Inilah 6 Faktor Utama Kenapa Nyamuk Sering Menggigit: dari Warna Pakaian hingga Perempuan Hamil
Penyakit yang bisa timbul dari hewan nyamuk juga sangat diwaspadai, apalagi orang yang hidup di area kotor dan basah.
SRIPOKU.COM - Di musim-musim tertentu, populasi nyamuk seringkali bertambah dan menjadi lebih banyak.
Keresahan tentang gigitan dan bahaya nyamuk sendiri memang tidak main-main.
Penyakit yang bisa timbul dari hewan ini juga sangat diwaspadai, apalagi orang yang hidup di area kotor dan basah.
Meski begitu ternyata ada laporan mengatakan bahwa beberapa orang tampak jarang digigit oleh nyamuk.
• JANGAN DIBUANG, Kulit Jeruk Masih Bisa Dimanfaatkan, Salah Satunya Mengusir Nyamuk Dan Serangga
• 3 Cara Ampuh dan Aman Mengusir dan Menghilangkan Kecoa, Nyamuk dan Semut di Rumah
Sementara, orang-orang lainnya harus bekerja lebih keras agar kulit mereka tidak jadi sasaran nyamuk.
Melansir Live Science pada Senin (24/6/2019), zat kimia yang ada di udara ternyata dimanfaatkan oleh nyamuk.
Nyamuk memanfaatkan zat jejak kimia tersebut untuk menemukan korbannya. Dengan perilaku dan indranya, nyamuk mengikuti jejak kimiawi yang ditinggalkan tubuh manusia.
Nyamuk mengandalkan karbon dioksidan untuk menemukan inangnya. Ketika manusia mengembuskan napas, karbon dioksida dari paru-paru dilepaskan ke udara.
Dari situlah, nyamuk mencari jejak dari zat tersebut.
Beberapa penelitian juga mengatakan bahwa secara genetik 85 persen dari manusia memang rentan terkena gigitan nyamuk.
Dr Anjali Mahto, konsultan dermatologi yang berkedudukan di London mengatakan, untuk menghindari gigitan nyamuk seseorang perlu memperhatikan 6 hal berikut ini:
Para peneliti mengatakan, golongan darah tertentu lebih atraktif ketimbang golongan darah yang lain.
Bebebrapa jenis darah mensekresikan gula melalui kulit mereka sehingga nyamuk mampu merasakannya.
Sebuah penelitian pada tahun 1972 menunjukkan, nyamuk lebih memilih orang dengan golongan darah O.
