ngobeng

Ngobeng atau Ngidang, Tradisi Makan Bersama Wong Palembang, Saat ini Berangsur-angsur Ditinggalkan

Sebab, dalam satu kelompok, apabila mengambil makanan terlalu banyak atau secara berlebihan, otomatis akan terlihat secara langsung karena berhadapan

Editor: aminuddin
Humas Pemprov Sumsel
Ilustrasi Wakil Gubernur Sumsel H. Mawardi Yahya menghadiri undangan silaturahmi sekaligus makan siang bersama Ngidang Ala Palembang "Ngobeng" di Bank Mandiri Kanwil II, Palembang di Jalan Kapt. A.Rivai. 

Kegiatan ini juga disebut dengan besaji yaitu menghidangkan makanan dan beringkes atau merapikan semua kebutuhan.

Dengan cara seperti ini juga akan menciptakan suasana yang penuh dengan keakraban dan kekeluragaan.

 
Petugas khusus yang membawa makanan tersebut disebut ngobeng yang melayani secara langsung para tamu.

Selama prosesi ini para tamu tak henti-hentinya dilayani oleh ngobeng. 

Mereka akan benar-benar diperhatikan kebutuhannya.

Misal kalau lauk atau nasinya habis bisa minta tambah ke ngobeng.

Namun ketika berada dalam suatu kelompok hidangan maka dengan sendirinya para tamu undangan menjaga prilaku.

Sebab, dalam satu kelompok, bila mengambil makanan terlalu banyak atau secara berlebihan, otomatis akan tampak secara langsung karena berhadapan. 

Budaya ini mengajarkan kita untuk tidak mubazir.

Tradisi ngidang ini lebih nikmat makannya menggunakan tangan.

Untuk mencuci tangan  ngobeng akan melayani secara langsung dengan membawa ceret berisi air dan juga membawa tempat sisa air cuci tangannya.

Menu yang disajajikan adalah makanan khas Palembang seperti malbi, opor ayam, ayam kecap, ikan, pulur terdiri dari buah-buahan, sayuran, acar, sambal dan lain-lain. 

Nasinya berupa nasi minyak ataupun nasi putih.

Bukan dengan Pria Berseragam, Rara LIDA Bak Susul Nasib Lesty, Pacaran dengan Sohib Rizky Billar?

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Hj Zanariah S.I.P. M.Si mengatakan, tradisi atau budaya ngobeng-ngidang seperti sebuah proses gotong royong. 

Karena dalam satu kelompok yang terdiri dari delapan orang untuk satu hidangan bisa saling berkomunikasi dan memperlihatkan tolong menolong.

Makan bersama seperti ini punya kesempatan untuk mengobrol satu sama lain, dan mengambil makanannya pun tak perlu antre namun secara bergantian dan saling oper piringnya. 

Ini merupakan salah satu bentuk saling bantu, yang jadi bagian bersikap gotong-royong.

Zanariah menilai, sebaiknya tradisi ini   ha rus tetap dilestarikan dan jangan sampai punah. 

Sumber: Tribun Sumsel
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved