Sidang Militer Prada DP

Dodi 1 dari 4 Orang Ditemui Prada DP Usai Mutilasi Vera Oktaria Tak Hadir, Ini Rute Pelariannya

Dodi, Satu dari 4 Orang yang Ditemui Prada DP Usai Mutilasi Vera Oktaria Mangkir, Ini Rute Pelarian Terdakwa

Editor: Hendra Kusuma
Sripoku.com / Rahmad Zilhakim
Terungkap rute pelarian Prada DP 

Dodi, Satu dari 4 Orang yang Ditemui Prada DP Usai Mutilasi Vera Oktaria Mangkir, Ini Rute Pelarian Terdakwa

SRIPOKU.COM-Meski Dodi, satu dari 4 orang yang ditemui Prada DP setelah mutilasi mayat korban Vera Oktaria, namun sidang ketiga tetap dilanjutkan Kamis (8/8/2019) kemarin. Terungkap kronologi sebenarnya.

Bagaimana Prada DP ingin membawa mayat korban Vera Oktaria yang sudah dia potong pakai gergaji itu dengan tiga tas dan satu koper yang dia beli, namun takut ketahuan pihak penginapan di Sungai Lilin tersebut.

Dalam bingungnya terungkap dalam sidang militar Prada DP kemudian menemui Dodi dan 2 pemainnya yang lain, selain Imam Satria si orang luar dari lingkaran keluarga Prada DP. Orang terakhir inilah yang menyarankan Prada DP membakar mayat korban yang sudah dimutilasi tersebut.

Sebab dalam penemuan pihak berwajib, terilhat jika Prada DP sengaja menyalakan racun nyamuk dengan memasang korak api sebagai pemantik untuk membakar kamar penginapan dan mayat Vera Oktaria yang sudah dimutilasi itu.

Terungkap pula bagaimana Prada DP sengaja melarikan diri melalui Sungai dengan speed boat untuk menghindari kejaran dalam pelariannya, kemudian menyewa mobil untuk melarikan diri ke daerah Banten dan bersembunyi di salah satu Ponpes di kawasan itu.

Terkait dengan rencana Prada DP membakar jenazah Vera Oktaria yang sudah di mutilasi itu, ternyata gagal, karena pemantik dari korak api kayu itu tidak menyala, dan mayat korban juga ditemukan setelah petugas penginapan mencium bau tak sedap seperti sampah dari kamar tersebut.

Sidang Ketiga Kamis, 8  Agus 2019

Sidang ketiga Terdakwa Prada Deri Pramana alias DP, kasus pembunuhan disertai mutilasi terhadap Vera Oktaria berlangsung di Pengadilan Militer I - 04 Palembang, Jalan Gubernur H Bastari, Sungai Kedukan, Rambutan, Kabupaten Banyu Asin, Sumatera Selatan, Kamis (8/8/2019).

Diketahui sebelumnya, jenazah korban ditemukan disebuah penginapan Sahabat Mulia Jalan PT Hindoli RT 05 RW 03 Kelurahan Sungai Lilin Kecamatan Sungai Lilin Musi Banyuasin, Kamis (9/5/2019) lalu. Pada sidang itu, menghadirkan 3 orang saksi, semuanya dari pihak penginapan Sahabat Mulia yakni Rafiq, Wiwin, dan Nurdin.

Sementara satu saksi, Dodi Karnadi yang merupakan paman korban tak hadir. Dodi merupakan orang yang pertama kali mendengar pengakuan Prada DP telah membunuh korban.

Surat dari kepala desanya menyatakan bahwa saudara Dodi Karnadi memang benar tidak berada di tempat dan tidak diketahui keberadaannya,"ujar ketua majelis hakim Letkol Chk Khazim SH yang membacakan surat keterangan dari kepala desa tempat Dodi Karnadi tinggal.

Menanggapi hal tersebut, ketua majelis hakim menegaskan agar para saksi, diupayakan dapat dihadirkan pada persidangan mendatang.

Meski terlihat tenang saat menjalani persidangan, nyatanya Prada Deri Pramana (Prada DP) tak kuasa menahan air matanya setelah sidang selesai.

Hal ini terlihat dia setelah menjalani sidang ketiga di pengadilan militer I-04 Jakabaring Palembang, Kamis (8/8/2019).

Menggunakan baju tahanan kuning dengan tangan terborgol, Prada DP terlihat berjalan sambil menangis saat digiring petugas ke mobil tahanan.

