya itu hanya menyisakan roda.
Dikatakan Galih, pada saat terjadinya kericuhan dirinya tak dapat lagi menyelamatkan barang dagangannya karena masa langsung berlarian keluar gedung DPRD.
"Tadi itu gerobak langsung ditendang begitu saja oleh masa itu, tidak ada yang selamat. Sisa-sisa gerobak pun tak diketahui lagi dimana karena kericuhan ini," ungkap Galih dengan raut muka yang sedih, Kamis (8/10/2020).
Tak hanya kehilangan gerobak, sejumlah uang milik Galih hasil berjualan yang diletakkan di gerobak pun ikut hilang dan hanya bisa diselamatkan sebanyak 200 ribu.
"Kalau perkiraan adalah 450 ribu mas cuma yang bisa selamat hanya 200 karena tidak sempat lagi ngambil uang didalam gerobak tadi," lanjut pemuda asli jawa yang baru setahun berjualan ini.
Akibatnya Galih pun merugi dan dimarah oleh bosnya karena gerobak satu-satunya tersebut hancur oleh masa.
"Bos tidak tau yang taunya diganti, gimana lagi namanya sudah terjadi," lanjutnya.
Masih dikatakan Galih, dirinya pun berharap agar ada pihak yang bertanggung jawab dengan kerusakan gerobak yang dialaminya.
"Minta toleransinya lah, aku jauh-jauh dari Jawa ke Palembang untuk berjualan. Ini aja sudah dimarahi oleh bos aku," kata Galih.
( Penulis Wartawan Sripoku.com : Andi Wijaya, Bayazir Al Rayhan dan Chairul Nisyah)