Studi Ungkap Menurunkan Berat Badan Bisa Mengurangi Risiko Kanker
Menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan bergizi, serta berolahraga juga membantu mencegah risiko jenis kanker tertentu.
SRIPOKU.COM - Menurunkan berat badan diketahui bisa memperbaiki kondisi tubuh agar menjadi lebih sehat.
Meningkatkan metabolisme, menurunkan tekanan darah, hingga mengurangi risiko jantung, itu semua dapat diperoleh jika kita menurunkan berat badan.
Di samping itu, menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan bergizi, serta berolahraga juga membantu mencegah risiko jenis kanker tertentu.
• Inilah 5 Hal yang Membuat Gagal Menurunkan Berat Badan: Terlalu Banyak Mengkonsumsi Minuman Manis
• Ramalan Bintang Cinta Selasa 1 September 2020: Capricorn Jangan Ragu Mengambil Keputusan Penting
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Dari sebuah studi yang diterbitkan ke dalam jurnal Obesity, menurunkan berat badan diketahui bisa mengurangi risiko kanker terkait obesitas.
Menurut National Cancer Institute, kanker yang berkaitan dengan obesitas meliputi kanker ginjal, usus besar, pankreas, kandung empedu, hati, payudara, tiroid, serta banyak lagi.
Studi ini meninjau 4.859 orang berusia 45-76 tahun yang tidak pernah menderita kanker sebelumnya.
Studi juga melihat tren penurunan berat badan peserta selama 11 tahun.
Dua rencana penurunan berat badan diberikan kepada setiap peserta studi, yaitu intervensi gaya hidup intensif atau intensive lifestyle intervention (ILI), dan diabetes and support education (DSE).
Dan jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:
Rencana pertama, atau intensive lifestyle intervention, diterapkan dengan mengurangi jumlah kalori harian pada setiap peserta.
Peserta yang menjalankan rencana ILI menambah waktu olahraga mereka menjadi 175 menit dalam satu minggu.
Rencana kedua, atau diabetes and support education (DSE), merupakan pertemuan kelompok yang membahas mengenai diet, olahraga, dan pemberian semangat.
Pertemuan ini dilakukan satu kali per tahun, dan berlangsung selama tiga tahun.
Setelah 11 tahun, para peneliti melihat ada 14 persen atau 684 peserta studi yang didiagnosis menderita kanker.
