Kisah Wanita Paruh Baya, Memilih Bertahan Hidup di Kampung Bengek, Kampung yang Dipenuhi Sampah

Kisah Wanita Paruh Baya, Memilih Bertahan Hidup di Kampung Bengek, Kampung yang Dipenuhi Sampah

Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Fadhila Rahma
Kompas.com
Keterbatasan ekonomi membuat seorang ibu memilih bertahan di Kampung Bengek, Lautan Sampah 

Ati juga menceritakan bahwa tidak jarang, usaha Ati dalam memulung dan berjualan tidak membuahkan hasil.

"Kalau pas lagi enggak punya, ngutang di warung," ucap Ati sambil menitikkan air mata.

Ati pertama kali pindah ke Jakarta dari Lampung untuk ikut dengan sang suami.

Setelah 25 tahun bertahan di RT 11, akhirnya ia memilih untuk membeli rumah di Kampung Bengek.

Rumah-rumah di Kampung Bengek bukanlah rumah yang didirikan secara legal.

Secara administrasi, Ati dan keluarga masih terdaftar sebagai bagian dari RT 11. Namun, lokasi Ati yang sudah terpisah dengan pemukiman RT 11 membuatnya tidak lagi dianggap sebagai bagian dari RT tersebut.

"Dari RT enggak pernah dapat. Orang bagi-bagi sembako kadang juga suka pilih-pilih," kata Ati.

Selain itu, Ati menambahkan, bantuan sembako lebih sering diberikan oleh pihak-pihak luar.

Sejauh ini, belum ada bantuan dari pemerintah yang pernah ia dapatkan.

"Bilangnya ada BLT (Bantuan Langsung Tunai). Mana, saya enggak pernah dapet," katanya.

Seorang ibu menatap ke arah lautan sampah yang ada di Kampung Bengek
Seorang ibu menatap ke arah lautan sampah yang ada di Kampung Bengek (Kompas.com)

Untuk keperluan sehari-hari, Ati dan warga lainnya memanfaatkan air rawa untuk mandi dan mencuci.

Sementara, untuk keperluan listrik, Ati menyewa dari orang lain dengan melakukan pembayaran secara bulanan.

"Listrik ambil dari orang. Di sini anginnya kencang, suka takut kebakaran," ujar Ati.

Oleh sebab itu, penggunaan listrik hanya dimanfaatkan seperlunya.

Kampung Bengek tersembunyi di balik pemukiman RT 3, RT 4, dan RT 11.

Lokasinya terpencil dan dikelilingi oleh sampah.

Kampung tersebut menjadi rumah bagi para warga yang mengungsi karena kepadatan dan tingginya biaya hidup di ketiga RT tersebut.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved