Yakjuj dan Makjuj di Sekitar Kita (bagian 6 -Tamat), Kahfi, Post Truth, dan Ronggowarsito

Yakjuj dan Makjuj di Sekitar Kita (bagian 6 -Tamat), Kahfi, Post Truth, dan Ronggowarsito.

Editor: Sudarwan
FACEBOOK
Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo. Yakjuj dan Makjuj di Sekitar Kita (bagian 6 -Tamat) 

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dan mengira hartanya dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam neraka hutamah.”

Post truth dicontohkan film Fast and Furious: Hobbs and Shaw bahwa Sang Dalang Kejahatan yang tidak Nampak, misterius, menguasai lebih 140 media.

Maka dengan medianya dia mengubah opini publik bahwa tiga pejuang atau jihadis Hob, Shaw dan Hattie yang hendak menyelamatkan umat manusia dari genocide, menjadi penjahat sehingga menjadi musuh bersama masyarakat.

Di alam nyata, seorang bandit bisa dibranding menjadi pejuang.

Ustad dibranding jadi teroris.

Yakjuj dan Makjuj di Sekitar Kita (Bagian 4), Mereka Berpusat di Yerusalem

Amar ma’ruf nahi mungkar diubah jadi terorisme, radikalisme dan inteleran.

Pemimpin bodoh menjadi pemimpin super cerdas.

Yang palsu jadi kelihatan orisinal, yang orisinal jadi kelihatan palsu.

Semakin sulit membedakan ulama pewaris Nabi dengan ulama suu’ (sesat).

Sulit membedakan hoax dan factual.

Begitu kabur yang haq dengan yang batil.

Ingat dan waspada

Ronggowarsito memberikan kunci bagaimana hidup di zaman Kalatidha atau Post Truth.

Yaitu, dilalah kersa Allah begja-begjaning kang lali luwih begja kang eling lan waspada.

Sudah kehendak Allah betapapun bahagianya orang yang lupa lebih berbahagia mereka yang ingat dan waspada.

Ingat itu artinya dzikir.

Dan dzikir dalam arti luas tidak hanya membaca tasbih dan tahlil serta shalawat.

Dzikir ingat sangkan paraning dumadi (asal manusia dan kemana kembalinya).

Selalu merasa diawasi oleh Tuhan.

Yakjuj dan Makjuj di Sekitar Kita (Bagian 5), Dukhan, LGBT dan Penghancuran Agama

Rahmat Tuhan mengalir dalam aliran darahnya.

Bergerak Bersama denyut jantungnya.

Keilahian bersemayam di dalam hatinya.

Ruh Tuhan di dalam nafasnya.

Sehingga jarak antara Tuhan dengan dirinya lebih dekat dari urat lehernya.

Itulah wahdatul wujud, kemanunggalan keilahian dengan dirinya, manunggaling kawula-Gusti.

Dzikir juga membaca Quran karena Quran juga disebut Adzzikr.

Petuah ini bisa jadi mengacu pada Hadits bahwa siapa yang membaca surah Kahfi di hari Jumat akan memancar cahaya dari ujung kaki sampai ke langit.

Tentu saja ini bukan kalimat muhkamat atau empirik tetapi kalimat mutasyabihat atau perlu ditakwilkan.

Dalam perspektif ruhi, berarti hidupnya akan berada dalam cover, naungan rahmat Tuhan.

Tentu saja “membaca” itu dalam artian yang paling minimal.

Tetapi surah Kahfi itu harus dipelajari, dipikirkan, direnungkan, diaplikasikan.

Mengapa Kahfi?

Karena kita sedang berada di dalam goa (kahfi) akhir zaman.

Di Kahfi tersimpan mutiara-mutiara ajaran, petunjuk, peringatan.

Baru di ayat satu sudah diiingatkan tentang eksistensi Tuhan, Kanjeng Nabi Muhammad dan Quran yang tidak dijadikan bengkok.

Jangan lupa hafalkan Kahfi 1-10.

“Siapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari Dajjal.” (HR. Muslim no. 809).

Di sini tersembunyi tokoh kegelapan akhir zaman dan menjadi fitnah terbesar umat beriman yaitu Dajjal.

Dajjal tersembunyi di antara mereka yang memalsukan kitab-kitab suci sebelum Quran.

Mereka yang mengatakan bahwa Allah punya anak.

Adapun waspada selalu menjaga diri lahir batin.

Meskipun sudah memegang tauhid (QS Al Ikhlas) tapi harus selalu memohon perlindungan Allah (QS Al Falaq dan Annas).

Ingat, manusia punya kelemahan.

Di dalam diri manusia ada kecenderungan kepada kejahatan dan ketakwaan (QS As-Syams 8).

Ingat bapak ibu manusia juga sempat tergoda.

Bahkan manusia terpilih Kanjeng Nabi Muhammad pun seandainya hatinya tidak diperteguh oleh Allah nyaris bisa digoda (QS Al Isra 73-74).

Mintalah perlidungan Tuhan yang menguasai waktu subuh.

Dari apa?

Dari kejahatan mahluk yang Allah ciptakan.

Kejahatan malam apabila telah gelap gulita.

Dari kejahatan perempuan penyihir yang meniup pada tali-talinya.

Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila mendengki.

Istilah “malam” secara ruhi bisa berarti dunia kejahatan.

Dunia kegelapan, Kebodohan.

Kejahiliyahan.

Mungkin juga zaman kalatidha, post truth.

Penyihir bisa diperspektifkan adalah tukang bikin hoax, pembully, penyebar kebencian dan adu domba, propaganda dan provokasi untuk membentuk opini publik, mencuci otak masyarakat, mengaburkan antara yang haq dengan yang batil.

Di zaman now, penyihir itu layak diartikan media.

Baik media mainstream maupun media sosial.

Media telah menjadi alat superampuh untuk melakukan cuci otak masyarakat.

Media memiliki kemampuan menciptakan ilusi, halusinasi delusi pada masyarakat.

Seolah dapat mengubah tali menjadi ular, mengubah ulama menjadi gendruwo dan sebaliknya.

Media punya kekuatan menjungkirbalikkan, mengaburkan yang haq dengan yang batil.

Yang asli dengan yang palsu.

Yang bijak dengan yang durhaka.

Yang tulus dengan yang munafik.

Yang jujur dengan yang culas.

Daya rusak media jauh lebih dahsyat dibanding sihir klasik seperti jaran goyang, semar mesem, welut putih.

Tidak hanya menceraikan suami-istri (QS Al Baqarah 102) tapi dapat memporakporandakan suatu bangsa, kelompok, komunitas.

Dan berlindunglah pula kepada Tuhannya manusia, Rajanya manusia.

Ilahinya manusia.

Dari kejahatan setan yang tersembunyi.

Yang membisikkan ke dalam dada manusia.

Dari golongan jin dan manusia.

Tentu saja jangan pernah lepas doa akhir zaman yang tertera di Kahfi 10.

Doa itulah yang menyelamatkan penghuni goa.

Doa ini pula yang insya Allah menyelamatkan penghuni goa zaman now, akhir zaman.

Allahu a’lam bis-shawab

Anwar Hudijono
Wartawan senior tinggal di Sidoarjo

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved