Nasib Tragis Istri DN Aidit & Bupati Tokoh PKI, Sempat Nyamar Suami Istri, Bahkan Sampai Tipu Aparat
Setelah G30S/PKI pecah, DN Aidit yang saat itu menjadi Ketua Central Comite PKI, melarikan diri dibantu simpatisan PKI.
Bahkan, hingga usianya menginjak 70an pun Sumini masih tidak memahami apa yang menjadi dosa besar dirinya saat bergabung dengan Gerwani.
"Kami dibilang bejat moralnya. Itu setiap hari yang masih saya dengar. Belum lagi digebuki setiap pemeriksaan," kata Sumini saat ditemui di sela acara "Simposium Membedah Tragedi 1965" di Hotel Aryaduta, Jakarta, dua tahun silam oleh Kompas.com (18/4/2016).
Setelah peristiwa G30S/PKI meletus, Gerwani menjadi salah satu organisasi yang dituduh sebagai sayap PKI.
Mereka pun menjadi sasaran penumpasan PKI.
Sumini dan beberapa temannya ditangkap oleh tentara sekitar tanggal 21 November 1965.
Sumini sempat mendekam selama 5 bulan di penjara Pati, kemudian dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan khusus wanita di Bulu, Jawa Tengah.
Hingga 6 tahun lebih dipenjara, Sumini tidak pernah diadili.
Saat itu, Gerwani dianggap sebagai organisasi sayap PKI dan ikut melakukan aksi kekejaman terhadap 7 jenderal TNI.
Sampai saat inipun, Sumini kerap menerima teror dan stigma sepanjang hidupnya.
Setelah dilepaskan dari tahanan, Sumini mengaku teror yang dialaminya masih terus berlanjut
Hampir setiap hari dia dihubungi oleh pihak kepolisian untuk menanyakan tentang keberadaan Sumini dan apa saja yang akan ia lakukan di luar rumah. Gerak-gerik Sumini selalu diawasi.
Sumini mengungkapkan, beberapa kali dia dan korban tragedi 1965 dilarang oleh pihak berwajib dan kelompok masyarakat tertentu untuk membuat acara pertemuan, meskipun sekadar arisan atau temu kangen. (*)
Artikel ini sudah tayang di Bangka Pos dengan judul : Sukses Nyamar Suami Istri Ke Jakarta, Istri DN Aidit dan Bupati Tokoh PKI Akhirnya Bernasib Tragis