Nelayan Sungsang Sudah 10 Hari tidak Bisa Melaut, Kini Hidup Andalkan Stok Tangkapan yang Lama

Angin laut yang menyebabkan terjadinya ombak laut tinggi membuat nelayan di Desa Sungsang tidak berani mengambil resiko melaut.

Penulis: Bayazir Al Rayhan | Editor: Refly Permana
sripoku.com/rere
Nelayan di Desa Sungsang sedang memperbaiki jala yang biasa mereka gunakan untuk mencari ikan. 

SRIPOKU.COM, BANYUASIN - Masyarakat Desa Sungsang Kecamatan Banyuasin II Banyuasin, Sumatera Selatan yang rata-rata mengandalkan hasil laut sebagai perekonomian sehari-hari saat ini hanya bisa gigit jari.

Akibat cuaca buruk yang melanda berbagai daerah saat ini membuat para nelayan yang seharusnya pergi melaut untuk menghidupi keluarga harus beristirahat sementara.

Angin laut yang menyebabkan terjadinya ombak laut tinggi membuat nelayan di Desa Sungsang tidak berani mengambil resiko melaut.

Tentunya, dengan situasi ini sangat menganggu perekonomian masyarakat Desa Sungsang.

Video: Berjuang 11 Hari, Warga Muba Ini Berhasil Mendapatkan Anaknya di Kabupaten Magetan Jatim

Anwar (46), salah satu nelayan Desa Sungsang yang sejak kecil sudah berprofesi sebagai nelayan, mengatakan bahwa penghasilan masyarakat Desa Sungsang saat ini merosot turun.

Semenjak cuaca buruk melanda, gelombang ombak laut menjadi tinggi dan bisa berakibat fatal jika nelayan tetap nekat untuk memberanikan diri melaut.

"Cuaca buruk, tentunya mengganggu aktivitas kami. Kami dak berani melaut karna cuaca buruk ini, ombak di laut itu tinggi bahaya bagi kami," kata Anwar kepada wartawa sripoku.com, Selasa (25/2/2020).

Dirinya mengatakan sudah hampir 10 hari masyarakat tidak melaut, saat ini masyarakat hanya bisa mengandalkan cadangan ekonomi dari hasil laut sebelumnya.

"Sudah 10 hari kami tidak melaut, jadi untuk sehari-hari ngandalkan apa adanya," kata Anwar.

Bahasa Besemah di Pagaralam Nyaris Punah Karena Bahasa Palembang Makin Populer

Biasanya masyarakat Desa Sungsang yang berprofesi sebagai nelayan pergi melaut untuk waktu yang lama, ada yang pergi selama empat hingga sepuluh hari dan membawa stok makanan serta keperluan lainnya.

Dengan keadaan cuaca buruk seperti ini, masyarakat yang nekat untuk tetap pergi melaut biasanya mendapatkan hasil yang sedikit dari biasanya.

"Kalo memang mereka nekat pergi melaut, hasilnya pun kurang, merosot nian dari biasonyo lebih baik dak usah samo sekali melaut," kata Anwar.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved