mimbar jumat
Ringan Yang Berat Membawanya
Biasanya suatu barang yang ringan itu mudah diangkat dan membawanya, karena dengan dijinjing dapat diangkat dengan santai.
Ringan Yang Berat Membawanya
Oleh : Drs. HM. Daud Rusjdi AW
Penulis Da'i Bid Tadwin/Pengurus Masjid Al Qodr 5 Ulu.
Biasanya suatu barang yang ringan itu mudah untuk diangkat dan membawanya, karena dengan dijinjing saja sudah dapat diangkat dengan santai.
Lain halnya dengan yang berat, paling tidak harus dipikul ke pundak, dan jangan-jangan akan dibawa melalui alat bantu yang cukup kuat untuk mengangkatnya.
Apa itu ?
Tentunya kita sudah mengetahui semua.
Berpijak kepada tujuan hidup di atas dunia ini yaitu untuk patuh dan taat kepada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
Baru kemudian patuh dan taat yang mengiringinya, seperti patuh kepada orangtua, hormat kepada guru dan mereka yang lebih tua dari kita dan seterusnya-seterusnya.
Namun saat ini tujuan hidup yang sebenarnya yang dikehendaki oleh Allah SWT dan rasulNya itu, sudah begitu tersamar seolah ditutupi oleh berbagai lapisan asap yang membuat semua berubah yang putih menjadi hitam, yang ringan menjadi berat d an yang singkat menjadi panjang.
Dicontohkan saja masalah shalat yang begitu ringan dan hanya dengan waktu yang sebentar untuk melaksanakannya, tapi terkadang masih begitu berat untuk dikerjakan.
Pada hal shalat merupakan hal yang terpenting karena bagi pemeluk Islam merupakan tiang Agama.
Apabila shalatnya baik, sempurna dan berkesinambungan, maka semua amal-amal yang lainnya akan turut baik pula.
Oleh sebab itu menurut ajaran Islam yang diturunkan Allah melalui Al Quran dan sunnah Rosulullah, agar kita bergelimang dengan amal-amal baik, harus tekun melaksanakan shalat.
Mengapa demikian, karena seseorang yang telah melakukan shalat biasanya pikirannya akan menjadi jernih sehingga jiwanya menjadi tenteram.
Dengan jernihnya pikiran dan jiwanya tenteram, akan muncul harapan-harapan baru sehingga tergerak untuk tidak meninggalkan shalat yang begitu ringan karena tidak berat lagi melaksanakannya.
Itulah yang dimaksud dia ringan tetapi berat membawanya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, perintah untuk melaksanakan shalat itu diperoleh Rasulullah SAW dalam perjalanannya Isra' Mi'raj.
Shalat sebagai tiang agama antara lain bertujuan untuk menghapus berbagai penyakit masyarakat.
Timbulnya penyakit masyarakat yang bersarang dalam kehidupan masyarakat, antara lain disebabkan tiga besar penyebab yang merupakan wabah yang sangat cepat menjalar.
Pertama, keyakinan manusia terhadap Allah SWT sudah begitu menipis, dengan kata lain rasa ketauhidan seseorang memudar.
Tatkala rasa ketauhidan seseorang memudar, keyakinan keberadaan Tuhan bahkan diragukan, maka dikala itulah manusia tidak lagi memiliki rasa takut dan bersalah. Disaat itu sholatnya terlepas.
Akibatnya mereka akan masuk menyesuaikan diri ke dalam semua lini.
Misalnya saja di kalangan ulama, maka dia akan berpura pura warak sementara di dalam suasana yang lain dia mungkar dengan apa yang ia katakan.
Tidak perlu dipungkiri lagi bahwa kebunglonan seseorang saat ini sudah tidak langka, bahkan dapat ditemui di dalam lapisan masyarakat manapun.
Tujuannya tidak lain karena dengan niat ingin mengejar keuntungan di dunia.
Mereka ini lupa bahwa tujuan hidup itu antara lain untuk beribadah kepada Allah SWT dengan melaksanakan shalat.
Kedua, tidak yakin lagi adanya hari dan kehidupan selain dunia ini saja (adanya akhirat).
Akibatnya semua manusia berlomba mengejar keberhasilan dalam hidupnya.
Mereka meninggalkan shalat dan tidak lagi membedakan mana yang halal dan mana pula yang haram.
Akhirnya kebanyakan mereka memakai bahasa dalam memenuhi kebutuan hidupnya "mencari rizki yang haram saja susah, apalagi yang halal".
Ketika itulah maka kehidupan akhirat tidak lagi menjadi idaman atau cita-citanya, dan akhirnya bekal untuk menuju akhirat yang paling utama yaitu shalat menjadi terlupakan sama sekali.
Ketiga, terlalu sayang dan cinta kepada diri sendiri.
Apalagi ke akuan seseorang manusia telah muncul maka akan hadir pula rasa sombong, merasa pandai dan benar sendiri, merasa berkuasa sendiri dan kaya sendiri.
Berebut rasa lebih dari orang lain seperti ini, akan mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat.
Disnilah kemudian kita harus kembali mengenang keteladanan Rasulullah, karena dalam diri Rasulullah itu lengkap dengan ketauladanan sesuai firman Allah SWT dalam Al-Quran "Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu ada ketauladanan yang baik".
Sebagai contoh saja, bahwa untuk mengobati penyakit masyarakat seperti yang telah menyebar di tengah-tengah bangsa tercinta ini, kita dapat mencontoh Rasulullah tatkala mengobati penyakit masyarakat di zamannya.
Obat itu berupa tiga buah tablet penagkis sehingga melahirkan satu masyarakat yang hidup penuh dengan keamanan, kedamaian, kenyamanan, kasih sayang dan kebahagiaan.
Tiga tablet penangkis yang diberikan Rasulullah itu adalah :
Pertama, mencanangkan dan menanamkan kembali rasa ketauhidan atau keimanan agar tidak meninggalkan shalat yang dianggap berat dilaksanakan di kalangan masyarakat.
Rasulullah mencanangkan betapa kehebatan dan keperkasaan Allah.
Rasulullah juga menjelaskan ayat-ayat Allah yang menunjukkan bahwa Allah yang menghidup-matikan segala mahluk.
Allah juga memberi nikmat kepada orang-orang yang berbuat baik dan menjaga shalatnya.
Sebaliknya azab yang pedih bagi mereka-mereka yang jahat yang melalaikan perintah-Nya dan lengket dengan larangan-Nya.
Kedua, Rasulullah menanamkan kepercayaan agar umat mempercayai dan menyintai akhirat.
Di akhirat nanti akan ada surga dan neraka yang dapat memisahkan manusia yang baik dengan mereka yang jahat selama di dunia yang fana ini.
Akhirat itu adalah tujuan akhir hidup, dan hidup yang paling utama dan kekal, sesuai dengan bunyi QS Ad Dhuha 4 : "Akhirat itu adalah lebih utama, lebih baik dari yang baik di dunia".
Hasil dari kerja Rasulullah itu melahirkan dan memunculkan manusia-manusia yang jiwanya terpaut erat dan rindu dengan akhirat.
Bahkan saking terpautnya dengan akhirat, pengikut Rasulullah bukan saja menghabiskan harta bendanya untuk menju akhirat.
Bahkan bila perlu nyawa sendiri dikorbankan untuk memuluskan jalannya ke akhirat itu.
Saudagar yang kaya-kaya berlomba-lomba mempergunakan hartanya dengan menyantuni orang-orang yang fakir miskin, memberikan bantuan atau membuat tempat-tempat peribadatan serta tempat berbagai kegiatan umat sebagai amal mereka untuk kepentingan umum.
Ketiga, Rasulullah menanamkan semangat dan perasaan cinta kepada sesama manusia.
Tindakan ini dilakukan untuk mengikis keakuan (egoisme) yang ingin berkuasa sendiri, menang sendiri, dan benar sendiri.
Dengan cara ini maka dikalangan sahabat dan umat Islam khususnya dan umat islam dimasa Rosulullah itu, terjalin perasaan gairah untuk saling bantu membantu, kebersamaan, senasib sepenanggungan.
Lahirlah kemudian rasa kasih sayang dan seia sekata dalam menetapkan semua keputusan.
Masyarakat di masa Rasulullah itu sadar benar, bahwa penderitaan orang lain adalah penderitaannya juga, darah orang lain adalah darahnya juga dan bahkan harta benda miliknya, juga sebagian adalah milik orang lain.
Mereka menyadari bahwa semua itu adalah semata-mata untuk memuluskan jalan menuju alam akhirat yang kekal abadi.
Sekarang ini, rasa kebersamaan, saling hormat menghormati, saling bantu membantu sudah luntur, termasuk melaksanakan kewajiban utama shalat.
Buktinya waktu sholat, kebanyakan di masjid hampir nyaris tidak ada yang bershalat.
Mereka banyak masih di jalan-jalan, di pasar atau di tempat-tempat kerjanya.
Seharusnya bila datang waktu shalat, mereka cepat mencari masjid atau musholla untuk melaksanakan sholat karena waktu sholat itu paling lama hanya enam menit saja.
Merea berat mengerjakannya walaupun sebenarnya pekerjaan itu sangat ringan untuk dilaksanakan.
Oleh sebab itu wajar apabila Allah swt memberikan peringatan kepada hambanya yang lalai melaksanakan perintah-Nya.
Allah SWT beri berbagai musibah seperti tanah longsor, air bah termasuk berbagai kekacauan sesama hamba-Nya.
Seharusnya semua hamba Allah utamanya yang berada di negeri tercinta ini sadar dengan peringatan Allah ini agar terhindar dari kebinasaan.
Penyebab binasanya masyarakat, adalah karena masyarakat bersifat mazmumah, yaitu sifat gila dunia dan menakuti akan mati.
Sifat ini termasuk sifat yang terkeji, yang membawa manusia menuju neraka jahannam.
Hati yang gila dunia ini semata-mata bahwa hidup hanya untuk mencari kenikmatan dunia.\
Menumpuk harta benda dan mencari kedudukan yang tinggi. Hal ini dianggap tidak selamat di dunia dan akan disiksa dalam neraka kelak.(QS. Asy Syura, 88).
Mereka yang memiliki hati yang mazmumah, pada hari kiamat nanti baru mengakui bahwa harta benda yang ia kumpulkan selama di dunia tidak ada gunanya, apalagi diperoleh dan dipergunakan bukan di jalan Allah SWT.
Hati yang baik yaitu hati yang penuh dengan iman, dan mereka yang memiliki keimanan inilah yang akan selamat.
Hati seorang yang beriman adalah hati orang yang tidak cinta dunia, tetapi lebih mencintai akhirat, menyintai janji Allah dengan segala ketaqwaannya.
Binasanya masyarakat disebabkan pengaruh dari penyakit gila dunia ini. Penyakit ini menyerang siapa saja dan dalam semua golongan, waspadalah.