Terduga Dalang Isu Bom Dibebaskan
Isu Bom di Komplek Sederhana TNI, Kala Dugaan Polda Sumsel dan Hasil Pemeriksaan Polrestabes Berbeda
Berakhir sudah peristiwa isu teror bom di Komplek Sederhana TNI setelah terduga pelakunya diketahui.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - BY (16), inisial pelajar yang sempat ditangkap karena diduga menjadi dalang isu bom di Komplek Sederhana Kemuning Palembang, kini dilepaskan aparat kepolisian. Pihak Polrestabes Palembang menilai apa yang dilakukan BY bentuk kenakalan remaja.
Keputusan tidak memproses hukum BY juga didasari dengan barang bukti yang ditemukan di halaman rumah Sunario, warga yang pertama kali mengetahui tas berisikan benda-benda yang diduga bom.
Seperti diketahui, warga Komplek TNI di Jalan Sederhana, Kelurahan Talangan Aman, Kecamatan Kemuning Palembang, dihebohkan dengan isu bom yang diletakkan orang tak dikenal.
Kabar ini, membuat warga sekitar menjadi panik dan langsung melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian.
Polsek Kemuning yang mendapatkan laporan tersebut langsung meminta bantuan dari tim Gegana Brimob Polda Sumsel. Saat datang, tim Gegana Brimob Polda Sumsel langsung melakukan penelusuran di lokasi.
Penyisiran yang dilakukan akhirnya menemukan sebuah tas di dalam pekarangan rumah milik Sunariah (65), Kelurahan Talang Aman, Kecamatan Kemuning Palembang. Tas tersebut, langsung diamankan Tim Gegana Brimob Polda Sumsel.
Usai diamankan, tas tersebut dibawa ke mobil Gegana dan dilakukan di krafter atau diledakkan.
Setelah Gegana mengecek tas tersebut dan memang berisikan kabel serta pipa, membuat tas tersebut langsung dibawa ke mobil Gegana. Di dalam tong mobil Gegana, tim penjinak bom langsung meledakkannya.
Berikut beberapa fakta yang dirangkum sripoku.com atas peristiwa ini:
1. Ditemukan pensiunan TNI

Warga Komplek Sederhana TNI Kemuning dihebohkan dengan isu bom yang ditemukan oleh seorang warga bernama Sunario, yang merupakan pensiunan TNI.
Ada tas misterius di rumahnya dan diketahui isi dari tas itu benda-benda mencurigakan, seperti botol berisikan serbuk, kabel, lakban, pipa, dan ada yang mengatakan ada panci di dalamnya.
Sunaryo lalu dilarang anaknya membuka tas tersebut karena mencemaskan tas berisikan bom sehingga memanggil RT setempat untuk selanjutnya menghubungi aparat kepolisian.
2. Pasang garis polisi
Dari laporan tersebut, Kapolsek Kemuning AKP Robert meminta bantuan dari Gegana Brimob Polda Sumsel.
Saat datang, tim Gegana Brimob Polda Sumsel langsung melakukan penelusuran.
Tak hanya saja, pintu masuk di depan komplek untuk saat ini juga ditutup menggunakan police line.
Di sisi lain, anggota Gegana Brimob Polda Sumsel langsung melakukan penyisiran terkait adanya laporan bom di komplek itu.
Terlihat, ada beberapa personil yang menyisir di dalam komplek tersebut.

Sedangkan, satu personil lain berjaga di depan pintu masuk agar tidak ada orang yang masuk ke dalam komplek selama penyisiran dilakukan.
Terlihat pula, mobil Gegana yang stanby di dalam komplek.
Dengan menggunakan peralatan deteksi bom, personil Gegana Brimob Polda Sumsel melakukan penyisiran terkait isu adanya bom di dalam komplek tersebut.
3. Telpon ancaman bom
Salah satu tetangga Sunariah, Lina (42), ketika ditemui menuturkan, bila rumah tetangganya Sunariah sempat mendapat telepon dari seseorang dan akan mengebom rumahnya.
Namun, hal tersebut tidak dipedulikannya.
"Telepon itu sekitar pukul 10.00, ada yang telepon dan mengatakan sudah meletakkan bom di rumahnya," ujar Lina.
Karena tak memperdulikannya, membuat Sunariah tak ambil pusing. Seperti biasa, ia keluar ke perkarangan rumah. Saat itulah, ditemukan sebuah tas.
4. Polisi menduga disebabkan persaingan bisnis
Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi menuturkan, dari laporan ketua RT dan anak korban ke Polsek Kemuning, langsung ditindak lanjuti dengan pengecekan yang dilakukan tim Gegana Polda Sumsel.
Dari pengecekan, ternyata tas ransel warna hitam memang berisikan kabel dan pipa. Karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan, dilakukan pemeriksaaan lebih lanjut di mobil Gegana.
"Setelah diperiksa lebih detil, ternyata tas itu hanya berisikan kabel dan pipa saja. Bukan berisi bom berdasarkan teror dari si penelepon," ujar Supriadi.
Karena akan membuat cemas, tas berisikan kabel dan pipa tersebur, diputuskan untuk dimusnahkan tim Gegana Brimob Polda Sumsel.

Menurut Supriadi, bila teror ini karena berlatar belakang masalah usaha tour and travel umroh. Pelaku diduga tidak senang dengan usaha yang digeluti Sunariah yang terlihat lebih maju.
"Ini diduga orang yang kenal sama pemilik rumah. Karena, sebelumnya sempat menelepon dan meneror bila ia sudah meletakan bom di rumah. Dari keterangan pemilik rumah, ada yang tidak senang usahanya maju," ujar Supriadi.
Meski bukan bom yang sebenarnya diletakan di depan rumah Sunariah, tetapi dengan teror yang ada dan sudah meresehakan masyarakat, Menurut Supriadi kasus ini tetap akan dilakukan penyelidikan.
"Nanti, siapa pelakunya baru bisa ketahuan. Setelah penyidik melakukan penyelidikan dan memeriksa saksi-saksi," ujarnya.
5. Seorang pelajar ditangkap lalu dilepaskan
Beberapa jam pasca peristiwa ini, Polrestabes Palembang mengamankan seorang pelajar berinisial BY yang diduga pelaku yang meletakkan benda-benda mencurigakan di halaman rumah Sunariah.
Namun, ketika menggelar perkara ini Rabu (11/12/2019), polisi memutuskan untuk tidak memproses hukum terhadap BY.
Keputusan tidak memproses hukum BY juga didasari dengan barang bukti yang ditemukan di halaman rumah Sunario, warga yang pertama kali mengetahui tas berisikan benda-benda yang diduga bom.

Kini, BY diserahkan ke keluarganya untuk dibina.
Hal ini diungkap langsung Kasat Reskrim Polrestabes Palembang, Kompol Yon Edi Winara, didampingi Kanit Tekab 134 Polrestabe Palembang, Iptu Tohirin dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), saat mengelar perkara BY, di gedung depan Polrestabes Palembang.
Yon mengatakan, hasil pemeriksaan, motif dari kejadian ini karena sakit hati antara pelaku sebagai anak dengan orangtuanya dan dipastikan barang-barang yang ditemukan di lokasi kejadian bukan rangkaian atau pun rakitan bom.
“Pelaku tidak menyangka jika bahwa penanganan kepolisian sampai seperti ini, karena tujuan dia karena sakit hati dianggap sebagai biang masalah di rumah. Jadi kecenderungannya bukan untuk teror, tapi untuk menunjukkan kepada orangtuanya, cuma bentuknya yang salah,” ungkap Yon kepada awak media.
Apa yang diucapkan Yon tentu saja berbeda dengan dugaan yang disampaikan pihak Polda Sumsel beberapa saat pasca peristiwa ini terjadi.