Mencekam, Warga 3 Desa di Muratara Pukul Meja di Ruang Setda, Konflik Lahan Dicemaskan Ada Korban
Rapat konflik lahan antara warga di tiga desa yang ada di Muratara dengan salah satu perusahaan yang digelar di ruang Setda berlangsung mencekam.
SRIPOKU.COM, MURATARA - Rapat penyelesaian konflik lahan antara warga di tiga desa yang ada di Muratara dengan salah satu perusahaan berlangsung mencekam. Berlangsung di ruang Setda Muratara Selasa (7/1/2020), sejumlah warga pukul-pukul meja karena kecewa dengan jalannya rapat.
Konflik lahan antara warga dan perusahaan yang bergerak di perkebunan sawit di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) tak kunjung selesai.
Warga menuntut pihak perusahaan agar menyerahkan lahan plasma kepada masyarakat seluas 480 hektare atau sebanyak 240 paket yang diperjuangkan sejak tahun 1995.
• Video: Warga di 2 Desa dari 3 Kecamatan di Muratara Datangi Bupati Perihal Konflik Lahan
Warga yang berkonflik dengan perusahaan tersebut mayoritas dari Desa Bina Karya, sebagiannya lagi dari Desa Biaro dan Desa Mandi Angin.
Untuk yang kesekian kalinya Pemkab Muratara kembali memfasilitasi antara warga dan pihak perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Salah satunya adalah mempertemukan kedua belah pihak untuk membahas bersama mencari solusi.
Sayangnya, pada rapat yang digelar kemarin tersebut pihak perusahaan kembali tidak hadir memenuhi undangan rapat dari Pemkab Muratara guna mencari titik terang dari masalah yang ada.
Rapat yang awalnya tertib tiba-tiba menegangkan karena diwarnai aksi saling bentak dan pukul meja dalam ruang rapat Bina Praja Setda Muratara.
• BREAKING NEWS Warga di 2 Desa dari 3 Kecamatan di Muratara Datangi Bupati Perihal Konflik Lahan
Ketidakhadiran pihak perusahaan dalam rapat tersebut membuat warga marah karena mereka merasa dipermainkan oleh perusahaan.
"Pemda harus hadirkan pihak perusahaan ke rapat ini, sudah berapa kali kita rapat mereka tidak pernah hadir, makanya warga marah," kata Indra Cahaya selaku kuasa hukum warga.
Menurut Indra, warga geram dengan Pemkab Muratara yang tidak memberikan ketegasan kepada perusahaan tersebut sehingga selalu mangkir setiap kali diundang rapat.
"Yang membuat warga marah kenapa Pemda biarkan mereka tidak hadir terus, Pemda tidak ada ketegasan, apakah Pemda ini takut dengan perusahaan," katanya.
• 14 Tahun Konflik Lahan akhirnya Warga Pulai Gading-PT BPP Sepakat Damai
Kepala Desa Bina Karya Dumiyati menambahkan, konflik lahan antara warga dan perusahaan ini bisa berujung fatal hingga menelan korban jiwa.
"Karena masyarakat sudah habis kesabarannya dan merasa dipermainkan, semoga saja tidak terjadi apa-apa, jangan sampai ada korban jiwa," katanya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Muratara Alwi Roham yang memimpin rapat mengatakan, pihaknya sudah mengundang perusahaan yang sedang berkonflik dengan warga untuk hadir rapat.
Akan tetapi, tidak memenuhi undangan rapat dari Pemkab Muratara tanpa pemberitahuan, sehingga rapat ditunda dan akan dijadwalkan kembali.
• Reynhard Hanya Butuh Semenit Cari Mangsa
"Rapat ini sepihak, jadi kita tunda, akan kita jadwalkan lagi untuk menghadirkan pihak perusahaan. Rapat hari ini tidak ada yang bisa kita ambil keputusannya," ujar Sekda.
Pihaknya akan membentuk tim kecil untuk menyusun strategi sebagai kebijakan guna menyelesaikan konflik lahan antara warga dan perusahaan.
"Beri kami waktu 10 hari untuk membahas ini lebih dalam lagi, bagaimana strategi untuk menyelesaikan masalah ini, kami akan membentuk tim kecil," katanya.