Kisah Memilukan Selembar Kain Saat Detik-detik Wafatnya Khadijah, Nabi Muhammad Sampai Menangis
Wanita sholeha itu bernama Khadijah, nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah. Beliau pun terjaga.
“Wahai Khadijah. Mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku Muhammad?” tanya Rasulullah dengan lembut.
“Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal wahai Khadijah bersuamikan aku Muhammad?” lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.
“Wahai suamiku. Wahai Nabi ALLAH. Bukan itu yang kutangiskan.” jawab Khadijah.
“Dahulu aku memiliki kemuliaan. Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku adalah bangsawan. Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan. Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Wahai Rasulullah. Sekarang aku tak punya apa-apa lagi.
Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah. Sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, sekiranya engkau hendak menyebrangi sebuah lautan sekiranya engkau hendak menyebrangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit pun atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku ambilah tulang belulangku. Jadikanlah sebagai jembatan untuk engkau menyebrangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu. Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah. Ingatkan mereka kepada yang hak. Ajak mereka kepada Islam wahai Rasulullah”, lanjut Khadijah ra.
Karena itu, peristiwa wafatnya Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah saw.
Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah saw ketika itu karena dua orang yang dicintainya yaitu istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu Thalib telah wafat.
Tahun itu disebut sebagai Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.
— Ilaa hadlratin Nabiyyil musthafa wa ilaa Khadijah al Kubra al Fatihah.—-
Sumber: