Beda Kopassus & Antiteror Polisi, Doktrin Berbanding Terbalik Saat Tumpas Kejahatan, Musuh Berlarian

Beda Kopassus & Antiteror Polisi, Doktrin Berbanding Terbalik Saat Tumpas Kejahatan, Musuh Berlarian

Penulis: fadhila rahma | Editor: Welly Hadinata
(KOMPAS Images/Kristianto Purnomo)
Prajurit Kopassus bersiap menjalankan misi 

Ketika peluru yang masih baru dicoba ternyata bisa meletus sempurna. Jadi penyebab kemacetan ternyata peluru yang semula dibagikan sudah kadaluwarsa.

Setelah semua pasukan antiteror mencoba semua senjatanya dan sukses , pesawat pun bertolak ke Bangkok dan tiba pada 30 Maret 1981.

Pada 31 Maret 1981 dini hari pasukan antiteror pun menyerbu pesawat DC-9 Woyla yang dibajak dan sukses membebaskan sandera sekaligus melumpuhkan 5 teroris dalam waktu tiga menit.

Operasi Woyla yang Naikkan Nama Kopassus
Operasi Woyla yang Naikkan Nama Kopassus (Sripoku)

Namun yang pasti, jika Kolonel Sintong tidak memberanikan diri untuk mencoba menembakkan MP5, operasi pembebasan sandera bisa dipastikan gagal.

Pasalnya kelima pembajak bersenjata pistol dan granat tangan serta merupakan orang-orang terlatih dalam penggunaan senjata api.

 

Lebih Mengerikan dari Kopassus, Ini Den Harin Pasukan 'Harimau' Pelindung Soekarno

Berbicara pasukan khusus atau elite Indonesia dari 3 matra seperti TNI AL, AD dan AU, ketiganya memiliki satuan mengerikan yang siap diturunkan kapan saja sesuai perintah presiden.

Namun benar atau tidak, kisah menceritakan adanya pasukan yang lebih mengerikan dari 3 matra TNI itu. Dia disebut sebagai Pasukan Detasemen Harimau (Den Harin).

Hingga saat ini, pasukan satu ini belum diketahui kebenarannya.

Namun diyakini, pasukan khusus bernama Detasemen Harimau (Den Harin) menjadi rajanya pasukan elite Indonesia.

 

Terbentuknya pasukan ini ternyata sejak zaman pemerintahan Soekarno.

Kala itu, Belanda ingin kembali merebut kekuasaan yang telah diambil Indonesia setelah menyatakan kemerdekaannya melalui proklamasi yang dinyatakan Soekarno.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 ternyata tidak diketahu secara merata.

Khususnya oleh rakyat Sulawesi Selatan karena masih jarang yang memiliki radio.

Oleh karena itu pasukan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh pasukan Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.

 Kisah Preman Terminal Insaf Lalu Daftar Masuk TNI, 17 Kali Naik Pangkat, Kini Jadi Letnan Kopassus

 Mengenal Kelompok WANADRI, Mampu Bertahan Hidup di Hutan Belantara, Pernah Latih Kopassus & Paskhas!

 Mantan Danjen Kopassus Tersangka Pembatalan Pelantikan Presiden, Rupanya Pernah Dicap Makar

Pasukan NICA dan KNIl yang dengan cepat melakukan konsolidasi itu langsung memiliki pengaruh karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved