Awas! Dilarang Pakai 7 Motif Batik Ini Saat Berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Dianggap 'Keramat'

Awas! Dilarang Pakai 7 Motif Batik Ini Saat Berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Dianggap 'Keramat'

Penulis: Tria Agustina | Editor: Fadhila Rahma
SRIPOKU.COM/PAIRAT
Walimurid SDN 157 Palembang berwefie mengenakan seragam batik ikut berpartisipasi pada Hari batik Nasional, (2/10/2018). 

5. Batik Kawung motifnya menyerupai buah kolang kaling yang ditata secara geometris. Memiliki makna keinginan dan usaha keras yang akan selalu membuahkan hasil

6. Batik Sogan mengikuti motif klasik keraton dengan dominan warna coklat tua dan hitam. Maknanya kerendahan hati atau bersahaja.

Ilustrasi
Ilustrasi (blogs@NTU)

Kalau kamu mau berburu baju batik atau kain batik murah meriah, dapat mengunjungi:

1. Pasar Klewer, Solo

2. Pasar Beringharjo, Yogyakarta

3. Pasar Batik Setono, Pekalongan

4. Thamrin City, Jakarta

5. Pusat Grosir Batik Trusmi, Cirebon.

Membatik
Membatik (Kompas.com)

Beberapa Motif Batik yang Dilarang Dipakai ketika Berkunjung ke Keraton Yogyakarta

Batik
Batik (Medcom.id)

Kain batik yang digunakan masyarakat biasa juga berbeda dengan motif batik yang digunakan oleh anggota keraton.

Dahulu itu bila menggunakan motif batik yang sama dengan anggota keraton dianggap tidak menghargai pihak keraton.

Dikutip dari Tribunstyle.com, Namun, saat ini motif Ksatriyan yang biasa dipakai keluarga keraton, banyak yang dipakai orang biasa untuk pakaian sehari-hari," ujar Indra Tjahjani, pendiri Griya Peni dan penggagas komunitas Mbatik Yuuuk di lansir dari sebuah media.

Menurut Indra jika sedang berkunjung ke keraton jangan memakai batik yang menyerupai motif yang biasa digunakan oleh keluarga keraton.

Biasanya motif yang digunakan oleh para raja adalah motif batik yang berukuran besar, sedangkan untuk permaisuri dengan motif sama namun dengan ukuran yang lebih kecil.

Nah, oleh sebab itu sebaiknya hindari motif batik yang berukuran besar jika hendak mengunjungi keraton.

Ternyata 5 Artis Ini Derita Gangguan Mental, Kerap Bicara Kotor, Halusinasi, No 2 Nyaris Bunuh Diri!

Berkunjung ke Keraton Yogyakarta rasanya belum lengkap tanpa memakai batik.

Motif khas dari pulau Jawa ini kini sudah populer di Indonesia bahkan hingga ke mancanegara.

Apalag saat ini pemerintah telah menetapkan tanggal 2 Okober sebagai Hari Batik nasional.

Selain bentuk dan coraknya yang indah, batik juga mengandung filosofi dan makna yang mendalam.

Bahkan beberapa motif batik bagi warga Yogyakarta dianggap "keramat"dan hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan.

Motif batik ini mengandung filosofi dan kekuatan spiritual yang dapat memancarkan kharisma seorang Raja Ngayogyakarta.

Berikut tujuh motif batik yang dilarang dipakai orang biasa saat berkunjung ke keraton atau acara kerajaan Yogyakarta dikutip dari website resmi Kratonjogja.id

1. Parang

Batik
Batik (Tribun Wow - Tribunnews.com)

Motif Parang ini diciptakan Panembahan Senapati. Motif ini mulai dilarang saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1785.

Panembahan Senopati membuat motif ini karena terinspirasi saat mengamati gerak ombak Laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai.

Pola garis lengkungnya diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam.

Dalam hal itu yang dimaksud adalah kedudukan raja.

Komposisi miring pada motif parang ini juga menjadi lambang kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan kecepatan gerak.

Motif Parang yang dilarang adalah Parang rusak barong, Parang Rusak Gendreh, Parang Klithik.

Motif Parang Barong hanya boleh dikenakan oleh sultan, permaisuri dan istri utama, putra mahkota, putri sulung sultan, Kanjeng Panembahan, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati, putra sulung sultan dan istri utamanya.

Parang rusak Gendreh boleh dipakai oleh putra-putri sultan dari permaisuri dan garwa ampeyan (selir), putra-putri dari putra mahkota, Pangeran Sentono, istri utama para pangeran, dan patih penasihat raja).

Sementara Parang Rusak Klithik dipakai untuk istri dan garwa ampeyan putra mahkota.

2. Semen Gedhe Sawat Gurdha, Semen Gedhe Sawat Lar

Batik
Batik (Batik motif Semen. Foto: Dok. Kratonjogja.id)

Semen berasal dari kata “semi” atau “tumbuh”.

Motif semen memiliki makna kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta.

Motif semen biasanya juga dilengkapi dengan motif gambar lain yakni gambar gunung dan hewan.

Pemakai motif semen diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu melindungi bawahannya.

Makanya motif ini hanya boleh dipakai oleh keturunan Sri Sultan seperti cucu, cicit dan canggah.

Juga oleh orang-orang terdekat Sri Sultan seperti Patih (penasihat) Motif Semen yang dilarang seperti Semen Gedhe Sawat Gurdha dan Semen Gedhe Sawat Lar.

3. Udan Liris

Batik
Batik (Pinterest.com)

Udan liris berarti hujan gerimis. Hujan adalah simbol pembawa kesuburan bagi tumbuhan dan ternak.

Makna dari motif ini adalah pengharapan agar pemakainya selamat sejahtera, tabah, dan berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa.

Udan Liris merupakan gabungan dari bermacam-macam motif dalam bentuk garis-garis sejajar.

Motif ini hanya untuk para putra dari selir raja Yogyakarta, cucu, buyut, canggah,dan kerabat kerajaan.

4. Rujak Senthe

Batik
Batik (Batik motif Rujak. Foto: Dok. Kratonjogja.id)

Rujak berarti campuran dari buah-buahan. Sementara Senthe adalah tanaman berdaun lebar.

Motif ini terdiri dari tujuh motif yang berbeda diantaranya: lidah api, setengah kawung, banji sawit, mlinjon, tritis, ada-ada, dan watu walang.

Dilihat dari banyaknya pola, motif ini memiliki filosofi bahwa hidup manusia itu memiliki banyak halangan, tantangan maupun keberuntungan yang bercampur menjadi satu.

Motif ini mengajak manusia untuk menjalani dan menerima semua hal di atas dengan lapang dada dan sabar agar tercipta kebahagiaan.

Motif ini konon dapat memberikan rasa senang bagi pemakainya.

Motif Rujak Senthe hanya boleh dipakai oleh Raja dan keluarganya.

5. Cemukiran

Batik
Batik (infobatik.id)

Motif cemukiran berbentuk lidah api atau sinar. Api adalah unsur kehidupan yang melambangkan keberanian, kesaktian, dan ambisi.

Pola seperti sinar diibaratkan pancaran matahari yang melambangkan kehebatan dan keagungan.

Baik api maupun sinar dalam konsep Jawa diibaratkan sebagai mawateja atau bersinar seperti wahyu, yaitu salah satu kriteria yang harus dimiliki seorang raja.

Motif ini hanya boleh dipakai oleh Raja dan Putra Mahkota Keraton Yogyakarta.

6. Kawung

Batik
Batik (Batik motif Kawung. Foto: Dok. Kratonjogja.id)

Motif Kawung menjadi larangan rakyat jelata saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.

Motif ini boleh dipakai oleh para Sentana Dalem (kerabat kerajaan).

Motif kawung berbentuk pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat. Bagan seperti

ini dikenal dalam budaya Jawa sebagai keblat papat lima pancer.

Ini dimaknai sebagai empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin.

Pendapat lain mengatakan kawung menggambarkan bunga lotus atau teratai yang sedang mekar.

Bunga teratai sendiri digunakan sebagai lambang kesucian.

7. Huk

Batik
Batik (Batik motif huk, foto: Kratonjogja.id)

Sama seperti Kawung, motif Huk mulai dilarang saat Sri Sultan Hamengku Buwono VII berkuasa.

Motif ini hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota.

Motif huk terdiri dari motif kerang, binatang, tumbuhan, cakra, burung, sawat (sayap), dan garuda.

Motif kerang bermakna kelapangan hati, binatang menggambarkan watak sentosa, tumbuhan melambangkan kemakmuran, sedangkan sawat ketabahan hati.

Motif ini dipakai sebagai simbol pemimpin yang berbudi luhur, berwibawa, cerdas, mampu memberi kemakmuran, serta selalu tabah dalam menjalankan pemerintahannya.

Pahami makna dan pola motif batik sebelum mengunjungi Keraton Yogayakarta.

Agar tidak salah kostum. Salah kostum berisiko dilarang masuk ke dalam Keraton Yogyakarta.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved