Awas! Dilarang Pakai 7 Motif Batik Ini Saat Berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Dianggap 'Keramat'
Awas! Dilarang Pakai 7 Motif Batik Ini Saat Berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Dianggap 'Keramat'
Penulis: Tria Agustina | Editor: Fadhila Rahma
Awas! Dilarang Pakai 7 Motif Batik Ini Saat Berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Dianggap 'Keramat'!
SRIPOKU.COM - Pada tanggal 2 Oktober Masyarakat Indonesia memperingatinya sebagai Hari Batik Nasional.
Batik diakui sebagai warisan budaya dan tradisi tanah air Indonesia.
Ditetapkan tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional berdasarkan keputusan UNESCO.
Badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia.
Batik juga masuk daftar representatif budaya tak benda warisan manusia oleh UNESCO.
Batik juga memiliki arti masing-masing sesuai dengan motifnya, sebab pada zaman dahulu batik mempunyai batasan.
• Download Lagu Jamrud Pelangi Dimatamu, Lengkap Video, Lirik & Kunci Gitar, Lagu Akustik Paling Hits

Sejarah Batik di Indonesia
Dikutip dari cermati.com, batik memiliki sejarah panjang, di mana setiap corak atau motifnya mengandung filosofi atau makna yang begitu kental dengan nilai-nilai kehidupan.
Batik berasal dari bahasa Jawa “ambhatik”, dari kata “amba” yang berarti lebar, luas, kain; dan “titik” atau “matik” yang artinya menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.
Dalam bahasa Jawa, batik ditulis “bathik”.
Dengan demikian, pengertian batik adalah seni lukis di atas kain dengan menggoreskan malam (lilin) pada alat bernama canting.
Kerajinan batik di Tanah Air dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit, kemudian meluas ke berbagai daerah dan khususnya ke Pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.
Walaupun nama batik berasal dari bahasa Jawa, teknik batik diduga berasal dari Mesir Kuno atau Sumeria lebih dari 1.000 tahun lalu.
Teknik serupa batik juga merambah Tiongkok, India, Jepang, Afrika, dan Senegal ribuan tahun lalu, hingga ke Indonesia.
Batik merupakan karya seni tinggi warisan leluhur yang sudah menjadi identitas bangsa Indonesia.
Dalam perjalanannya, orang yang berjasa mempopulerkan batik kepada dunia adalah Presiden RI ke-2 Soeharto yang saat itu mengenakan batik ketika menghadiri Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
• Tragedi Penusukan Wiranto Tepat dengan Ultahnya Naruto, Senjata Dipakai Abu Rara Mirip Kunai Naruto!
Motif Batik yang Sudah Go Internasional dan Maknanya
Apa kamu pernah belajar membatik? Bagaimana rasanya? Susah-susah gampang kan, karena kamu harus jeli mengikuti pola garis yang sudah terbentuk dengan lilin yang dipanaskan dan alat canting.
Inilah yang disebut teknik batik tulis.
Teknik pembuatan batik lainnya, yakni batik cap.
Masing-masing proses pembuatan batik ini berbeda, batik cap membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari, sedangkan batik tulis 2-3 bulan.
Makanya jangan heran ya kalau harganya mahal.
Nah kalau untuk motif batik, setiap daerah berbeda sesuai ciri khasnya.
Karena setiap motif mengandung makna dari leluhur mereka.
Bahkan ada motif tertentu yang hanya dipakai keluarga keraton untuk menunjukkan status seseorang.

Berdasarkan daerah asal, batik di Indonesia sangat banyak:
1. Batik Bali 11. Batik Cirebon
2. Batik Banyumas 12. Batik Kebumen
3. Batik Betawi 13. Batik Jepara
4. Batik Pekalongan 14. Batik Minangkabau
5. Batik Tegal 15. Batik Tulungagung
6. Batik Solo 16. Batik Banten
7. Batik Yogyakarta 17. Batik Kudus
8. Batik Tasik 18. Batik Minahasa
9. Batik Aceh 19. Batik Kediri
10. Batik Jombang 20. Lainnya
• Sosok Kekasih Tukul Arwana Terungkap, Profesinya Penyanyi Dangdut dan Sudah Dikenalkan ke Keluarga
Contoh beberapa motif batik paling populer dan sudah mendunia, berikut maknanya, yaitu:
1. Batik Parang motifnya seperti ombak.
Salah satu motif batik tertua di Indonesia ini mengandung filosofi tidak pantang menyerah.
Ada 6 jenis motif parang dan tidak semua motif boleh dipakai seluruh lapisan masyarakat, seperti Parang Barong hanya untuk raja, dan Parang Kecil untuk wanita di kalangan kerajaan
2. Batik Truntum memiliki motif mirip seperti bintang.
Umumnya dipakai untuk upacara pernikahan karena mengandung makna cinta tulus tanpa syarat
3. Batik Sekar Jagad menggambarkan bentuk kecantikan dan keindahan, sehingga siapapun yang melihatnya akan terpesona
4. Batik Mega Mendung bermotif bentuk awan bergelung dengan permainan gradasi warna. Maknanya kesabaran, dan tidak mudah marah dalam menghadapi masalah
5. Batik Kawung motifnya menyerupai buah kolang kaling yang ditata secara geometris. Memiliki makna keinginan dan usaha keras yang akan selalu membuahkan hasil
6. Batik Sogan mengikuti motif klasik keraton dengan dominan warna coklat tua dan hitam. Maknanya kerendahan hati atau bersahaja.

Kalau kamu mau berburu baju batik atau kain batik murah meriah, dapat mengunjungi:
1. Pasar Klewer, Solo
2. Pasar Beringharjo, Yogyakarta
3. Pasar Batik Setono, Pekalongan
4. Thamrin City, Jakarta
5. Pusat Grosir Batik Trusmi, Cirebon.

Beberapa Motif Batik yang Dilarang Dipakai ketika Berkunjung ke Keraton Yogyakarta

Kain batik yang digunakan masyarakat biasa juga berbeda dengan motif batik yang digunakan oleh anggota keraton.
Dahulu itu bila menggunakan motif batik yang sama dengan anggota keraton dianggap tidak menghargai pihak keraton.
Dikutip dari Tribunstyle.com, Namun, saat ini motif Ksatriyan yang biasa dipakai keluarga keraton, banyak yang dipakai orang biasa untuk pakaian sehari-hari," ujar Indra Tjahjani, pendiri Griya Peni dan penggagas komunitas Mbatik Yuuuk di lansir dari sebuah media.
Menurut Indra jika sedang berkunjung ke keraton jangan memakai batik yang menyerupai motif yang biasa digunakan oleh keluarga keraton.
Biasanya motif yang digunakan oleh para raja adalah motif batik yang berukuran besar, sedangkan untuk permaisuri dengan motif sama namun dengan ukuran yang lebih kecil.
Nah, oleh sebab itu sebaiknya hindari motif batik yang berukuran besar jika hendak mengunjungi keraton.
• Ternyata 5 Artis Ini Derita Gangguan Mental, Kerap Bicara Kotor, Halusinasi, No 2 Nyaris Bunuh Diri!
Berkunjung ke Keraton Yogyakarta rasanya belum lengkap tanpa memakai batik.
Motif khas dari pulau Jawa ini kini sudah populer di Indonesia bahkan hingga ke mancanegara.
Apalag saat ini pemerintah telah menetapkan tanggal 2 Okober sebagai Hari Batik nasional.
Selain bentuk dan coraknya yang indah, batik juga mengandung filosofi dan makna yang mendalam.
Bahkan beberapa motif batik bagi warga Yogyakarta dianggap "keramat"dan hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan.
Motif batik ini mengandung filosofi dan kekuatan spiritual yang dapat memancarkan kharisma seorang Raja Ngayogyakarta.
Berikut tujuh motif batik yang dilarang dipakai orang biasa saat berkunjung ke keraton atau acara kerajaan Yogyakarta dikutip dari website resmi Kratonjogja.id
1. Parang

Motif Parang ini diciptakan Panembahan Senapati. Motif ini mulai dilarang saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1785.
Panembahan Senopati membuat motif ini karena terinspirasi saat mengamati gerak ombak Laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai.
Pola garis lengkungnya diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam.
Dalam hal itu yang dimaksud adalah kedudukan raja.
Komposisi miring pada motif parang ini juga menjadi lambang kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan kecepatan gerak.
Motif Parang yang dilarang adalah Parang rusak barong, Parang Rusak Gendreh, Parang Klithik.
Motif Parang Barong hanya boleh dikenakan oleh sultan, permaisuri dan istri utama, putra mahkota, putri sulung sultan, Kanjeng Panembahan, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati, putra sulung sultan dan istri utamanya.
Parang rusak Gendreh boleh dipakai oleh putra-putri sultan dari permaisuri dan garwa ampeyan (selir), putra-putri dari putra mahkota, Pangeran Sentono, istri utama para pangeran, dan patih penasihat raja).
Sementara Parang Rusak Klithik dipakai untuk istri dan garwa ampeyan putra mahkota.
2. Semen Gedhe Sawat Gurdha, Semen Gedhe Sawat Lar

Semen berasal dari kata “semi” atau “tumbuh”.
Motif semen memiliki makna kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta.
Motif semen biasanya juga dilengkapi dengan motif gambar lain yakni gambar gunung dan hewan.
Pemakai motif semen diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu melindungi bawahannya.
Makanya motif ini hanya boleh dipakai oleh keturunan Sri Sultan seperti cucu, cicit dan canggah.
Juga oleh orang-orang terdekat Sri Sultan seperti Patih (penasihat) Motif Semen yang dilarang seperti Semen Gedhe Sawat Gurdha dan Semen Gedhe Sawat Lar.
3. Udan Liris

Udan liris berarti hujan gerimis. Hujan adalah simbol pembawa kesuburan bagi tumbuhan dan ternak.
Makna dari motif ini adalah pengharapan agar pemakainya selamat sejahtera, tabah, dan berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa.
Udan Liris merupakan gabungan dari bermacam-macam motif dalam bentuk garis-garis sejajar.
Motif ini hanya untuk para putra dari selir raja Yogyakarta, cucu, buyut, canggah,dan kerabat kerajaan.
4. Rujak Senthe

Rujak berarti campuran dari buah-buahan. Sementara Senthe adalah tanaman berdaun lebar.
Motif ini terdiri dari tujuh motif yang berbeda diantaranya: lidah api, setengah kawung, banji sawit, mlinjon, tritis, ada-ada, dan watu walang.
Dilihat dari banyaknya pola, motif ini memiliki filosofi bahwa hidup manusia itu memiliki banyak halangan, tantangan maupun keberuntungan yang bercampur menjadi satu.
Motif ini mengajak manusia untuk menjalani dan menerima semua hal di atas dengan lapang dada dan sabar agar tercipta kebahagiaan.
Motif ini konon dapat memberikan rasa senang bagi pemakainya.
Motif Rujak Senthe hanya boleh dipakai oleh Raja dan keluarganya.
5. Cemukiran

Motif cemukiran berbentuk lidah api atau sinar. Api adalah unsur kehidupan yang melambangkan keberanian, kesaktian, dan ambisi.
Pola seperti sinar diibaratkan pancaran matahari yang melambangkan kehebatan dan keagungan.
Baik api maupun sinar dalam konsep Jawa diibaratkan sebagai mawateja atau bersinar seperti wahyu, yaitu salah satu kriteria yang harus dimiliki seorang raja.
Motif ini hanya boleh dipakai oleh Raja dan Putra Mahkota Keraton Yogyakarta.
6. Kawung

Motif Kawung menjadi larangan rakyat jelata saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Motif ini boleh dipakai oleh para Sentana Dalem (kerabat kerajaan).
Motif kawung berbentuk pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat. Bagan seperti
ini dikenal dalam budaya Jawa sebagai keblat papat lima pancer.
Ini dimaknai sebagai empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin.
Pendapat lain mengatakan kawung menggambarkan bunga lotus atau teratai yang sedang mekar.
Bunga teratai sendiri digunakan sebagai lambang kesucian.
7. Huk

Sama seperti Kawung, motif Huk mulai dilarang saat Sri Sultan Hamengku Buwono VII berkuasa.
Motif ini hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota.
Motif huk terdiri dari motif kerang, binatang, tumbuhan, cakra, burung, sawat (sayap), dan garuda.
Motif kerang bermakna kelapangan hati, binatang menggambarkan watak sentosa, tumbuhan melambangkan kemakmuran, sedangkan sawat ketabahan hati.
Motif ini dipakai sebagai simbol pemimpin yang berbudi luhur, berwibawa, cerdas, mampu memberi kemakmuran, serta selalu tabah dalam menjalankan pemerintahannya.
Pahami makna dan pola motif batik sebelum mengunjungi Keraton Yogayakarta.
Agar tidak salah kostum. Salah kostum berisiko dilarang masuk ke dalam Keraton Yogyakarta.