6 Agustus 75 Tahun Yang Lalu, Nuklir Pertama Jatuh di Hirosima Lenyapkan Ratusan Ribu Nyawa

“Jangan lupakan sejarah”, itulah pesan Presiden Soekarno saat menyampaikan pidato HUT RI tahun 1966.

Editor: Salman Rasyidin
kompas.com/AFP PHOTO/HIROSHIMA PEACE MEMORI
Foto handout ini diambil pada 6 Agustus 1945 oleh Angkatan Darat AS dan dirilis oleh Hiroshima Peace Memorial Museum, menunjukkan asap berbentuk jamur dari ledakan bom atom yang dijatuhkan dari B-29 Enola Gay di atas Kota Hiroshima. Pada 73 tahun lalu, Agustus 1945, AS menjatuhkan bom Little Boy di Kota Hiroshima, Jepang, sebagai tahap akhir PD II yang menewaskan lebih dari 120.000 orang. Setelah Hiroshima, Kota Nagasaki menjadi sasaran berikutnya. 

Peristiwa pengeboman ini menjadi salah satu sejarah yang tak terlupakan sepanjang masa.

Bahkan hingga kini keputusan yang diambil untuk menjatuhkan bom atom di Jepang masih diselimuti kontroversial.

Melansir The Sun, pada Juli 1945, Presiden AS Harry Truman memerintahkan agar bom atom, yang dikembangkan oleh ilmuwan Proyek Manhattan, dijatuhkan di enam kota di Jepang setelah pemboman konvensional tanpa akhir terbukti tidak membuahkan hasil.

Amerika sangat membutuhkan cara untuk menghentikan konflik, menghitung invasi ke Jepang akan berlarut-larut selama bertahun-tahun dan memakan jutaan nyawa Sekutu.

Selain diselimuti kontroversial, Laksamana William Leahy, yang memimpin gabungan kepala staf AS-Inggris pun menulis penyesalannya.

Apa yang tidak pernah diperdebatkan, bagaimanapun adalah kehancuran dan tragedi belaka yang tersisa setelah bom itu.

Begitu banyak nyawa yang hilang, baik sebagai akibat langsung dari pemboman, maupun keracunan radiasi atau penyakit dan kanker yang terkait dengan senjata nuklir.

Para korban selamat dikenal dengan nama Hibakhusa.

Mengutip Kompas.com, saat ini usia rata-rata hibakusha adalah 83 tahun.

Seiring bertambahnya usia mereka, organisasi yang selama ini mendukung mereka secara berangsur-angsur dibubarkan.

Prefektur Hiroshima sendiri memiliki 62.000 hibakusha sementara prefektur Nagasaki memiliki 36.000.

Keduanya jika digabungkan sebanyak 70 persen dari total yang ada.

Ada pun sebanyak 4.700 hibakusha lainnya tinggal di Tokyo dan 4.500 lainnya di prefektur Osaka.

Para hibakusha juga menerima subsidi negara yang mencakup perawatan kesehatan, pengobatan dan pemakaman.

Pada 2019, pemerintah pusat Jepang telah menyisihkan sekitar 125,3 miliar Yen Jepang (setara dengan Rp 17 triliun ) sebagai dukungan kepada hibakusha.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved