Bencana Alam

Bencana Alam Bukan Azab

Beberapa tahun belakangan, intensitas bencana alam , cukup menyita perhatian sekaligus memunculkan banyak kekhawatiran.

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Bencana Alam Bukan Azab
ist
H. John Supriyanto, MA

Pertanyaan berikutnya adalah "mengapa lempeng bumi bisa bergerak?".

Para ilmuan menjelaskan bahwa pergerakan lempeng bumi disebabkan karena cairan inti bumi yang sangat panas dan menyebabkan selubung inti bumi bergolak.

Tak ubahnya seperti merebus air hingga mendidih.

Pergolakan air yang mendidih itulah yang kemudian menjadikan lempeng-lempeng di atasnya ikut bergerak saling menjauh dan atau saling mendekat.

Reaksi lempeng inilah yang kemudian menciptakan tekanan dan terjadi gempa.

Jika pusat gempa terjadi di bawah laut, maka dasar laut akan naik atau turun.

Dengan begitu, keseimbangan air di atas laut akan terganggu dan bergejolak, lalu terjadilah tsunami.

Bahkan, guncangan gempa juga dapat menyebabkan likuifaksi atau pencairan tanah karena hilangnya kekuatan lapisan tanah berpasir.

Begitu-pun halnya dengan tanah longsor dan banjir.

Tanah longsor adalah peristiwa geologi yang disebabkan oleh pergerakan struktur masa tanah atau bebatuan yang lemah dan dipengaruhi oleh gravitasi.

Pemicu utama tanah longsor antara lain adalah pergerakan yang disebabkan oleh gempa, gunung berapi atau getaran-getaran kecil dan terus menerus seperti kendaraan, mesin pabrik dan lain sebagainya.

Mengapa struktur masa tanah atau bebatuan bisa melemah?.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Antara lain pengikisan tanah oleh air sungai atau air laut, berkurangnya pepohonan, ketinggian curah hujan, penumpukan sampah, kelebihan beban karena penumpukan material di atasnya dan lain sebagainya.
Seperti halnya tanah longsor, banjir juga kerapkali terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

Sains menjelaskan bahwa bencana ini diakibatkan karena semakin berkurangnya daerah resapan air, intensitas hujan yang tinggi, adanya penyumbatan akibat penumpukan sampah, penggundulan hutan dan penebangan pepohonan, penimbunan rawa dan pembangunan di dataran-dataran rendah dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana dengan angin puting beliung yang seperti "lidah menjilat bumi" dan memporak-porandakan segala benda yang disentuhnya?.

Ternyata, puting beliung sangat berkaitan dengan awan cumulonimbus, yakni jenis awan vertical yang sangat berbahaya dan banyak terdapat di Indonesia, karena wilayah ini banyak mengandung uap air.

Lebar awan ini bisa mencapai 10 KM dengan ketinggian 17.000 KM.

Bahayanya, awan ini mengandung arus listrik dan pergolakan udara sangat dahsyat.

Dalam gumpalan awan ini terdapat arus udara yang naik ke atas dengan tekanan sangat kuat.

Titik air dan kristal es tertahan oleh arus udara yang bergerak naik menuju puncak awan.

Lalu, titik air yang tidak bisa lagi ditahan oleh udara akan turun dan menyebabkan gaya gesek antara arus udara yang naik dan turun.

Temperatur udara yang turun mempunyai suhu yang lebih dingin dibandingkan dengan udara yang ada di sekelilingnya. Arus udara yang naik dan turun akan menciptakan arus geser yang memutar lalu membentuk pusaran.

Semakin lama, pusaran arus itu akan berputar semakin cepat dan membentuk gumpalan dengan kekuatan yang dahsyat.

Dari proses inilah kemudian terbentuk angin puting beliung.

Berbagai bencana alam yang terjadi dapat dijelaskan secara sains dan teori-teori ilmu pengetahuan.

Bila ada di antara peristiwa alam yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, maka dapat dipastikan bahwa sains-lah yang belum mampu menguak misterinya.

Seiring perkembangan sains yang dinamis, semua misteri tersebut akan mampu diungkap.

Tidak ada bencana alam yang begitu saja terjadi dan "ujuk-ujuk" tanpa sebab.

Selain bukan sebagai azab dan murka Tuhan, bencana alam di Indonesia adalah salah-satu wajah hukum semesta dan desain sunnatullah. Wallahu a'lam !

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved