Berita International

Kisah Tragis Ahli Ular Catat Detik-detik Proses Kematiannya Sendiri, Tewas Tak Bisa Bernafas

Keputusan untuk tidak meminta bantuan dokter, kemungkinan besar dilandasi keyakinan Schmidt bahwa gigitan gigi belakang ular

Editor: Adrian Yunus
kompas.com
Berita kematian Karl Patterson Schmidt dimuat dalam koran pada masanya. (Kompas.com) 

Pandangan ini, pada masa tersebut memang dipercayai oleh banyak ahli ular.

Mereka berpendapat, taring belakang ular pohon dari Afrika Selatan tidak cukup menghasilkan racun yang mematikan bagi manusia.

Itu sebabnya, setelah digigit dia pulang ke rumah dan terus mencatat efek bisa ular terhadap tubuhnya.

Catatan lengkap Schmidt bisa dibaca di buku hariannya, yang disiarkan oleh radio Amerika Serikat, PRI, dalam acara Science Friday. Dirilis pula video catatan harian, yang diberi judul

"Diary of a Snakebite Death".

16.30 - 17.30 Sangat mual, tapi tidak muntah. Ini terasa dalam perjalanan ke Homewood dengan menggunakan kereta api.

17.10 - 18.30 Sangat dingin dan gemetar, diikuti demam (suhu tubuh 38.7 derajat Celcius). Pendarahan di mulut mulai sekitar pukul 17.30, sebagian besar pada gusi.

20.30 Makan dua roti panggang.

21.00 - 12.20 Tidur nyenyak.

12.20 Buang air kencing, yang keluar sebagian besar adalah darah, namun jumlahnya tidak banyak.

04.30 Ambil minum, diikuti dengan mual dan muntah-muntah. Merasa lebih enak dan tidur hingga pukul 06.00.

Menolak Bantuan Medis

Beberapa jam sebelum meninggal dunia, Schmidt ditanya apakah dirinya memerlukan bantuan medis. Namun dia menolak.

Alasannya, dia khawatir obat akan berpengaruh terhadap efek gigitan ular.

Schmidt lebih memilih untuk mencatat secara lengkap semua efek yang dia rasakan. Ini dia lakukan setelah sarapan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Tags
Ular Cobra
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved