Asal Usul Nama Kota Prabumulih, Ternyata Bukan Mengandung Makna Raja Pulang atau Bukit Yang Tinggi
Asal usul nama kota Prabumulih ternyata bebeda jauh dengan apa yang diketahui banyak warga Sumatera Selatan selama ini.
SRIPOKU.COM, PRABUMULIH - Asal usul nama kota Prabumulih ternyata berbeda jauh dengan apa yang diketahui banyak warga Sumatera Selatan selama ini.
Banyak warga menyebut asal usul maupun pengertian nama Prabumulih, yakni Raja Pulang dan banyak juga yang menyebut bukit yang tinggi.
Menurut seorang tokoh adat sekaligus sesepuh di Prabumulih, yakni Senanjat, pengertian nama Prabumulih adalah Prabung berarti keberuntungan/kelebihan dan Uleh berarti Mendapat/dapat sehingga 'Mendapat Keberuntungan'.
• Kalung Eucalyptus Diperkenalkan di Muaraenim, Klaim Bisa Tangkal Virus Corona atau Covid-19
"Kalau asal mulanya, dulu zaman puyang Prabumulih yakni puyang Tegeri memiliki anak empat orang masing-masing Ninggun, Dayan, Resek, Jami.
Mereka ini meminta izin membangun atau membuka negeri baru," ungkap Senanjat ketika dibincangi di rumahnya, Kamis (30/7/2020).
Setelah memilih tempat kemudian keempat anak puyang Tegeri memilih lokasi di titik nol kota Prabumulih yang sekarang berdiri rumah adat kota Prabumulih tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman Kelurahan Dusun Prabumulih Kecamatan Prabumulih Barat atau di persimpangan mengarah Baturaja.
"Saat itu masih hutan belantara, kemudian ditebas dan setelah bersih sesuai adat istiadat untuk menentukan apakah tanah itu layak atau tidak maka tanah dilokasi ditebas dimasukkan ke dalam 'Kulak' semacam tempat semacam tabung atau dulu sering dipakai untuk menakar beras literan ukuran 5 kilo," katanya.
Kulak tersebut kemudian diisi tanah penuh lalu bagian atasnya dikikis rata dan dimasukkan ke bakul besar dengan tujuan agar tidak dimasuki tanah lain.
• SKB CPNS di OKI Digelar 1 Hingga 7 Agustus Nanti di Gedung Golden Sriwijaya Palembang
Kemudian bakul tersebut ditutupi daun-daun kemudian setelah selesai ditinggalkan semalam.
"Kata puyang Tegeri, kalau tanah bertambah maka tempat itu bisa dijadikan negeri tapi kalau tidak maka tidak boleh.
Setelah semalam ditinggalkan, paginya dibuka dan tempat menyimpan tanah diangkat lalu isi tanah ditumpahkan ke wadah bakul besar lalu disisikan lagi ke kulak," ceritanya.
Kemudian setelah diisikan lagi ke dalam Kulak, tanah yang tadinya rata ketika diisi ke kulak menjadi tidak muat lagi dan tanah sangat banyak.
"Kelebihan tanah itu disebut Mahabung (Keberuntungan/kelebihan) makanya disebut Uleh Pehabung karena yang ditumpahkan ketika diisi lagi berlebih, itu hal tidak masuk akal," lanjutnya pria kelahiran 1932 itu.
• Tujuh Pembobol Rumah Warga di Palembang Diamankan Dalam Sepekan, Ada yang Merugi Miliran Rupiah
Senanjat menuturkan, mengetahui hasil itu Puyang Tegeri mengungkapkan kepada empat anaknya jika di lokasi itu pas dibangun negeri baru.
"Sejak itu berdiamlah empat anak puyan Tegeri dan dibagi menjadi empat karang yakni Karang Dahat, Karang Ayek, Karang Ulu dan Karang Ileh. Kemudian dari itu terus berkembang," beber pria yang menjadi tokoh dan guru surat hulu dan berbagai adat istiadat itu.