Berita OKI

Cerita Ibunda ABK yang Jenazahnya Dilarung ke Laut, Sempat tak Izinkan Anaknya Berangkat

Duka masih terasa dari keluarga korban Anak Buah Kapal (ABK) Long Xing 629 berbendera China yang jenazahnya dilarung ke laut.

Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Nando
Rohani orangtua dari Ari (24) korban ABK kapal Cina saat disambangi dirumahnya Di Desa Serdang Menang, Kecamatan Sp Padang, OKI, Rabu (20/5/2020). 

SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG -- Duka masih terasa dari keluarga korban Anak Buah Kapal (ABK) Long Xing 629 berbendera China yang jenazahnya dilarung ke laut.

Kepergian Ari (24) yang tidak wajar tersebut cukup meninggalkan kesedihan bagi keluarga.

Mereka begitu sangat kehilangan sosoknya di rumah.

Pemuda kelahiran 1 Juli 1995, yang merupakan warga Desa Serdang Menang, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan ini memiliki sifat sangat baik di mata keluarga.

"Setahun terakhir sebelum berangkat menjadi ABK, senenarnya dia bekerja di toko buah - buahan yang ada di Palembang,"

"Padahal gaji bersihnya cukup besar sekitar Rp. 1.500.000 rupiah, dan setiap minggu pasti pulang ke rumah," ucap Rohani, Rabu (20/5/2020), mengawali cerita.

PSBB Palembang, ini Sanksi Langgar Kegiatan Sosial & Budaya, Kecuali Khitan, Nikah & Kematian

 

Hari Pertama PSBB Palembang,Pengendara dari Perbatasan Jakabaring-Banyuasin Diperiksa Ketat

Diceritakan Rohani awal mulanya, ia tidak membolehkan anaknya tersebut berangkat menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) namun Ari tetap memaksa.

"Kan dia ditelepon kawannya disuruh pulang ke sini (ke kampung-red), setelah itu beberapa kawan menceritakan kalau ada yang mengajak bekerja jadi ABK kapal,"

"Awalnya saya tidak memberikan izin Ari pergi karena di sini juga masih ada kerjaan, tetapi dia membujuk dan meyakinkan kalau berangkat bersama teman lainnya,"

"Jadi dengan berat hati saya izinkan walau ada perasaan khawatir, dan keesokan hari mereka berenam berangkat ke Jawa," ungkapnya.

Dilanjutkannya, setelah keberangkatan tersebut, hingga diterima bekerja dan menjalani pelatihan, komunikasi antara Ari dan keluarga tetap berjalan.

"Dia sempat cerita kalau sudah diterima bekerja dan sedang mengikuti pelatihan di penampungan,"

"Namun setelah itu, komunikasi putus tidak pernah mengabari saya lagi hingga dikabarkan oleh pihak perusahaan bahwa Ari sudah meninggal," ujarnya sangat kehilangan anak laki-laki semata wayang.

Kebaikan Almarhum di mata keluarga, lantas membuat orangtua sangat sulit melupakan kehadirannya di tengah - tengah mereka.

Riwayat Dua Bayi di Musi Rawas Positif Covid-19, Sama Berusia 14 Hari tapi bukan Kembar atau Saudara

 

Musim Transisi, Angin Kencang 25 Knot Terpa Seluruh Wilayah Sumsel, Hujan Akan Turun Relatif Lama

Bahkan setelah lulus sekolah, Ari tidak pernah menetap di Desa dan memilih merantau untuk mendapatkan pekerjaan.

"Saya sangat sedih tahun ini tidak dapat kembali berkumpul dan melihat almarhum, biasanya kalau mau lebaran seperti ini dia selalu membelikan keluarganya baju lebaran,"

"Sampe sekarang kalau liat pemuda sebayanya, saya masih terbayang - bayang wajahnya bahkan setiap saat," ucapnya sembari mengelap air mata.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved