Berita Muratara

Babi Hutan Jinak Dipelihara Warga dan Sempat Viral sudah Dilepas, Reno Enggan Komentar Banyak

Babi hutan berjenis betina yang jinak dan sempat dipelihara dipakaikan baju dan celana di Kabupaten Muratara Sumsel kini sudah dilepas ke hutan.

Editor: Tarso
Tribun Sumsel / Rahmat Aizullah
Seekor babi hutan tiba-tiba jinak dan tak mau pergi di Desa Karang Waru, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) 

SRIPOKU.COM, MURATARA - Babi hutan jinak yang viral di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) sudah dilepas ke habitatnya.

Babi hutan berjenis betina itu sempat dipelihara selama beberapa hari oleh warga yang dibuntutinya dan menjadi tontonan warga.

Babi hutan yang seharusnya liar itu tiba-tiba jinak dan membuntuti salah seorang warga dari hutan sampai pulang ke rumah.

Babi itu sempat diusir oleh orang yang dibuntutinya, namun sang babi tak mau pergi dan mengeluarkan air mata seperti menangis.

Warga yang dibuntuti babi itu adalah Reno (34) warga Desa Karang Waru Kecamatan Rupit Kabupaten Muratara.

Babi itu viral karena disebut-sebut memiliki beberapa keanehan dan berbeda dari kebanyakan babi di hutan.

Reno menyebutkan, hewan mamalia itu bertingkah aneh seperti tidak mau tidur bila tak disediakan bantal dan selimut.

Bahkan sang babi diperlakukan seperti manusia dengan dipakaikan baju dan celana, serta diberi makan nasi dan minum susu.

Warga yang penasaran dengan babi itu berbondong-bondong datang ke rumah Reno, baik warga setempat maupun dari desa lain.

Setiap orang yang datang melihatnya mengambil foto dan video untuk diposting sehingga semakin viral.

Kini babi tersebut sudah dilepas ke habitatnya di hutan atas permintaan dari berbagai pihak termasuk aparat kepolisian.

"Sudah saya lepas, orang-orang minta saya melepaskannya, saya tidak tahu lagi," kata Reno diwawancarai Tribunsumsel.com, Kamis (3/9/2020) malam.

Reno enggan banyak berkomentar saat dibincangi lebih jauh tentang pelepasan babi hutan jinak yang sempat viral tersebut.

"Saya tidak tahu lagi, sudahlah, saya tidak tahu," kata Reno seolah menolak diwawancarai.

Sebelumnya diberitakan, Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Muratara meminta babi hutan itu dilepas ke habitatnya.

Kepala Kankemenag Muratara Ikhsan Baijuri berpendapat keanehan yang disebut-sebut ada pada babi tersebut terkesan dibuat-buat.

Bantuan Covid-19 untuk Ponpes dan UKT Mahasiswa Lambat Terdistribusi, Herman Deru Tegur Jajarannya

DLH Muaraenim Tindak Lanjut Ledakan dan Semburan Minyak dari Pipa Pertamina di Desa Tanjung Muning

Miliki 0,056 Gram Narkotika Jenis Sabu, Junaidi Dituntut Jaksa dengan Hukuman 6 Tahun Penjara

Menurut dia, babi itu jinak kemungkinan peliharaan orang lain yang lepas dan sudah merasa nyaman dengan manusia.

"Bisa jadi (babi) itu peliharaan orang lain dari kecil, lalu lepas, binatang yang dipelihara sejak kecil pasti jinak," katanya, Senin (31/8/2020).

Ia menjelaskan, bagi umat Islam babi hukumnya adalah haram dan bila menyentuhnya merupakan najis berat.

"Sangat ironis sekali saya lihat di media sosial babi itu dikasih baju, digendong-gendong, dipegang-pegang sama anak-anak.

Bahkan kabarnya ingin dipuja, karena kemungkinan bisa menyembuhkan penyakit, itu bisa menyesatkan," kata Ikhsan Baijuri.

Ia menegaskan, babi bukanlah tempat meminta rejeki atau meminta kesembuhan dari penyakit.

"Memintalah kepada Allah, karena semua berasal dari Allah, kalau mendatangi dan meminta selain kepada Allah bisa menjadi musyrik," tegasnya.

Anggota Persatuan Olahraga Berburu Babi (PORBI) Kabupaten Muratara, Evan berpendapat babi itu diperkirakan memang sering berkeliaran mencari makan di sekitaran desa tempat ditemukannya.

"Babi itu sepertinya memang sering cari makan di sekitaran situ, jadi tidak takut lagi dengan manusia," kata Evan, Jumat (28/8/2020).

Menurut dia, wilayah hutan di belakang Desa Karang Waru tersebut memang masih banyak babi liar.

Namun karena sering berdekatan dengan perkampungan warga, sehingga babi seperti sudah terbiasa dekat dengan manusia.

Apalagi babi-babi hutan di sana jarang diburu oleh warga maupun PORBI Kabupaten Muratara.

"Dia jinak mungkin karena babi di sana itu jarang diburu, jadi seperti sudah biasa dekat manusia," ujarnya.

Evan juga berpendapat, kemungkinan besar babi yang jinak itu sudah dipelihara oleh warga sejak kecil.

"Kemungkinan juga ada orang di kebun yang dapat sejak kecil, setelah besar ini pergi, makanya dia tidak takut membuntuti manusia," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved