Pulau Kelor, Kisah Suram Benteng Kuno dan Pulau Kuburan

Pulau Kelor merupakan gugusan pulau yang secara administratif berada di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta.

Editor: Bejoroy
https://travel.kompas.com/
Tembok Bertuliskan Pulau Kelor akan menyambut wisatawan ketika berkunjung ke sini, Kamis (10/10/2019). (Nicholas Ryan Aditya) 

Kompas.com perkirakan tinggi benteng sekitar 15 meter. Dengan ketinggian ini dan melihat bekas struktur yang bundar, dapat diperkirakan benteng tersebut bisa membalas menembaki musuh dengan Meriam yang bisa bermanuver 360 derajat.

“Temboknya ini kokoh, kuat sekali, tebal, jadi dulu Belanda bisa bertahan dari serangan musuh,” ujar Rosadi.

Pada masa kolonial, di tengah Benteng ini terdapat meriam besar yang digunakan Belanda sebagai pertahanan kawasan maritim Hindia Belanda, khususnya Batavia. Benteng yang melingkar disertai pintu-pintu besar di sekitarnya, turut mendukung kerja meriam yang dapat bermanuver 360 derajat.

Kisah menarik lainnya dari pulau ini adalah kisah penguburan para tahanan Belanda yang dieksekusi. Pulau Kelor dulu dinamakan Pemerintah Hindia Belanda sebagai Pulau Kerkhof yang artinya kuburan.

Jika kamu membuka Google Maps dan mengetik Pulau Kelor, maka yang terjadi adalah munculnya nama ‘Kerkhof’ di sana. Karena sejarah kelam nan pilu yang terdapat di dalamnya, pulau ini juga masih dianggap angker.

“Kalau mau digali, mungkin masih ada sisa-sisa mayat yang dieksekusi di sini,” ujar Rosadi mengiyakan pertanyaan dari wisatawan tentang kuburan tahanan Belanda.

Tak cukup di situ, kisah kelam lagi datang dari tahun 1883 ketika gunung Krakatau meletus. Terjangan tsunami yang dihasilkan dari letusan tersebut membuat Benteng Martello rusak parah.

Untungnya, tak semua struktur bangunan rusak, sehingga masih bisa kita pelajari sejarahnya hingga masa kini.

Bentuk kotak yang dulunya merupakan jendela dari Benteng Martello untuk mengawasi serangan musuh, Kamis (10/10/2019). (Nicholas Ryan Aditya)

Letusan Krakatau nan dahsyat tersebut ikut andil dalam meruntuhkan beberapa bagian bangunan dalam benteng tersebut.

“Dulu ini ada tiga lapis sebenarnya, ini tinggal lapisan dalamnya aja yang kelihatan kokoh, dari tepi laut itu satu, sini dua, dan di dalam itu lapisan ketiganya, karena tsunami Krakatau dulu jadi sisa satu saja,” cerita Rosadi.

Sebagian besar Benteng kemudian runtuh dan terendam air karena abrasi yang mengikis pulau. Pengikisan karena gelombang air laut juga membuat bagian luar benteng terendam air.

Jika kamu tertarik berkunjung ke sini, sebaiknya tidak naik ke struktur bangunan Martello untuk berfoto atau apapun itu.

Hal ini karena benteng sudah berusia ratusan tahun dan melewati berbagai terpaan alam. Setiap pijakan akan menambah kerusakan Benteng Martello.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved