7 Tahun Berkiprah di Indonesia Jaino Matos Temukan Masalah Besar Penghambat Perkembangan Pemain Muda
Tujuh tahun berkarir di dunia sepak bola Tanah Air Indonesia, Jaino Matos memberikan kontribusi bagi perkembangan pemain usia muda.
Ia mencontohkan bagaimana anak-anak Indonesia bisa berbicara banyak di turnamen usia muda seperti Piala Danone atau Piala Gothia tetapi kerap tak bisa berkompetisi di level sama setelah berusia 16 tahun.
• Jadi Momen Tak Terlupakan, Hamka Hamzah Buka Cerita Soal Suap di Piala AFF 2010
• Palembang Zona Merah, Tuna Wisma yang Masih Terlihat di Jalan Kolonel H Barlian Dibubarkan
• 17 Cara Memerahkan Bibir Secara Alami dan Sehat, Lakukan Secara Rutin Cegah Bibir Kering & Hitam
"Anak-anak di Korea Selatan, Arab Saudi, Qatar sudah mempunyuai sikap, pola latihan, dan pola pikir dewasa. Sementara di kita, sikap dan keseriusan pemain belum dewasa," tuturnya.
"Saya pikir kita melompati langkah-langkah dasar dan langsung berbicara strategi, bagaimana berlaga tetapi melupakan sikap dasar," ujarnya.
"Attitude, medical conditioning, fitness conditioning, nutrisi adalah langkah-langkah yang harus diimplementasi," lanjutnya.
Ia mengutarakan kalau hal paling berharga bagi Indonesia adalah potensi dan kecintaan masyarakat terhadap sepak bola.
"Lack of seriousness is a serious problem."
Namun, Jaino juga mengutarakan kalau aspek sports science di Tanah Air juga tertinggal dan belum bisa menutupi kebutuhan sepak bola modern.
"Secara sains, medis dan nutrisi kita ketinggalan. Tidak ada klub di Indonesia atau bahkan tim nasional pun yang mempunyai phyisiologist," tuturnya lagi kepada KOMPAS.com.
"Seseorang untuk memonitor, mengoleksi, dan mempelajari data GPS serta membantu tim pelatih untuk mengaplikasikannya ke para pemain. Tak ada yang punya ini," ujarnya lagi.
"Intinya, sepak bola kita punya potensi besar tetapi butuh strukturisasi ulang."
