Berita Palembang

Fakta-fakta dan Sejarah Jembatan Ampera Palembang, Jadi Ikon Terkenal Kota Palembang!

Dibalik sejarah Jembatan Ampera, Ikon Kota Palembang yang menghubungkan dua kawasan, ulu dan Ilir

Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM/NISYAH
Fakta-fakta dan Sejarah Jembatan Ampera Palembang, Jadi Ikon Terkenal Kota Palembang! 

Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Chairul Nisyah

Fakta-fakta dan Sejarah Jembatan Ampera Palembang, Jadi Ikon Terkenal Kota Palembang!

SRIPOKU.COM, PALEMBANG- Kota Palembang adalah pusat dari Provinsi Sumatera Selatan.

Sebagai pusatnya Provinsi Sematera Selatan, Kota Palembang memiliki ikon terkenal yaitu Jembatan Ampera.

Jembatan yang memiliki Panjang total 1117 meter, Lebar 22 meter dan Tinggi 63 meter ini berdiri kokoh diatas aliran Sungai Musi.

Ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera, Sabtu (21/12/2019)
Ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera, Sabtu (21/12/2019) (SRIPOKU.COM/NISYAH)

Nama ampera sendiri merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat.

Ikon Kota Palembang ini juga menghubungkan dua kawasan yakni seberang ilir dan seberang ulu.

Dimana kedua kawasan tersebut dipisahkan oleh Sungai Musi.

Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia Tenggara.

Sejarah Jembatan Ampera

Di masa pemerintahan Belanda tahun 1906, saat Le Cocq de Ville mejabat sebagai walikota, muncullah Ide membuat sebuah jembatan dengan tujuan untuk menyatukan Kota Palembang antara Seberang ulu dan seberang ilir.

Di tahun 1924, akhirnya ide tersebut di realisasi dan dilakukan banyak usaha untuk mewujudkan Jembatan tersebut.

Namun, sampai masa jabatan Le Cocq de Ville berakhir, bahkan ketika Belanda pergi dari Indonesia, proyek pembangunan jembatan itu tidak pernah terealisasi.

Ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera, Sabtu (21/12/2019)
Ikon Kota Palembang, Jembatan Ampera, Sabtu (21/12/2019) (SRIPOKU.COM/NISYAH)

Di Masa Kemerdekaan, masyarakat seberang ulu dan seberang ilir memiliki gagasan untuk membuat jembatan yang dapat memudahkan akses transportasi penyeberangan.

Permintaan Masyarakat Palembang tersebut dibawa oleh DPRD Peralihan Kota Besar Palembang ke sidang pleno tanggal 29 Oktober 1956, Tahun 1957 di bentuk Panitia Pembangunan yang terdiri atas Harun Sohar (Panglima Kodam II/Sriwijaya), H.A. Bastari (Gubernur Sumatera Selatan), M. Ali Amin, dan Indra Caya.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved