Seniman dan lingkungan
Atasi Krisis Pangan Akibat Pandemi Covid-19, Mendapatkan Pangan yang Sehat dan Menghemat Biaya Hidup
Tapi yang harus dilakukan, bukan hanya pekerja seni, selama pendemi Covid-19 yakni memanfaatkan setiap ruang di rumah untuk menyediakan pangan mandiri
SRIPOKU.COM -- Sejak awal hidup manusia langsung berhubungan atau beradaptasi dengan lingkungan beserta makhluk hidup lainnya [alam].
Sebab untuk hidup manusia membutuhkan oksigen, pangan, dan tempat tinggal yang aman dan nyaman.
Persoalannya, di masa modern ini umat manusia hidup paradoks.
Misalnya pada satu sisi manusia tetap membutuhkan oksigen dan pangan dari alam, di sisi lain manusia merusak alam [eksploitasi] melalui aktivitas ekonomi ekstraktif, yang dinyatakan untuk mencapai kesejahteraan.
• Lantunkan Lagu Bertemakan Alam, Seniman Jalanan Gelar Orasi di Kantor Gubernur Sumsel
Ironinya, ilmu pengetahuan dan teknologi, yang seharusnya menjamin kebutuhan dasar umat manusia seperti oksigen, pangan dan tempat tinggal, justru banyak digunakan untuk menunjang aktivitas ekonomi ekstraktif, seperti pertambangan dan perkebunan monokultur yang mengubah bentang alam.
Pada akhirnya, jika kondisi tersebut tetap berlangsung, umat manusia bersama makhluk hidup lainnya terancam punah sebagai dampak dari perubahan iklim, krisis pangan, krisis air, dan beragam penyakit mematikan.
Pada hari ini, hal tersebut mulai kita rasakan.
• Sama-sama Seniman, Soimah Pancawati Beri Salam Terakhir untuk Didi Kempot: Seniorku yang Baik Hati
Misalnya, selama delapan tahun terakhir [2002-2020], umat manusia diserang berbagai virus mematikan seperti SARS, Flu Burung, Flu Babi, Ebola, Cacar Monyet, dan terakhir Covid-19 yang saat ini masih berlangsung.
Mengutip pernyataan Dr. Enric Sala, ahli ekologi kelautan yang tergabung Campaign for Nature National
Geographic, jika alam terus dirusak manusia, maka pendemi virus Covid-19 bukan yang terakhir.
Ancaman kepunahan umat manusia ini yang membuat saya tertarik dengan persoalan lingkungan hidup [ekologi].
Lalu, mengapa saya tertarik mengangkat tema atau persoalan lingkungan hidup [ekologi] dalam karya sastra?
Seni, khususnya sastra, bukan sebatas hiburan, juga memiliki tujuan yang lebih besar yakni menjaga keberlangsungan umat manusia di alam semesta ini.
Jadi, pada saat ini, seni harus mengangkat persoalan lingkungan hidup, dengan harapan pikiran dan rasa umat manusia tergerak untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup tersebut, sehingga umat manusia terhindar dari kepunahan.
Salah satu upaya saya untuk menyentuh pikiran dan rasa itu yakni meminimalisir sikap tamak manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersalah.