Berita Palembang
Cerita Dandim OKI dan OI yang Harus Tetap Memadamkan Api Hutan, Saat Sang Istri Masuk Rumah Sakit
cerita Komandan Kodim 0402 OKI/OI, Letkol INF Riyandi yang tetap harus bertugas memadamkan titik api sementara istri harus dirawat di rumah sakit.
Penulis: Rahmaliyah | Editor: Tarso
Laporan wartawan sripoku.com, Rahmaliyah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Suka duka banyak dirasakan oleh satuan tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Seperti cerita Komandan Kodim 0402 OKI/OI, Letkol INF Riyandi yang tetap harus bertugas memadamkan api di saat bersamaan sang istri harus dirawat di rumah sakit dikarenakan sakit Tifus.
Namun, sebagai prajurit TNI, ia tidak ingin mengeluh dengan kondisi yang dihadapinya karena ada tugas yang lebih penting yakni bagaimana memadamkan api yang terbakar di lahan-lahan gambut, yang notabenenya upaya yang dilakukan demi kepentingan negara dan bangsa.
"Saya dikabari oleh keluarga, istri harus dirawat karena sakit, tapi saya bilang bagaimana baiknya bujuk saja agar dirawat," ujarnya.
Riyandi mengutarakan, penanganan Karhutla perlu peran semua pihak, jadi salah jika ada yang mengatakan penanganan Karhutla hanya kewajiban petugas/satgas saja.
Apalagi Lahan yang terbakar punya masyarakat, dampaknya ke masyarakat lalu kemana masyarakat saat kebakaran terjadi.
"Oleh karenanya konsep saya menangani karhutla ialah mengajak dan mengimbau masyarakat sama-sama bergotong-royong memadamkan api. Saya kerahkan semua masyarakat agar bisa terjun langsung dan merasakan bagaimana padamkan lahan yang terbakar," katanya.
• Dandi Pamit Pergi Kerja Naik Motor Honda Vario Tanggal 18 Kemarin Hingga Sekarang Belum Pulang
• SA Laporkan Pacarnya ke Polisi karena sudah Melakukan Perbuatan Cabul dan tidak Bertanggung Jawab
• BREAKINGNEWS: Remaja 20 Tahun Di OKU Tewas Dibunuh Dengan 4 Tusukan
Inilah juga yang menjadi alasan dirinya kerap tidak pulang ke rumah berhari-hari. Karena ia setiap hari berpindah-pindah desa untuk mensosialisasikan ke masyarakat agar sama-sama berperan aktif gotong-royong memadamkan api dan jangan hanya menjadi penonton.
"Pulang itu hanya untuk ganti dan bawa baju bersih sekaligus bertemu keluarga," katanya.
Ia menyebutkan kenaikan hotspot signifikan mulai terjadi 2 Agustus silam. Selama bertugas ada beberapa wilayah yang mudah terbakar tapi mudah dipadamkan, seperti disekitar Tol Palindra.
Sedangkan, berbanding terbalik dengan di OKI 75 persen adalah lahan gambut sehingga sekali terbakar dalam satu pekan masih belum padam bisa dimaklumi, namun petugas setiap hari berupaya untuk terus melakukan pembasahan lahan. Setelah pembasahan pun tetap diawasi karena ketika kering kembali maka berpotensi untuk terjadi kebakaran lagi.
"Kondisinya seperti bara tadi ditiup angin harus disiram lagi agar tidak terbakar, dan benar padam,"ujarnya.
Lama pemadaman titik api juga berbeda, ada yang bisa tuntas dalam sehari tapi ada juga yang seminggu, dua Minggu sampai satu bulan.
"Lebih lama di OKI karena 75 persen gambut. Apalagi jika harus memutus rantai api, waterboombing memadamkan sementara agar pasukan darat bisa mendekat untuk dibuatkan sekat baik dengan alat berat ataupun petugas. Barulah tim pembasahan memadamkan bara api untuk memastikan tidak muncul titik api di lahan gambut. Biasanya malam hari kita patroli baru kelihatan," jelasnya.
Ia berharap empat tim yang dikerahkannya saat ini dapat bekerja maksimal tentunya dengan dukungan masyarakat untuk mempertebal kekuatan dan pemadaman lebih cepat. (Cr26)