Berita Prabumulih

Kisah Keluarga Tak Mampu di Prabumulih Bertekad Beli HP Android, Demi Belajar Daring Anak-anaknya

Bagi sebagian orang tua khususnya keluarga tidak mampu belajar sistem daring sangat memberatkan karena harus membeli handphone dan kuota internet.

Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/Edison Bastari
Andri Kurniawan dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan RT 06 RW 05 Kelurahan Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih Sumsel. 

SRIPOKU.COM, PRABUMULIH - Bagi sebagian orang tua khususnya keluarga tidak mampu belajar sistem daring sangat memberatkan karena harus membeli handphone dan membeli kuota internet.

Namun meski demikian, demi keperluan anak apalagi untuk menggapai cita-cita dan meraih pendidikan tinggi, setiap orang tua pasti siap melakukan berbagai cara.

Seperti yang dilakukan Andri Kurniawan dan istrinya Siti Khodijah yang merupakan orang tua tiga anak dan keluarga tidak mampu.

Andri yang hanya bekerja sebagai tukang ojek terpaksa banting tulang dan peras keringat berjuang mengumpulkan uang demi membeli sebuah HP Android agar tiga anaknya bisa mengikuti pelajaran daring dari sekolah.

Dengan mengandalkan hasil ojek yang tidak tentu, Andri terpaksa harus menabung sedikit demi sedikit demi mengumpulkan uang. Butuh waktu satu bulan bagi Andri untuk mengumpulkan uang Rp 100 ribu dari hasil mengojek sehari-hari.

Hasil ojek Andri per hari jika ramai bisa mencapai Rp 50 ribu dan ketika tarikan sepi hanya antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu. Jika untuk hidup berdua dengan istri hasil tersebut mungkin tergolong lumaian, namun dengan tiga anak yang sekolah dan istri tidak bekerja tentu hasil itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain untuk kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk membeli handphone, Andri juga harus menabung untuk membayar sewa rumah.

Rumah papan yang dikontrak keluarganya berada di RT 06 RW 05 Kelurahan Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur kota Prabumulih dan setiap bulan harus dibayar sewa sebesar Rp 250 ribu.

Kondisi itu membuat Andri kesulitan menabung untuk membeli handphone. Hal itu membuat anaknya terpaksa mengalami kendala tertinggal beberapa pelajaran.

Untungnya, setelah menabung selama sebulan ada kenalan Andri yang menjual hp android bekas seharga Rp 100 ribu sehingga anaknya mampu ikut pelajaran Daring dari sekolah.

INI Sumsel dan PPAT Usulkan NJOP Tidak Kena Pajak di Muaraenim Naik dari Rp 60 Menjadi Rp 100 Juta

BREAKING NEWS: Seorang Pegawai BPJS Kesehatan Palembang Positif Covid-19, Layanan Tatap Muka Tutup

Bongkar Gudang dan Ambil 2 Motor, Mesi Akui Uangnya untuk Bayar Utang Kontrakan dan Beli Kebutuhan

Namun setelah Hp bisa dibeli, Andri justru kembali harus bekerja ekstra lantaran handphone membutuhkan kuota untuk dipakai belajar daring setiap harinya.

Kuota dengan cepat habis lantaran anak sulungnya yang sekolah di salah satu SMP di Prabumulih harus bergantian dengan dua adik kembarnya yang masih SD untuk menggunakan Hp agar bisa belajar daring.

"Akibat corona dan belajar sistem daring ini susah kita, harus kejar-kajaran bekerja terus untuk memenuhi keperluan sehari-hari, sementara ojek sepi," kata Andri Kurniawan dengan raut muka sedih ketika dibincangi wartawan, Selasa (4/8/2020).

Andri mengaku sehari-hari dirinya hanya mampu mengumpulkan uang dari hasil menarik ojek di kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu setiap harinya.

"Selama corona beberapa bulan kemarin sampai sekarang tarikan ojek masih sepi, terpaksa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli Hp karena sepi tarikan ojek. Untung ada teman jual hp bekas Rp 100 ribu jadi anak bisa belajar daring tapi malah kuota yang jadi kendala," keluhnya.

Untuk belajar anaknya, Andri harus membeli paket internet dua hari sekali seharga Rp 8000 untuk belajar daring ketiga anaknya setiap hari. "Dua hari sekali harus isi kuota internet karena cepat habis," katanya.

Mirisnya, meski tergolong keluarga miskin namun hingga saat ini keluarga Andri Kurniawan tak pernah mendapatkan bantuan apapun baik berupa Kuota, PKH, KIP dan lainnya baik diterima dari sekolah maupun pemerintah Kota Prabumulih.

"Selama ini belum ada bantuan apapun baik PKH, BLT maupun KIP," ucap Andri.

Lebih lanjut Andri Kurniawan juga mengharapkan agar Pemerintah Kota Prabumulih ada kepedulian sosial dan bantuan Kuota Gratis.

"Keinginan kami agar pemerintah ada kepedulian sosial dan bantuan untuk kami rakyat kecil seperti ini dan jujur saja kami selaku orangtua kesulitan untuk membeli kuota Internet," harapnya.

Sementara itu, Diah Rahmawati anak pertama Andri Kurniawan mengungkapkan, setiap hari sekolahnya selalu belajar daring dan karena hp hanya satu sehingga terpaksa bergantian dengan adiknya.

"Kalau Belajar daringnya gantian sama adik karena kalau adek sekolahnya siang dan kalau saya sekolahnya pagi jadi gantian sama adek karena cuma punya HP satu," ungkap Diah.(eds)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved