Virus Corona
Ahli Temukan Gejala Baru Virus Corona, Pasien Positif Covid-19 Alami Kulit Merah dan Gatal-gatal
Setelah sebelumnya muncul gejala hilang kemampuan mencium bau dan mengecap rasa, pasien positif corona juga menunjukkan gejala kulit merah dan gatal
SRIPOKU.COM - Hingga kini penelitian atas virus corona terus diteliti para ahli.
Benar saja, sebuah fakta baru gejala kasus virus corona kembali ditemukan.
Setelah sebelumnya muncul gejala hilangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa, para pasien yang positif corona juga menunjukkan gejala kulit merah dan gatal-gatal.
Menurut persatuan dokter spesialis kulit dan penyakit kelamin Perancis (SNDV), gejala dermatologis itu memengaruhi tubuh di luar sistem pernapasan dan kemungkinan terkait dengan infeksi virus corona baru penyebab Covid-19.
Banyaknya pasien Covid-19 yang melaporkan gejala di atas semakin menguatkan bahwa hal ini berhubungan dengan infeksi virus corona.

"Gejala dermatologis dapat muncul tanpa disertai gejala pernapasan," ungkap SNDV dalam siaran persnya, seperti dilansir The Jerusalem Post, Minggu (12/4/2020).
Sekitar 400 pakar kulit di Perancis telah mendiskusikan gejala baru ini melalui grup WhatsApp khusus.
Mereka menyoroti lesi kulit yang mungkin terkait dengan tanda Covid-19 lainnya, seperti masalah pernapasan.
Untuk diketahui, lesi kulit adalah jaringan kulit yang tumbuh abnormal, baik di permukaan maupun di bawah permukaan kulit.
Dari diskusi itu diketahui bahwa tidak semua pasien Covid-19 mengalami komplikasi dan banyak juga yang tidak mengalami gangguan pernapasan sama sekali, sementara sistem kekebalan tubuh melawan virus.
Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa pasien Covid-19 yang tidak merasakan gejala apa pun masih dapat menginfeksi orang lain. Oleh sebab itu, di rumah saja adalah cara tepat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona baru.
• Jokowi Kembali Bagikan Kabar Baik, Umumkan Soal Tes PCR untuk Penangan Corona, Sudah Diperbanyak
• Jangan Terlalu Panik, Ini 6 Kabar Baik Terbaru soal Kondisi Penanganan Virus Corona di Indonesia
"Analisis dari banyak kasus yang dilaporkan ke SNDV menunjukkan bahwa manifestasi kulit ini dapat dikaitkan dengan Covid-19. Kami memperingatkan masyarakat dan tenaga medis untuk mendeteksi pasien yang berpotensi menularkan virus secepat mungkin," kata SNDV dalam siaran pers yang dilansir New York Times.
Kendati demikian, beberapa gejala baru telah ditemukan selama sebulan terakhir yang mungkin terkait dengan virus corona baru. Beberapa gejala muncul tanpa disertai gejala pernapasan.
Pada akhir Maret, British Rhinological Society dan American Academy of Otolaryngology melaporkan bukti anekdotal yang menunjukkan bahwa hilangnya indera penciuman dan pengecap menjadi gejala Covid-19.

New York Times pun memberitakan, laporan dari berbagai negara telah mengindikasikan bahwa sejumlah besar pasien Covid-19 mengalami anosmia (gangguan pada indera penciuman), kehilangan indera penciuman, dan ageusia (masih bisa merasakan makanan, tapi kepekaannya berkurang).
Para profesional medis belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan gangguan pada indera penciuman dan perasa pada pasien Covid-19.
Beberapa virus mungkin menghancurkan sel atau reseptor sel di hidung, sementara yang lain menginfeksi otak melalui saraf sensor penciuman.
Kemampuan menginfeksi otak dapat menjelaskan beberapa kasus gangguan pernapasan pada pasien Covid-19. Bukti menunjukkan bahwa virus corona dapat menyerang sistem saraf pusat.
• Ke Supermarket saat Pandemi Corona, Penampilan Hesti Purwadinata Disorot, Bajunya Tuai Komentar!
• Survei, 56,22% Warga Perantau Pilih tak Mudik Lebaran di Tengah Pandemik Covid-19 atau Virus Corona
Times melaporkan, beberapa pasien Covid-19 juga mengalami masalah neurologis, termasuk kebingungan, stroke, dan kejang.
Beberapa pasien juga melaporkan acroparesthesia, kesemutan, atau mati rasa di area tangan dan kaki.
Sementara pasien yang lain mengalami serangan jantung serius, tetapi tanpa penyumbatan pembuluh darah.
Menurut Forbes, banyak gejala baru yang mungkin merupakan tanda virus corona. Namun sayangnya, hal ini belum dapat ditangani lebih jauh karena semua dokter di seluruh dunia sibuk menangani pasien Covid-19 yang terus berdatangan. (Kompas.com/ Gloria Setyvani Putri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gejala Baru Virus Corona, Kulit Merah dan Gatal-gatal".

Virus Corona Juga Bisa Tanpa Gejala
Sebelum muncul fakta gejala baru corona bisa mengalami gatal dan kulit merah, terungkap jika beberapa pasien positif tidak mengalami gejala apapun.
Hal itu kemudian memunculkan istilah orang tanpa gejala / OTG.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah merevisi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease ( Covid-19).
Dalam dokumen revisi itu, Kemenkes menambahkan kategori kelompok OTG.
OTG adalah seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko telah tertular dari orang
konfirmasi Covid-19.
Di mana, OTG ini memiliki kontak erat dengan kasus konfirmasi atau pasien positif Covid-19.
Kontak erat di sini bisa dipahami sebagai aktivitas berupa kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung dalam radius 1 meter dengan pasien berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) atau positif Covid-19, dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
• Melemah, Berikut Nilai Tukar Rupiah Hari Selasa 14 April 2020 di 5 Bank
• Prihatin Penyebaran Virus Corona atau Covid-19, PBSI Sumsel Bagi-bagi Masker
Siapa yang termasuk kontak erat?

Dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, Kemenkes juga menjelaskan orang-orang yang termasuk kontak erat.
Berikut ini siapa saja yang rentan menjadi OTG:
1. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar.
2. Orang dalam satu ruangan
Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan pasien virus corona, termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
3. Orang yang bepergian bersama
Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat angkut atau kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Apa ciri-ciri OTG?
Saat dimintai informasi, Kepala Kelompok Staf Medik (KSM) Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr. dr. Yusup Subagio Sutanto, Sp.P (K), menyampaikan tentu sangat sulit mengetahui ciri-ciri para OTG. Pasalnya, mereka tidak mempunyai gejala infeksi virus corona.
Kondisi itulah yang membuat OTG tidak bisa dipungkiri bisa juga membuat resah karena dapat menularkan virus corona padahal mereka tidak memiliki gejala sakit.
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mencegah terpapar virus corona dari seorang OTG?
Dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta itu menjelaskan, masyarakat bisa mencegah penularan Covid-19 dari OTG dengan cara yang selama ini telah dianjurkan.
Dia menganjurkan orang-orang untuk mengikuti anjuran physical distancing dengan di rumah aja atau mengurangi aktivitas di luar rumah.
Selain itu, penting bagi siapa saja untuk senantiasa menjaga jarak aman apabila bepergian atau kontak langsung dengan orang lain.
dr. Yusup juga menganjurkan siapa saja kini mengenakan masker.
Hal itu dikarenakan, kita sendiri tidak menutup kemungkinan termasuk OTG yang tanpa sadar dapat menyebarkan virus corona ke orang lain.
“Sekarang kalau mau batuk, terus mulut dan hidung sudah ditutupi masker, dropletnya kan di dalam, enggak ke mana-mana,” jelas dia saat diwawancarai Kompa.com, Rabu (8/4/2020).
Tidak ketinggalan, dr. Yusup mengimbau orang-orang untuk tetap rajin mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun. (Kompas.com/ Irawan Sapto Adhi/ Irawan Sapto Adhi)
Artikel ini telah tayang di Tribunmataram.com dengan judul Gejala Baru Virus Corona Ditemukan, Pasien Positif Covid-19 Alami Kulit Merah & Gatal-gatal