Didesak Jadi Cawapres Prabowo, Akhirnya Ustaz Abdul Somad Ungkap Isi Hatinya, Kebinasaan & Harapan
Ustaz Abdul Somad Bongkar Fakta Dirinya Diisukan jadi Cawapres, Sebut Ujian Allah hingga Akui Susah Menolak
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Shafira Rianiesti Noor
SRIPOKU.COM - Beberapa waktu yang lalu beredar isu jika Ustaz Abdul Somad akan masuk menjadi salah satu bursa kuat yang akan menjadi Cawapres (Calon Wakil Presiden).
Namun ternyata hal tersebut dibantah oleh Ustaz Abdul Somad sendiri.
Baginya hal tersebut merupakan isu di tahun politik ini.
Pantauan Sripoku.com dari chanel youtube salah satu acara talkshow di TvOne.
Ustaz Abdul Somad pun memberikan klarfikasi dan penjelasan secara eksklusif tentang isu tersebut.
Saat ditemui Balques Manisang sang pembawa acara, kala itu Ustaz yang kerap disapa Ustaz Somad ini tengah berada di Palembang, Sumatera Selatan dalam acara Habib Mahdi bin Syahab.
Setelah diantar menuju keruangan Ustaz Somad, tanpa menunggu waktu lama Balques membuka obrolan.
“Nama pak Ustaz sedang digandrungi bagaimana menurut pak uztad, terkejut, bersyukur, atau gimana dengan nama yang membumbung tinggi?”, buka Balques saat itu.
Mendapati pertanyaan seperti itu, dengan ekspresi datar, Ustaz asal Pekanbaru ini pun memberikan jawabannya.
“Saya anggap sebagai ujian, karena kami buat kata Allah, ‘kami uji manusia itu dengan hasanah kebaikan-kebaikan’, banyak orang yang menganggap jika sedang sakit diuji kalo sedang susah diuji, popularitas harta jabatan itu juga ujian, jadi kita anggap ini bagian dari ujian keimanan ujian keikhlasan, ujian istiqomah, mudah-mudahan kita lulus”, ujar Ustaz Abud Somad sambil sedikit tertawa.
Sama halnya dengan Balques, ia pun terlihat turut tertawa kecil mendegar jawaban mudah-mudahan kita lulus tersebut.
Lalu Balques pun kembali menanyakan hal lain, bagaimana perasaan Ustaz Somad, setelah dirinya kini tak hanya sangat didengar oleh umat tetapi kini juga banyak diharapkan oleh umat.
Karena menurut Balques sendiri yang paling sulit diharapkan adalah manusia.
Mendapati pertanyaan seperti ini, Ustaz Somad dengan santai langsung menjawab.
"Puncak daripada kekecewaan adalah harapan.
Oleh sebab itu kita jangan banyak berharap karena semakin tinggi pengharapan semakin tinggi kekecewaan, jadi kalau orang terlalu berharap kepada saya, dia akan kecewa dan berakhir dengan marah.
Maka pengharapan tertinggi adalah berharap kepada Allah SWT".
Setelah itu Ustaz Somad pun sedikit menjelaskan tentang pengharapan yang sebaiknya dilakukan manusia.
"Berharap kepada harta akan binasa, berharap kepada mahluk akan kecewa, 'siapa yang berharap kepada Allah SWT maka kita ikuti aturan rule of the game yg sudah dbuat Allah' harapan tentang apa? harapan tentang cinta, harapan tentang hidup, harapan tentang memilih pemimpin", jelas Ustaz yang hari itu berpakaian serba putih dan kopiah hitam.
Mendengar sang ulama menyebut kalimat tentang memilih pemimpin, Balques pun menanyakan tentang hal yang diisukan tersebut.
"Bicara tentang memilih pemimpin, mau mendekati pendaftaran, capres cawapres entah mengapa nama pak Ustaz tiba-tiba kalo kotak pandora terbuka wah langsung semua tertuju pada nama Ustaz Somad serta kemudian ijtima ulama yang dimuliakan itu kemudian mengeluarkan nama salah satunya Ustaz Abdul Somad".
Ustaz Somad yang mendengar hal tersebut pun langsung dengan cepat memberikan jawabannya.
"Ya pertama saya sudah mengklafirikasi, ketika malam keluar saya tau ijtima lalu kemudian saya dapat hasilnya melalui group dan sahabat-sahabat ynag mengirimkan ijtima, langsung saya beri komentar akan tidak terkena isu
Pertama saya seorang hamba Allah merespon ijtima ini dan mngucapkan terimakasih kepada para ulama, sahabat, Dai santri yang sudah peduli dengan mengucapkan jazakallah khairan semoga allah memberikan balasanNya.
Kedua bahwa saya Abdul Somad, mengerti betul tentang diri saya, maka saya memberikan respon penghargaan menghormati guru kita sahabat kita, Al Habib Doktor Salim Sagaf Aljufri, beliau s1 s2 s3 di Madina pernah menjadi menteri pernah menjadi Dubes, ilmunya semuanya kematangan emosionalnya dia guru kita semua
mengajar politik langsung berkecimpung dalam dunia politik di berbagai ordenya
jadi saya kira ya itulah saya berikan kepada guru tersebut.
Lalu kemudian tentang masalah dukung mendukung support menyupport kedepan sampai hari ini
bisa di cek ceramah kita satu-satu tidak pernah menyebut nama, tidak pernah menyebut nomor, tidak pernah menyebut warna, kita hanya menyebut secara umum.
Piliahlah pemimpin yang peduli pada Islam, pilihlah pemimpin yang sayang pada ulama, pilihlah pemimpin yang amanah, pilihlah pemimpin yang adil, itu saja, tidak pernah menyebut secara spesifik partai golongan kelompok.
Bahwa jika ada yang mengidikasikan lalu menarik ceramah kita kearah tertentu, nah itu kesimpulan masing-masing.", jelas Ustaz Somad.
Mendengar jawaban panjang tersebut, Balques pun kembali bertanya apakah Ustaz memang menghindari hal tersebut.
"Kalau orang memilih sosok nama apa standartnya ukurannya apa? Ukuran Abdul Somad dipilih apa?
'Celaka orang kalo tidak tau siapa jati dirinya', dari dulu saya katakan saya lebih tepat sebagai Dai pendidik saja. Dua itu.
Kenapa saya pendidik karena saya dikampus.
Kenapa saya Dai, Ustaz mengajak masyarakat umum. Jadi ada dua segmen, segmen kelas yang kecil 23 sampai 30 orang mengajar 16 tatap muka 2 SKS.
Kemudian masyarakat besar Tabligh Akbar sampe ribuan ratusan ribu, cuma semuanya mengajak orang ke jalan Allah.
Ketiga, (lanjutan dari mengenai ijtima diatas) peduli pada pendidikan Islam, peduli pada ekonomi Islam, peduli politik Islam.
Kita punya partai-partai Islam luar biasa misalnya ada PKS, PAN, PKB, PBB, dan lain-lain yang jelas mayoritasnya Muslim.
Lihat di internet siapa yg paling banyak dicari bsa dijadikan standart". ucap Ustaz Somad.
Mendapat jawaban seperti itu, Balques pun kembali menanyakan tentang arti ijtima ulama bagi Ustaz secara pribadi dan untuk kita sebagai umat Muslim agar mengerti seberapa penting ijtima ulama.
"Ijtima artinya pertemuan, perkumpulan, konsesius, kesepakatan, ulama berkumpul dari berbagai ormas, aliran, kelompok, lalu berkumpul di suatu tmpat, membahas suatu masalah, lalu melahirkan rekomendasi.
Bahwa untuk kepemimpinan kali ini kami menyetujui calon presiden itu A sedangkan calon wakil presiden adalah A dan B ini ijtima mereka semacam saran apa kata umat dan umat akan merespon, inilah yang terjadi sekarang.
Oleh sebab itu maka saran dari alim ulama ini, terserah kembali kepada pribadi yang diberikan rekomendasi ini, apakah ia akan menerima atau tidak, dalam islam tidak ada keterpaksaan.
Jadi masalah ini kita mengaca saja kebelakang, banyak pakar-pakar politik Islam.
Bahkan di UIN (Universitas Islam Negeri) ada satu jurusan namanya Politik Islam, jadi umat Islam yang sudah sering ngaji tentang itu sudah terbiasa dengan ini tidak kaget lagi".
Balques pun melanjutkan pertanyaan tentang bagaimana jika harus mengukur nilai keberkahan untuk mengukur diri atas kemampuan diri sendiri atau harapan atas ribuan umat.
"Pertama kita yang mengerti tentang diri kita sendiri, intern, kalaupun ekstern itu dari luar.
Dalam dunia politik, susah untuk mengatakan tidak.
Contoh kalau ibu-ibu ada yang minta Ustaz nanti main ketempat kami ya, iya
nanti malam pengajian iya, kalau itu di politik wah bahaya sekali, itu contoh kecil saja.
Saya orangnya juga mudah, tak sampai hati, kalau di dunia pendidikan baik tapi kalau didunia politik tidak bisa, mesti ada ketegasan.
Ini semua mau yang lembut, tegas, lunak ramah itu semua sarana jalan untuk mengajak umat ke jalan Allah", tutur Ustaz Somad menjelaskan panjang.
Baca: Polair Polda Sumsel Amankan Penambang Pasir Ilegal di Sungai Musi
Baca: Presiden Jokowi Kurban Sapi Peranakan Ongole di Masjid Agung Palembang. Dibeli di Banyuasin
Baca: Hilangkan Jenuh dan Songsong Asian Games 2018, Wajib Pajak Diajak Senam Bareng Relaksasi