Namun, air mata Prada DP justru memancing emosi keluarga Vera Oktaria. Tak terkecuali Suhartini (50) yang merupakan ibu kandung korban.

"Woy, jangan nangis. Kamu itu laki-laki. Jangan nangis,"teriak seorang perempuan yang merupakan salah seorang keluarga Vera dengan suara bernada kesal.

Sontak, teriakan tersebut memancing perhatian orang-orang yang melihat kejadian tersebut.

Namun Prada DP tidak menoleh kearah orang yang berteriak kepadanya. Dia terus saja masuk ke mobil tahanan sembari menundukkan kepalanya sembari menangis.

"Laki-laki kok nangis,"teriak perempuan lain yang juga masih keluarga Vera.

Sementara itu, diketahui pula bahwa ada tiga saksi lagi yang seharusnya hadir pada sidang prada DP pada sidang hari ini, selain saksi ahli.

Termasuk Dodi Karnadi yang merupakan paman Prada DP. Diketahui, pada kesaksian sebelumnya yang disampaikan bibi Prada DP, Elsa Eliza mengatakan bahwa Dodi merupakan salah seorang yang mendengar langsung pengakuan Prada DP bahwa dirinya sudah membunuh Vera Oktaria.

Sidang kembali ditunda dan akan dilanjutkan pada Selasa (13/8/2019) mendatang.

Bau Tak Sedap Usai Deri Tanyakan Sewa Speed Boat dari Sungai Lilin ke Karang Agung

Sementara itu, Saksi Nurdin dalam persidangan mengungkapkan sebagai orang pertama yang mengetahui adanya bau tidak sedap dari kamar yang dipesan terdakwa dan korban, lantas Nurdin mencoba menyelidikinya. "Mulanya dia itu turun dari tangga sambil teleponan kemudian baru bertanya," pungkasnya

"Rabu pagi Jam 9, Deri tanya saya katanya 'kak Kalau satar (pesan) Speedboat dari Sungai Lilin ke Karang Agung kemahalan gak kalau satu juta setengah," cerita Nurdin dalam persidangan yang dipimpin ketua majelis hakim Letkol Chk Khazim SH didampingi Letkol Sus Much Arif Zaki Ibrahim SH dan Mayor Chk Syawaluddin SH sebagai hakim anggota. Dengan adanya pertanyaan tersebut, Nurdin pun menjawab tarif Rp.1,5 juta memang sudah sewajarnya.

"Biasanya memang segitu kak," kata Nurdin.

Seperti diketahui, meski sempat panik, setelah mendapatkan masukan dari Imam Satria untuk membakar mayat korban Vera Oktaria, Prada DP dengan tenang meninggalkan penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin.

Sebelumnya Prada DP sempat panik karena bingung membuang mayat Vera Oktaria, bahkan sempat membeli tiga tas dan satu koper, untuk membawa mayat tersebut dan membuangnya satu tempat.

Namun karena di penginapan itu banyak orang dan resepsionis serta security berjaga 24 jam, membuat Prada DP makin panik, terlebih lagi mayat Vera Oktaria yang sudah dimutilasi itu memang tidak muat masuk dalam satu atau dua tas saja.

Hanya, setelah bertemu Imam Satria, maka Prada DP merasa lega dan dengan tenang meninggalkan kamar.  Sebelum menginap Prada DP ternyata sudah mengaburkan identitas baik itu masuk ke penginapan maupun menyewa mobil dengan menggunakan nama Doni.

Terungkap dalam sidang ke-3 di Pengadilan Militer Prada DP, Kamis (8/8/2019) itu, bahwa Saksi pertama yang diperiksa adalah Arifik seorang penjaga malam yang bekerja di Sahabat Mulia tak banyak informasi yang diketahui. Namun hal-hal penting tentang keberadaan Prada DP di hotel tersebut benar adanya.

Namun, pada saksi kedua yang  memberikan kesaksian dalam sidang tersebut ialah Wiwit Safitri. Istri dari Nurdin tersebut yang berhadap langsung dengan Prada DP pada saat memesan.

"Datang langsung bertemu saya menggunakan pakaian abu-abu (Prada DP) dan saya tawar brosur. Dia langsung membayar kepada saya, karena harga kamar 150.000 rupiah dan uangnya 200.000 rupiah saya bilang kembaliannya besok saja. Namun saat memberikan identitas nama dan alamatnya. Ia mengaku bernama Doni yang pulang ke B13 Karang Agung,"ujarnya saat memberikan kesaksian.

Kemudian mereka diberikan kunci kamar bernomor 06 yang fasilitasnya tanpa AC atau memakai kipas angin. Saat itu dirinya bertindak sebagai kasir sampai saat kejadian. Karena kasirnya tersebut sedang pulang kampung. Dari keterangannya pada saat Prada DP memesan kamar hanya satu yang tak terisi dari 15 kamar yang ada dan gudang yang berada didekatnya tak ada alat pemotong. Hanya ada perlengkapan kebersihan beserta pembersihnya.

KRONOLOGIS:Tiga Kali Keluar Masuk Penginapan, Beli Tiga Tas dan 1 Koper Ingin Buang Mayat Vera Oktaria usai Dimutilasi

Usai melakukan pembunuhan terhadap kekasihnya Vera Oktaria, Prada DP terlihat kebingungan, bagaimana menghilang jejak.

Maka itu tepatnya pada 8 Mei 2019, pagi usai menghabisi Vera Oktaria di kamar Penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin Prada DP terlihat panik.

Terungkap dalam persidangan itu, Prada DP pada Pukul 06.00, Prada DP kemudian berpakaian dan keluar dari kamar dan menuju teras belakang penginapan tersebut.

Terlihat pula bahwa Prada DP mondar-madir, lalu masuk ke gudang yang tak ada orang di sana.

Di dalam gudang tersebut, Prada DP kemudian sebuah gergaji besi bekas yang tidak bergagang.

Dengan cepat Prada DP lalu mengambil gergaji itu dan membawa ke kamarnya lagi.

Seperti Bau Sampah

Setelah sempat diskor selama 1 jam sidang ketiga atas kasus mutilasi yang dilakukan oleh Prada DP terhadap kasir minimarket Vera Oktaria kini kembali digelar.

Pantauan Sripoku.com, Kamis dengan memakai kaos hitam dan celana jins biru, Nurdin saksi ketiga memasuki ruangan Garuda, Pengadilan Militer I-04 Palembang Jalan OPI Raya.

"Saya pernah menyapu dan memberisihkan di depan kamar 06 H-1 (tempat Prada DP dan korban menyewa kamar) mencium aroma tak sedap seperti bau sampah. Namun saya tak hiraukan karena biasanya bau sampah,"ujar Nurdin saat memberikan keterangan.

Lalu Nurdin melanjukan membersihkan ruangan yang belum dibersihkan. Kemudian keesokkan harinya ia mulai curiga kenapa mereka belum juga keluar dari ruangan.

Tak mempunyai nyali yang besar ia memanggil RT dan RW untuk melihat di kamar tersebut. Setelah memanggil RT dan RW dirinya baru memanggil pihak berwenang dan membuka kamar tersebut. Sontak polsek memberitahukan ada seorang mayat yang meninggal di kamar tersebut.

Awalnya tak menyadari bahwa Prada DP dan korban yang menginap disitu lalu, setelah keesokan harinya baru mengingat bahwa Prada DP lah yang menyewa kamar tersebut.

"Sebelum penemuan mayat korban, Terdakwa Deri Pramana sempat ngobrol empat mata menanyakan Harga Speedboat ke Karang Agung. Saya bilang memang harganya segitu, karena ibu pernah menyewanya,"kata Nurdin.

Kemudian pembicaraan pun berganti dan Nurdin menanyakan kerja dimana? Dijawab Prada DP kerja di koral.

Mendengar pernyataan tersebut Nurdin sangat antusias dan menghapiri Deri. Melihat gelagat pemilik hotel tak sesuai harapan langsung terdakwa kabur menggunakan motor korban.

Seperti diketahui, setelah melakukan pembunuhan terhadap kekasihnya Vera Oktaria, Prada DP terlihat kebingungan, bagaimana menghilang jejak.

Maka itu tepatnya pada 8 Mei 2019, pagi usai menghabisi Vera Oktaria di kamar Penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin Prada DP terlihat panik.

Terungkap dalam persidangan itu, Prada DP pada Pukul 06.00, Prada DP kemudian berpakaian dan keluar dari kamar dan menuju teras belakang penginapan tersebut.

Terlihat pula bahwa Prada DP mondar-madir, lalu masuk ke gudang yang tak ada orang di sana.

Di dalam gudang tersebut, Prada DP kemudian sebuah gergaji besi bekas yang tidak bergagang.

Dengan cepat Prada DP lalu mengambil gergaji itu dan membawa ke kamarnya lagi.

Dia kemudian nekat memotong mayat Vera Okataria di dalam toilet kamar yang dia tempati.

"Di dalam kamar terdakwa melepas pakaiannya dan hanya menggunakan celana dalam dan selanjutnya mambawa masuk mayat Vera ke dalam kamar mandi," kata Oditur.

Selanjutnya, tanpa membuang waktu, Prada DP lalu membawa tubuh tak bernyawa Vera Oktira di samping kloset.

"Terdakwa lalu memotong siku tangan kanan korban dengan gergaji yang diambilnya dari gudang. Sebelum tangan korban putus, gergaji yang digunakan patah," kata Oditur.

Usai melakukan mutilasi itulah, Lantas Prada DP masih kebingungan dan bagaimana melenyapkan mayat Vera Oktaria yang sudah dimutilasi tersebut.

Selanjutnya, pada Pukul 08.00, Prada DP lalu keluar kamar dengan membawa patahan gergaji besi dibungkus pakaian dengan tas ransel.

Dengan mengendarai sepeda motor milik Vera, Prada DP lalu pergi ke Jembatan Sungai Lilin. Di sanalah Prada DP lalu membuang pakaian dan gergaji besi itu.

Temui Dodi

Setelah itu Prada DP pergi ke rumah Dodi. Belakangan terungkap Dodi merupakan paman terdakwa Prada DP.

Pada Dodi, Prada DP lalu mengaku ia telah membunuh Vera Oktaria.

Prada DP lalu memberi uang pada Dodi untuk membeli plastik besar untuk membuang mayat Vera.

Setelah mendapatkan kantong plastik itu, Prada DP lalu berangkat ke pasar Sungai Lilin.

"Terdakwa membeli jeruk dan salak 1 kilogram dan gergaji besi Rp 50 ribu dan kembali ke penginapan," katanya.

Sampai di penginapan, Prada DP lalu memberi salak tadi pada petugas resepsionis.

Ia lalu masuk kamar 06 lagi. Ia lalu membuka pakaiannya dan menggergaji tubuh korban lagi.

Ia lalu melanjutkan memotong siku Vera sampai putus.

Ia lalu melanjutkan menggergaji bagian tubuh lain tapi kemudian gergaji itu kembali patah.

Bingung, Prada DP lalu menelepon Teguh dan meminta dibelikan gergaji tapi ditolak.

Prada DP lalu pergi ke pasar Sungai Lilin lagi.

Di sana ia lalu membeli tiga ransel.

Namun sesampai di hotel Prada DP merasa tiga tas tadi kurang besar dan ia kembali ke Pasar

Sungai Lilin lagi untuk membeli koper.

Prada DP lalu mengukur tubuh Vera dengan koper. Ia lalu meletakkan potongan tangan Vera ke

koper itu.

Ia lalu kembali lagi ke Pasar Sungai Lilin untuk membeli koper yang lebih besar sekitar pukul 10.00.

Setelah itu ia kembali kemar dan meletakkan koper itu.

Prada DP merasa ia sudah tiga kali bolak-balik keluar lalu ke kamar. Untuk itu ia menutupi kecurigaan orang dengan berpura-pura menonton televisi.

Ia lalu makan jeruk yang dibelinya tadi sambil tidur-tiduran.

Pukul 15.00, Prada DP lalu keluar membawa baju seragam indomaret milik Vera dan pakaian barang-barang lainnya.

Pakaian itu lalu dibuang dari atas jembatan lagi.

Prada DP lalu membeli gergaji kayu, kapak dan cutter.

Ia lalu ke rumah Teguh untuk menitipkan ponsel milik korban dan miliknya.

Teguh dan Prada DP lalu menelepon orang bernama Imam. Saat ini Imam sudah meninggal dunia.

Prada DP bertanya bagaimana cara menghilangkan mayat. Imam lalu memberikan ide, bakar saja.

Prada DP lalu menyuruh Imam untuk membeli perlengkapan dengan uang Rp 70 ribu.

Setelah memndapatkan perlengkapan, Prada DP lalu pergi lagi ke penginapan Sahabat Mulia.

Kemudian sesampai di kamar, Prada DP mulai mngeluarkan racun nyamuk berbentuk spiral dan merakit racun nyamuk itu dengan korek api agar jadi seperti pemicu kebakaran.

Ia lalu mengangkat mayat Vera dan meletakkkannya di atas kasur. Ia menyiram sedikit mayat Vera dengan bensin.

Ia lalu meletakkan barang-barang yang sudah disiram dengan bensin ke atas tubuh Vera.

Namun saat memulai proses untuk membakar, Prada DP tiba-tiba mengaku kasihan. Ia kemudian menyiram racun nyamuk menyala yang jadi pemicu itu dengan air.

Pukul 17.30, Prada DP kembali ke rumah Teguh dan kembali bertemu dengan Imam.

"Imam lalu bilang, masa sudah diajarin masih nggak bisa," kata Imam saat itu.

Prada DP lalu kembali ke kamar penginapan. Ia lalu membakar lagi racun nyamuk itu.

Setelah itu Prada DP meninggalkan kamar itu dan tak kembali lagi.

Ternyata belakangan pemicu itu tak berfungsi hingga akhirnya mayat Vera yang sduah membusuk ditemukan.

Malam setelah meninggalkan Hotel Prada DP lalu pergi ke rumah kerabatnya dan bertemu dengan Leni, ibu Prada DP yang sudah di sana.

Imam Satria Tewas Mengapung di Sungai Dawas, Nasib Orang yang Sarankan Prada DP Bakar Vera Oktaria

Fakta-fakta baru terungkap dalam sidang Prada DP, pelaku pembunuhan disertai mutilasi terhadap korban Vera Oktaria, kasir Indomaret, 8 Mei 2019 lalu.

Setidaknya ada 4 Orang Ditemui Prada DP Usai Bunuh Vera Oktaria, Salah Satunya Imam Satria, yang belakangan ditemukan Tewas di Sungai Dawas.

4 orang yang ditemui Prada DP usai bunuh Vera Oktria tersebut adalah paman tersangka yakni, Dodi, Teguh dan Sahir.

Satu-satunya orang luar yang belakangan diketahui menyerankan agar Prada DP membakar mayat Veria Oktaria adalah Imam Satria, dia merupakan orang luar dan teman dari Sahir.

Untuk diketahui Sahir merupakan suami dari Elsa Elisa, bibi Prada DP. Seperti diketahui, selain Elsa adapula nama Leni bibi tersangka usai membunuh Vera Oktaria.

Namun, orang yang menyarankan agar Prada DP membakar mayat Vera dalah Imam Satria, sehingga Prada DP kemudian berusaha membakar Mayat Vera di dalam penginapan tersebut, dengan memakai obat nyamuk dengan pemantik korak api.

Seperti dilansir dari tribun Sumsel,  dalam dakwaan kasus Prada DP, nama Imam Satria (36) disebut sebagai orang yang menyarankan agar Prada DP membakar mayat Vera Oktaria.

Imam memang bukan paman korban, tetapi satu-satu orang luar atau bukan keluarga yang ditemui Prada DP.

Seperti diketahui, usai membunuh Vera Oktaria, Prada DP memberitahukan apa yang dilakukannya pada Dodi, Teguh dan Sahir.

Ketiganya masih bisa disebut sebagai paman Prada DP. Sementara Imam adalah orang luar. Imam adalah teman dari Sahir dan Teguh.

Selain itu ada nama Elsa Elisa dan Leni.

Keduanya adalah bibi dan ibu Prada DP.

Sementara Imam adalah orang luar yang disebutkan oleh Elsa Eliza adalah teman dari Sahir, suami Elsa.

Belakangan Imam Satria sudah meningal dunia.

Ternyata Imam Satria yang dimaksud adalah pria yang ditemukan tewas tenggelam di Sungai Dawas Desa Pinang Banjar, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin pada 22 Juni 2019 lalu.

Imam Satria tewas sebulan setelah pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh Prada DP pada 8 Mei 2019.

Makan Imam Satria Sempat Dibongkar
Imam Satria berusia 36 tahun saat meninggal dunia. Ia tercatat sebagai warga Pinang Banjar Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin.

Ternyata pada tanggal 2 Juli 2019, petugas forensik dari Polda Sumsel sempat membongkar makam Iman Satria.

Namun sampai saat ini belum dijabarkan hasil dari pemeriksaan forensik tersebut.

Sempat Tidak Terlacak

Diketahui Prada DP melarikan diri ke salah satu padepokan di Tangerang Banten dan tertangkap oleh pihak Denpom di kawasan tersebut.

Keberadaaan Prada DP sepanjang Mei tersebut tidak terlacak, karena dia meninggalkan ponsel kepada salah seorang kenalannya, dan terus melarikan diri lewat jalan perairan, sebelum kemudian menemui keluarganya dan melarikan diri ke salah satu padepokan di Banten tersebut.

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved