Inilah Abu Sayyaf, Kelompok Bajak Laut Fillipina yang Sandera 3 WNI, Disebut Militan Paling Bahaya!
Abu Sayyaf, Kelompok Bajak Laut di Fillipina yang Sandera 3 WNI, Disebut Militan Paling Berbahaya!
Penulis: fadhila rahma | Editor: Welly Hadinata
Abu Sayyaf, Kelompok Bajak Laut di Fillipina yang Sandera 3 WNI, Disebut Militan Paling Berbahaya!
SRIPOKU.COM - Abu Sayyaf, kelompok militan dan bajak laut di Fillipina yang sandera 3 WNI, disebut militan paling berbahaya.
Kelompok ini telah menyandera 3 Warga Negara Indonesia yang berprofesi sebagai nelayan di malaysia dengan meminta tebusan hingga 8 Miliar.
Melansir Wikipedia, Kelompok Abu Sayyaf adalah kelompok militan dan bajak laut Jihad.
Abu Sayyaf adalah salah satu kelompok separatis terkecil dan kemungkinan paling berbahaya.
• BREAKING NEWS: Aksi Begal di Palembang Tertangkap Kamera CCTV, Seorang Wanita Jadi Korban
• Keutamaan Al Matsurat, Dzikir Pagi dan Petang, Allah Sempurnakan Nikmat Atasnya, Video & Terjemah
• 3 Nelayan WNI Disandera Abu Sayyaf di Malaysia, Fadli Zon Kedepankan Kivlan Zen
Ini berbasis di sekitar pulau Jolo dan Basilan di bagian barat daya Filipina, di mana selama lebih dari empat dekade.
Dilaporkan bahwa akhir-akhir ini mereka sedang memperluaskan jaringannya ke Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Kelompok ini dianggap keras dan bertanggung jawab atas serangan teroris terburuk di Filipina , pemboman Superferry 14 pada 2004 , yang menewaskan 116 orang.

Abu Sayyaf sejatinya adalah seorang mujahidin di Afghanistan yang berperang melawan Uni Soviet pada era 1980-an. Abu Sayyaf, yang berarti bapak ahli pedang dalam bahasa Arab, memiliki banyak anak buah dalam pertempuran tersebut.
Belakangan, nama Abu Sayyaf dipinjam sekelompok orang saat mereka memisahkan diri dari kelompok separatis Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) di Filipina pada 1991.
Kelompok ini tidak hanya ingin mewujudkan Mindanao yang merdeka, tapi juga negara Islam di kawasan tersebut.
• Senin Depan Disumpah Otavio Dutra Jadi WNI Lewat Proses Naturalisasi
• Update 8 Kasus Teror Harimau Sumatera:3 Warga Diserang 1 Tewas, Walikota Pagaralam Bentuk Tim Khusus
Sejak itu, Abu Sayyaf gencar memperjuangkan tujuan itu dengan memerangi aparat Filipina.
Pendiri Abu Sayyaf ialah Abdurajak Abubakar Janjalani.
Dia tewas dalam baku tembak dengan tentara Filipina pada Desember 1998.
Komandan Abu Sayyaf saat ini ialah Isnilon Hapilon.
Seperti diketahui tiga nelayan WNI disandera kelompok Abu Sayyaf saat melaut di Pulau Tambisan, Lahad Datu, Sabah sejak 24 September 2019.
Dilansir Kompas.com, tiga nelayan Indonesia itu diketahui bernama Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27).

Tiga WNI disandera kelompok Abu Sayyaf sudah lebih 2 bulan Ini
Korban penyanderaan berharap pemerintah Indonesia bisa membebaskan mereka.
Bahkan salah satu korban memberitahukan lewat rekaman video yang beredar di laman Facebook bahwa penculiknya meminta uang tebusan.
Kementerian Luar Negeri mengonfirmasi bahwa ketiga korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf dalam rekaman video di laman Facebook merupakan WNI.
Hal itu diungkapkan Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2019).
"Tiga orang dalam video tersebut terkonfirmasi sebagai 3 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf sejak bulan September 2019," ungkap Judha.
Dalam rekaman video yang dirilis ke Facebook pada Sabtu pekan lalu, salah satu korban mengungkapkan bahwa penculiknya meminta tebusan.
Judha mengatakan bahwa saat ini pemerintah Indonesia terus berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk membebaskan ketiga korban.
"Pemerintah RI terus berkoordinasi dengan otoritas Malaysia dan Filipina untuk upaya pembebasan para sandera WNI tersebut," tuturnya.
Sebelumnya, dilansir The Star Kamis (21/11/2019), mereka diculik oleh sekelompok orang bersenjata dari kapal pukat ikan Sandakan yang terdaftar di perairan Tambisan.
Tiga nelayan Indonesia itu diidentifikasi bernama Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27).
Dalam video berdurasi 43 detik yang dirilis pekan lalu, Samiun menyebut diri mereka sebagai nelayan Indonesia dan bekerja di Malaysia.
"Kami ditangkap oleh kelompok Abu Sayyaf pada 24 September 2019," ujar Samiun dalam bahasa Indonesia.
Mereka meminta perusahaan maupun pemerintah membebaskan mereka.
Dilaporkan juga bahwa keluarga dari salah satu korban mengakui juga mendapat permintaan tebusan sebelum video tersebut dirilis.
Minta tebusan Rp 8 Miliar
Abu Sayyaf meminta tebusan hingga Rp 8 miliar setelah 3 nelayan Indonesia disandera.
Permintaan tersebut disampaikan oleh salah satu korban melalui rekaman video yang dirilis ke Facebook pada Sabtu pekan lalu.
Tiga nelayan Indonesia itu diidentifikasi bernama Maharudin Lunani (48), anaknya Muhammad Farhan (27), dan kru kapal Samiun Maneu (27).
Dilansir The Star Kamis (21/11/2019), mereka diculik oleh kelompok orang bersenjata dari kapal pukat ikan Sandakan yang terdaftar di perairan Tambisan.
Dalam video berdurasi 43 detik yang dirilis pekan lalu, Samiun menyebut diri mereka sebagai nelayan Indonesia dan bekerja di Malaysia.
"Kami ditangkap oleh kelompok Abu Sayyaf pada 24 September 2019," ujar Samiun dalam bahasa Indonesia.
Mereka meminta perusahaan maupun pemerintah membebaskan mereka.
"Kami meminta kepada Presiden Indonesia untuk membebaskan kami. Mereka (Abu Sayyaf) meminta tebusan 30 juta peso (Rp 8 miliar)," ucap Samiun.
Dilaporkan juga bahwa keluarga dari salah satu korban mengakui juga mendapat permintaan tebusan sebelum video tersebut dirilis.
Komisioner Polisi Sabah, Datuk Omar Mammah mengatakan berdasarkan keterangan otoritas Filipina, kelompok itu juga membuat permintaan serupa beberapa hari setelah menangkap.
Namun, Omar enggan menyebutkan berapa jumlah tebusan yang diminta kepada nelayan Indonesia.
Sebab, mereka tidak mengungkap jumlahnya.