Berita Palembang
Keberadaan Kerajaan Sriwijaya Dapat Dibuktikan dengan Penemuan Prasasti, Arca dan Tulisan Kuno
Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dapat dibuktikan dengan adanya menemuan prasasti-prasasti serta arca-arca di kawasan Kota Palembang.
Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Tarso
Laporan wartawan sripoku.com, Chairul Nisyah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Beberapa waktu lalu ada yang mengatakan keberadaan Kerajaan Sriwijaya adalah Fiktif.
Kerajaan Maritim terbesar di masanya ini di percayai berpusat di Kota Palembang saat ini.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya menemuan prasasti-prasasti serta arca-arca juga tulisan kuno di kawasan Kota Palembang.
Salah satunya Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti kedukan bukit merupakan batu berbentuk bundar namun tak sempurna.
Di permukaan batu tersebut terukir tulisan dengan huruf palawa, bahasa melayu kuno.
Saat ini Prasasti Kedukan Bukit berada dalam Museum Nasional di Jakarta.
Namun untuk melihat Replika Prasasti Kedukan Bukit, kita bisa melihatnya di museum Sriwijaya, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) di Jl. Karang Anyar, Kecamatan Gandus Kota Palembang.
Kurator museum Sriwijaya (TPKS), Heri Tation menjelaskan tentang tulisan palawa, melayu kuno yang diukir di Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti Kedukan Bukit, merupakan prasasti tertua tinggalan Sriwijaya.
Ini merupakan bukti kekuatan Sriwijaya sebagai negara bahari.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada 29 Oktober 1920, di tepi Sungai Tatang, Kedukan oleh seorang bernama Batenberg.
Dari Prasasti Kedukan Bukit, kita bisa mengetahui asal mula adanya Kerajaan Sriwijaya.
Dimana tertulis dalam Prasasti Kedukan Bukit, tentang perjalanan Dapunta Hyang dari Minanga Tamwan naik perahu bersama para bala tentaranya.
Setibanya Dapunta Hyang di Mukha Upang, mereka membangun sebuah kota yang diberi nama Sriwijaya.
Dapunta Hyang dan para bala tentaranya pun juga menaklukan beberapa daerah di sekitar Mukha Upang.
"Inilah awal mula adanya Sriwijaya. Namun dalam Prasasti Kedukan Bukit tidak dituliskan nama raja pada masa itu,"jelas Heri Tation pada Sripoku.com, Rabu (18/9/2019).
Dengan huruf palawa, bahasa Melayu Kuno, di Prasasti Kedukan Bukit tertuliskan tahun 604 Saka atau 682 Masehi.
Saat ini tahun tersebut ditulis dengan 16 Juni 1682, dimana pada tanggal yang sama, menjadi hari Ulang tahun Kota Palembang saat ini.
Jadi saat ini Kota Palembang atau sering disebut sebagai Bumi Sriwijaya ini telah menginjak umur 337 tahun di tahun 2019 ini.
• Istana Hormati KPK, Menpora Imam Nahrawi Ditetapkan Jadi Tersangka Kasus Suap Dana Hibah KONI
• Istana Hormati KPK, Menpora Imam Nahrawi Ditetapkan Jadi Tersangka Kasus Suap Dana Hibah KONI
• Mobil Box Tabrak Pertamini di Jalintim OKI, Satu Bocah Tewas dan Orangtuanya Ikut Terbakar
Sriwijaya Pusat Lalu Lintas Sungai
Di museum Sriwijaya, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) dituliskan pula bahwa Sriwijaya merupakan pusat lalu lintas sungai.
Diceritakan Sriwijaya yang dibangun oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa, berada pada jalur Lalulintas sungai, dan kepedalaman di daerah itu bertemu Sungai Ogan, Komering, Kramasan dan Musi.
Komoditas perdagangan yang dihasilkan di pedalaman dibawa ke kota Sriwijaya untuk dijual kepadagang lain.
Kota Sriwijaya saat itu merupakan pasar yang ramai.
Untuk seberapa luas Kota Sriwijaya saat itu belum bisa dipastikan, namun berdasarakan peninggalan yang di temukan di Kota Palembang, bentuk dan luas kotanya dapat di rekonstruksi.
Begitu pula dengan Identitas peruntukannya.
Dari warna merah menunjukan lokasi pemukiman penduduk Kota Sriwijaya.
Sebagai indikatornya, adanya pecahan-pecahan keramik dan tembikar, tiang-tiang kayu, sisa Industri, dan sisa-sisa keperluan sehari-hari.
Sisa pemukiman ini ditemukan di daerah yang rendah di sepanjang tepian sisi utara Sungai Musi.
Sedangkan untuk warna biru muda, menunjukan sisa-sisa tempat upacara keagamaan dengan indikatornya berupa sisa bangunan bata, arca batu dan logam, manik-manik kaca dan batu, dan barang-barang upacara keagamaan.
Sisa bangunan suci, tampak mengelompok di beberapa tempat, dengan lokasi agak jauh dari tepian Sungai Musi.
Agama yang ada saat itu adalah Budha dan Hindu.
Sisa kegiatan keagamaan ini, baik upacara agama Budha atau Hindu, ditemukan didaerah yang tinggi dan tak tergenang air.
Dan yang terakhir warna hijau, menunjukan sisa Taman Sriksetra yang pernah dibangun oleh Dapunta Hyang Srijayanasa.
Dilihat dari peninggalan budayanya, dapat diperkirakan bahwa luas Kota Sriwijaya, mulai dari tepi utara Sungai Musi sampai ke daerah Talang Kelapa.
Akan tetapi permukiman penduduknya hanya mengelompok di sepanjang sisi utara Sungai Musi, dan juga di sekitar bangunan-bagunan keagamaannya.