7 Tahun Berkiprah di Indonesia Jaino Matos Temukan Masalah Besar Penghambat Perkembangan Pemain Muda

Tujuh tahun berkarir di dunia sepak bola Tanah Air Indonesia, Jaino Matos memberikan kontribusi bagi perkembangan pemain usia muda.

Editor: adi kurniawan
Kompas.com
Pelatih Jaino Matos saat mengikuti program Lisensi Pro dari CBF, Federasi Sepak Bola Brasil. Jaino Matos mendedikasikan waktunya di Indonesia sejak 2013 untuk perkembangan pemain usia muda. 

Ia mencontohkan bagaimana anak-anak Indonesia bisa berbicara banyak di turnamen usia muda seperti Piala Danone atau Piala Gothia tetapi kerap tak bisa berkompetisi di level sama setelah berusia 16 tahun.

Jadi Momen Tak Terlupakan, Hamka Hamzah Buka Cerita Soal Suap di Piala AFF 2010

Palembang Zona Merah, Tuna Wisma yang Masih Terlihat di Jalan Kolonel H Barlian Dibubarkan

17 Cara Memerahkan Bibir Secara Alami dan Sehat, Lakukan Secara Rutin Cegah Bibir Kering & Hitam

"Anak-anak di Korea Selatan, Arab Saudi, Qatar sudah mempunyuai sikap, pola latihan, dan pola pikir dewasa. Sementara di kita, sikap dan keseriusan pemain belum dewasa," tuturnya.

"Saya pikir kita melompati langkah-langkah dasar dan langsung berbicara strategi, bagaimana berlaga tetapi melupakan sikap dasar," ujarnya.

"Attitude, medical conditioning, fitness conditioning, nutrisi adalah langkah-langkah yang harus diimplementasi," lanjutnya.

Ia mengutarakan kalau hal paling berharga bagi Indonesia adalah potensi dan kecintaan masyarakat terhadap sepak bola.

"Generasi Egy Maulana Vikri, Saddil Ramdani, dan Asnawi Mangkualam ini sangat bertalenta. Indonesia punya begitu banyak talenta, sayang sekali. Para pemain ini hanya perlu berada di trek benar," tuturnya.

"Lack of seriousness is a serious problem."

Namun, Jaino juga mengutarakan kalau aspek sports science di Tanah Air juga tertinggal dan belum bisa menutupi kebutuhan sepak bola modern.

"Secara sains, medis dan nutrisi kita ketinggalan. Tidak ada klub di Indonesia atau bahkan tim nasional pun yang mempunyai phyisiologist," tuturnya lagi kepada KOMPAS.com.

"Seseorang untuk memonitor, mengoleksi, dan mempelajari data GPS serta membantu tim pelatih untuk mengaplikasikannya ke para pemain. Tak ada yang punya ini," ujarnya lagi.

"Intinya, sepak bola kita punya potensi besar tetapi butuh strukturisasi ulang."

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved