Sumsel Menjadi Sasaran Bandar Narkoba,Tempat Strategis Dalam Penyebaran Narkoba
Sumsel menjadi sasaran bandar dikarenakan tempat strategis dan banyaknya permintaan.
Penulis: Bayazir Al Rayhan | Editor: Azwir Ahmad
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kasus penggerebekan jaringan narkoba yang melibatkan anggota DPRD Palembang, menjadi pembahasan hangat di kalangan masyarakat. Terlebih, sosok anggota dewan yang menjadi publik figur ini diduga berperan sebagai bandar narkoba.
Dalam live Virtual Fest 2020 Sripoku TV dan Tribun Sumsel menghadirkan narasumber Kepala BNNP Sumsel Brigjen Pol Jhon Turman Panjaitan, Direktur Reserse Narkoba Polda Sumsel Kombes Pol Heri Istu Hariono dan pengamat sosial, politik dan budaya Sumsel Bagindo Togar, mengupas kasus yang menyentak perhatian publik tersebut.
Kasus penggerebekan jaringan narkoba yang melibatkan oknum anggota DPRD Palembang menjadi topik yang menarik untuk di kupas.
Dikatakan Kepala BNNP Sumsel Brigjen Pol Jhon Turman Panjaitan, banyak sindikat narkoba yang ada di Palembang. Salah satunya D.
"Ada jaringan lain dari D, yakni T yang merupakan IRT yang bertugas sebagai kurir mengambil dari pool bus dan Y asisten rumah tangga yang juga ikut. Barang sempat disimpan di rumah sebelum diperintahkan," kata Jhon, Kamis (24/9/2020).
Kasus ini sendiri, sudah lama menjadi penyelidikan. Dari penyelidikan, akhirnya T dan Y tertangkap dan langsung dilakukan pengembangan.
Ketika kuliah tahun 2012, D sendiri merupakan pengedar dan juga kurir. D tertangkap dan divonis 1.2 tahun dan menjalani tahanan selama 6 bulan.
Menurut Kepala BNNP Sumsel, untuk jaringan, selalu tumbuh dan berkembang sampai banyak sekali jaringan narkoba. Sindikat jaringan narkoba ini mulai dari jaringan internasional hingga bawah.
Seperti publik figur di Palembang yakni D. Jhon menjelaskan, bila berawal dari tahun 2012 ia sudah masuk jaringan narkoba. Tetapi masih dalam kelas bawah yakni pengedar. Dari situ, D ini tidak dapat lagi lepas dan terus terjerat.
Jhon mengungkapkan, ketika ia menjadi narasumber dalam suatu undangan, selalu menyampaikan tentang bahaya narkoba. Akan tetapi, potret di Sumsel selama 3 tahun ia bertugas ada kebiasaan yang sudah membudaya.
Salah satunya yakni hajatan yang selalu memakai organ tunggal. Bila acara pokok selesai, dilanjutkan musik remik. Dari 2.852 desa dengan total ada sekitar 3.000 lebih desa dan kelurahan di Sumsel, selalu terjadi hal seperti ini.
Disinilah banyak dimanfaatkan untuk mencari sasaran baru. Sehingga masyarakat Sumsel, sangat rentan menjadi konsumen baru.
"Saya sering menyampaikan kepada gubernur, untuk membangun tempat rehabilitasi narkoba. Tetapi sampai sekarang belum ada respon," ungkapnya.
Sementara itu Direktur Reserse Narkoba Polda Sumsel Kombes Pol Heri Istu Hariono mengatakan pihaknya sudah melakukan penyelidikan terhadap D sejak masih di BNN.
Heri menjelaskan, Sumsel menjadi sasaran bandar dikarenakan tempat strategis dan banyaknya permintaan. Ditahun 2020 sendiri pihaknya sudah mengungkap 2.319 kasus dengan 24.088 orang tersangka, yang mengamankan barang bukti 31 ganja, 62 kg sabu dan 31 ribu butir pil ekstasi.
"Masyarakat terlihat tidak malu mempertontonkan jogetannya meski disekitar dilihat anak kecil. Karena sudah menggunakan narkoba dan itu ditiru anak-anak kecil ketika besar nanti," ungkapnya.
Namun, Pengamat Politik, Sosial dan Budaya Bagindo Togar menepis keras bila budaya memutar musik remix dan menggunakan narkoba merupakan budaya Sumsel.
"Anak muda, berasal dari partai senior, papan atas yang sebenarnya tidak mudah lolos untuk maju sebagai caleg. Banyak hal yang tidak dapat diduga dari seseorang. Terkadang, kita bisa salah menilai seseorang seperti oknum anggota dewan ini," katanya.
• Doni Oknum Anggota DPRD Palembang Ditangkap BNN, 2013 Ada Nama Doni timur Jalani Sidang Narkoba
• BNN Dalami Dugaan Pencucian Uang Dilakukan Doni Anggota DPRD Palembang dari Hasil Bisnis Narkoba
• BENGKEL Radiator di Lubuklinggau Ini Dijadikan Tempat Transakasi Narkoba, Pemilik Bengkel Buang BB
Dikatakan Togar, Sumsel ini sangat mudah dalam menerima nilai- nilai agama. Tetapi, juga mudah menerima hal yang jelek.
Terlepas dari itu semua, menurut ketiga narasumber semuanya harus tetap bersama-sama memperingatkan tentang bahaya narkoba.