Kisah Nenek Naharia Diduga 20 Tahun Ditelantarkan Anak di Malaysia, Pilu Kini Tinggal Digubuk Seng
Kisah Nenek Naharia Diduga 20 Tahun Ditelantarkan Anak di Malaysia, Pilu Kini Tinggal Digubuk Seng
Penulis: Tria Agustina | Editor: Fadhila Rahma
Naharia berulang kali membandingkan betapa pedulinya warga sekitar terhadap dirinya dengan perilaku anak dan menantunya.
Tahu nenek Naharia terlantar dan hidup sebatang kara, warga berbondong-bondong ke gubuknya membawa makanan, memberi uang, dan segala kebutuhan pokok lainnya.
Nenek Naharia tak melihat siapa saja yang datang, tapi dirinya hanya mendengar perkataan tiap tamu pembawa bantuan.
"Nakko wangkelinga muni otoe, wangkelinga makkeda 'nene’ engkae, iya ro bawang. Iyya ko uwita taue, de’ gaga uwita. (Jika suara mobil, saya dengar ada orang berkata 'nenek ada pemberian, itu saja saya dengar'. Saya tidak bisa melihat siapa yang datang)," tuturnya berbahasa Bugis menceritakan banyaknya warga datang memberi bantuan.
Mereka tak setiap saat datang karena banyak yang sibuk dengan pekerjaannya.
"Orang saja kasihan (kepada) mamamu, kasih makan siang - malam. Semuanya (kerukunan) orang Kadai di sini bagi beras, duit, apa-apa, polis apa semuanya datang di sini bagi (beri) aku duit," tutur dia.
Kadai merujuk pada nama sebuah desa di Kecamatan Mare, Kabupaten Bone.
Di gubuk nenek Nahariah, tampak terdapat kompor gas, namun dia tak bisa memasak karena matanya tak bisa lagi melihat.
Tampak pula sepiring nasi dan mirip sambal, namun itu pemberian atau dimasak orang lain.
"Hari-hari datang orang bagi (kepada) aku makanan, duit. Ndak ada duit, ditengok aku. Bantal apa, dibagi aku. Ondeng, bukan aku sengsara di sini. (Setiap hari orang datang memberi aku makanan, duit). Kalau kehabisan duit, saya dibesuk. Diberi bantal. Ondeng, saya tidak sengsara di sini)."
"Banyak orang kasihan aku, kasih makan aku di sini. Tidak boleh turun di lehernya orang makanannya kalau ndak dibagi aku. Asal aku dikasihani. Banyak orang tidak mau turun nasi di lehernya, Ondeng, kalau ndak dibagi (ke) orangtuamu, Nahariah," tutur dia membelakangi rak pakaian dan kasur yang disandarkan di dinding dalam gubuk terlihat agak kumuh.
• Kisah Haru Pengorbanan Suami untuk Istrinya yang Hamil, Relakan Punggungnya Jadi Kursi Saat Antri!
Kangen
Setelah bantuan mengalir, nenek Nahariah tak lagi kesulitan makanan.
Kendati demikian, masih masalah belum bisa lepas dari dirinya, rindu kepada anak dan menantu.
"Makanan pun, Aliyas, Ondeng, ndak aku sengsara. Apa dia makan (aku dikasih), tapi aku rindu sama kita. Rindu aku sama kita, Ondeng, Aliyas, rindu aku," katanya mengungkapkan isi hati.