Berita Palembang
Fakta-fakta dan Sejarah Jembatan Ampera Palembang, Jadi Ikon Terkenal Kota Palembang!
Dibalik sejarah Jembatan Ampera, Ikon Kota Palembang yang menghubungkan dua kawasan, ulu dan Ilir
Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Welly Hadinata
Kemudian Panitia Pembangunan ini menyampaikan gagasan Pembangunan jembatan tersebut Kepada Presiden RI Ir. Soekarno.
Gagasan tersebut di setujui oleh Bung Karno, dengan Syarat di buat juga taman terbuka di kedua ujung jembatan itu.
Penandatanganan kontrak pembuatan Taman Kota atau boulevard dilakukan pada tanggal 14 Desember 1961 dengan biaya USD 4.500.000 atau sekitar Rp. 900.000.000 pada masa itu dengan kurs Dolar USD 1 = Rp 200.
Dana Rampasan Perang
Pada April 1962 di mulai pembangunan Pembuatan Jembatan atas biaya pemerintah Jepang, sebagai bentuk kompensasi perang Dunia II dari Pemerintah Jepang terhadap Indonesia, tak hanya biaya Tenaga Ahli pembuat Jembatan pun di datangkan dari Negara Jepang.
Jepang saat itu menunjuk Fuji Mobil Manufacturing Co Ltd, sebagai penangung jawab untuk desain dan konstruksi jembatan.
Proses Pembuatan Jembatan memakan waktu sekitar 3 tahun lama nya.
Tepat pada 30 September 1965, Jembatan pun diresmi oleh Letjen Ahmad Yani, dengan nama Jembatan Bung Karno.
Namun pada tahun 1966 terjadi pergolakan gerakan Anti-Soekarno, Nama jembatan yang mengambil dari Nama Presiden RI pun di Rubah menjadi Jembatan Ampera yang artinya Amanat Penderitaan Rakyat.
Keunikan Jembatan Ampera
Jembatan Ampera awalnya pada bagian tengah, bagian belakang dan bagian depan badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan.
Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya.
Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi.
Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
