Tewasnya Wiko Jerianda Siswa SMA Taruna Palembang, Gubernur Sumsel akan Sanksi Tegas
Tewasnya Wiko Jerianda, Siswa SMA Taruna Palembang Gubernur Sumsel Herman Deru akan Sanksi Tegas
Tewasnya Wiko Jerianda, Siswa SMA Taruna Palembang Gubernur Sumsel Herman Deru akan Sanksi Tegas
Laporan wartawan Tribun Sumsel Wenny Wahyuni
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Tewasnya Wiko Jerianda 16, Siswa SMA Taruna Palembang, Gubernur Sumsel Herman Deru akan Sanksi Tegas.
Gubernur Sumatera Selatan H Herman Deru nampak kaget saat dikabarkan bahwa Wiko Jerianda yang teas karena diduga korban penganiayaan saat mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) SMA Taruna Palembang, Jumat (19/7/2019).
Herman Deru menegaskan bahwa, sebagai orang nomor satu di Sumsel ia akan tetap konsisten dengan apa yang disampaikan terkait kasus Wiko Jerianda, Siswa SMA Taruna Palembang yang tewas di Masa Orientasi Siswa (MOS).
Gubernur Sumsel ini mengatakan, akan melihat kasus ini dulu sebenarnya kesalahan siapakah yang bersalah atas tewasnya Wiko Jerianda, Siswa SMA Taruna Palembang yang tewas di Masa Orientasi Siswa (MOS) tersebut.
"Saya tetap konsisten dengan apa yang saya sampaikan," kata Gubernur Sumsel Herman Deru.
"Ini kesalahan prosedur lembaga atau oknum. Kalau kesalahan prosedur lembaga tentu ada sanksi bagi sekolah tersebut tapi kalau oknum saya serahkan ke polisi untuk menindaknya," kata Herman Deru usai dilantik menjadi Ketua Umum Perbakin Sumsel di Griya Agung Palembang, Jumat (19/7/2019).
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan bahwa, jika kesalahan ada pada oknum maka pihak kepolisian atas tewasnya Wiko Jerianda, Siswa SMA Taruna Palembang yang tewas di Masa Orientasi Siswa (MOS), maka yang akan menangani hal tersebut sehingga mendapatkan hukuman yang setimpal.
"Tapi kalau lembaga harus ditindak tegas. Diknas sudah buat tim, dia lihat dulu ini kesalahan lembaga atau oknum karena kita tidak masuk pidananya. Kalau pidananya kan polisi. Tapi kalau masalah kedisiplinan, ketaatan terhadap aturan itu ada bagian tersendiri," ujar Herman Deru.
"Saya sebagai Gubernur Sumsel dengan tegas memberikan sanksi sesuai dengan kesalahan jika ini kesalahan secara kelembagaan," jelas Herman Deru.
Dalam kesempaan ini Gubernur Sumsel Herman Deru pula menyampaikan bahwa, rasa dukanya kepada korban.
Maka itu, Gubernur Sumsel Herman Deru berencana akan mendatangi rumah duka setelah kegiatan olahraga bersama dengan TNI dan Polri di BKB yang digelar di BKB usai.
"Insya Allah besok kesana setelah kegiatan di BKB," ucapnya.
Seperti diketahui,
Setelah Sempat dirawat selama beberapa hari di Rumah Sakit, akhirnya Wiko Jerianda (16 tahun), korban penganiayaan orientasi SMA Taruna Indonesia meninggal dunia, Jumat (19/7/2019) sekitar pukul 20.10.
Wiko menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit RK Charitas pada pukul 20.10 WIB.
Informasi ini diperoleh dari Firli, pengacara keluarga Wiko.
"Iya, Wiko sudah meninggal,"ucapnya singkat saat dihubungi Tribunsumsel.com.
Dikatakan Firli, saat ini pihak keluarga sedang bersiap untuk mengurus kepulangan jenazah ke rumah duka.
"Iya, kami sedang siap-siap. Jenazah akan kami bawa pulang,"ungkapnya.
Wiko merupakan siswa SMA Taruna Indonesia yang beberapa hari taksadarkan diri sejak diduga menjadi korban kekerasan orientasi sekolah akhir pekan tadi.
Ia beberapa hari sempat tak sadarkan diri.
Tim dokter sempat membentuk tim khusus dari berbagai ahli untuk menangani kondisi kesehatan Wiko.
dr Justinus yang menangani ini belum mau merinci sakit yang dialami Wiko.
Dia beralasan bahwa hal tersebut merupakan rahasia keluarga dan tidak bisa diungkapkan tanpa izin mereka.
KPAI Minta Dievaluasi
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indoensia (KPAI), Retno Listyarti mendesak agar Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan mengevaluasi menyeluruh SMA Taruna Indonesia, baik dari program, manajemen keuangan, fasilitas dan lain sebagainya.
Menurutnya, dari hasil pemantauan KPAI secara umum sebagai sekolah berasrama pengawasan dinilai kurang oleh Dinas Pendidikan, terlebih dari sisi fasilitas tidak memadai padahal biaya untuk masuk ke sekolah ini tidaklah murah.
"Dari orang tua yang saya wawancarai, biaya masuk saja Rp 22 juta. Perbulan Rp 1,5 juta dan untuk biaya semester Rp 3 juta. Ini adalah hal yang cukup mahal. Kondisi sekolah juga tidak laik kelas tanpa jendela sehingga pencahayaan kurang," jelasnya, Rabu (17/9/2019).
Dirinya juga meminta data ke pihak sekolah berapa banyak lulusan yang diterima pada akademi militer tahun lalu, hasilnya tidak ada yang masuk dalam akademi militer, apakah akademi kepolisian atau lainnya.
"Tahun lalu itu saja hanya Secaba. Jadi tidak ada yang masuk ke akademi militer jika dilihat dari data tahun lalu. Dengan branding semi militer yang dijual untuk persiapan untuk masuk akademi militer atau polisi. Hal seperti ini yang kemudian harusnya bisa menjadi evaluasi Dinas Pendidikan, sejauh mereka melakukan pengawasan sekolah sejenis ini," ujarnya.
Retno menuturkan, pihaknya sempat bertemu dengan orang tua yang diduga juga menjadi korban dari dugaan tindak kekerasan selama Masa Orientasi Sekolah (MOS) disekolah yang sama