Pernah Mati Suri 3 Kali, Pria Ini Lihat Tempat Indah Hingga Merasa Tercekik, Begini Hidupnya Kini

Hal ini dialami oleh seorang pria bernama Muhammad Tubagus Hasagiri. Pria berusia 98 tahun ini mengaku pernah mengalami mati suri.

Editor: Tresia Silviana
TribunJakarta.com/Rafdi Ghufran
Muhammad Tubagus Hasagiri (98) saat ditemui TribunJakarta.com di kawasan Pademangan, Jakarta Utara Jumat (25/5/2018) 

SRIPOKU.COM - Kehidupan setelah kematian adalah rahasia yang tidak pernah diketahui manusia.

Beberapa orang yang mengalami mati suri mengaku melihat cahaya terang yang diyakini sebagai surga atau tempat menyeramkan yang menurutnya adalah neraka.

Biasanya, orang-orang dengan pengalaman tersebut merasa takut dan ingin memperbaiki hidupnya.

Mereka juga akan semakin mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.

Ilustrasi
Ilustrasi (kompas.com)

Hal inilah yang juga dialami oleh seorang pria bernama Muhammad Tubagus Hasagiri.

Pria berusia 98 tahun yang biasa disapa Engkong Giri mengaku pernah mengalami mati suri.

Dilansir dari TribunJakarta, Giri mengaku pernah mengalami fenomena mati suri sebanyak tiga kali.

Fenomena yang pertama terjadi saat usianya menginjak 25 tahun.

Baca: Niatnya Nyinyir Kebijakan THR Untuk PNS, Jawaban dari Sri Mulyani Ini Bikin Fadli Zon Malu Sendiri!

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Waktu itu Giri diduga meninggal oleh orang-orang sekitarnya tanpa alasan yang jelas.

Saat diduga meninggal, Giri mengalami mimpi yang aneh.

Dia mengatakan dibawa kesuatu tempat yang indah.

Saat di tempat itu Giri diminta untuk beristirahat oleh seseorang yang ia temui di dalam mimpi.

Namun ia menolak.

Ia lalu terbangun dengan keadaan orang-orang di sekitarnya terkejut.

Hal itu diungkapkan di kawasan Pademangan, Jakarta Utara.

"Waktu itu tiba-tiba mimpi ketemu orang di tempat bagus, terus disuruh istirahat tapi saya gak mau. Tiba-tiba saya bangun, orang-orang pada kaget," ujar Giri Jumat (25/5/2018), dikutip dari TribunJakarta.

Baca: Berpangkat Bripka, Ini 10 Potret Ganteng Lingga Ersan Pacar Baru Vanessa Angel, Gagah Banget!

Fenomena mati suri kedua dan ketiga terjadi tidak lama dari peristiwa pertama.

Namun bedanya saat itu dirinya sedang tidur.

Tiba-tiba ia merasa seperti tercekik.

Bahkan dirinya mengaku saat itu terbangun saat jenazahnya sedang dimandikan.

"Waktu itu lagi dimandiin, saya bangun lagi kalo kata orang-orang. Yang mandiin saya pun kaget," katanya sambil terkekeh.

Saat ini Giri mengatakan tinggal di berbagai tempat.

Kadang di masjid, kadang kembali ke rumah cucu laki-lakinya.

Putrinya kini telah berkeluarga dan memutuskan untuk tinggal di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

Meski usianya telah senja, Giri mengaku tubuhnya masih sehat dan bugar.

Kini dirinya hanya fokus menikmati masa senja sambil melaksanakan ibadah dengan giat.

Baca: Minta Didoakan, Dewi Perssik Ungkap Masalah Rumah Tangganya, Bahas Gugatan Hingga Masa Depan

Bagaimana Rasanya Mati Suri?

Sebuah studi baru mengenai kronologi mati suri mendapati bahwa tidak semua orang mengalami urutan langkah-langkah yang sama, yang dapat membantu menyingkirkan hubungan kompleks antara neurologi dan budaya di ambang hidupnya.

Diberitakan Kompas.com dari National Geographic Indonesia, sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Belgia ini didasarkan pada 154 tanggapan survei responden dan narasi yang dikumpulkan melalui International Association for Near-Death Studies and the Coma Science Group.

Responden dipilih menggunakan skala Greyson NDE, sebuah metrik yang dikembangkan oleh Bruce Greyson—psikolog AS.

Skala ini dirancang untuk memberikan struktur dan konsistensi dalam mengevaluasi pengalaman yang diingat oleh pasien saat mengalami perhentian jantung.

Baca: Hanya Karena 3 Pertanyaan Ini, Aman Abdurrahman Disebut Orang Paling Berbahaya di Asia Tenggara!

Ilustrasi
Ilustrasi (tudnodkell.info)

Istilah Near Death Experience (NDE) atau mati suri muncul pada tahun 1975 ketika psikolog bernama Raymond Moody menggunakannya untuk menggambarkan apa yang disebut dengan ‘menengok dunia lain’.

Kini, cerita mati suri hampir bersifat klise.

Cahaya terang, terowongan, dan emosi positif sudah menjadi hal yang biasa didengar mengenai pengalaman mati suri.

Baca: Dituding Comot Foto Orang Tanpa Ijin, Lucinta Luna Kena Getahnya Kejar Setoran Apa Aja Diembat

Tahapan ini pun dianggap sebagai gambaran singkat dari kehidupan setelah kematian.

Mempelajari fenomena ini begitu menarik sekaligus rumit.

Hal itu disebabkan karena sulitnya memisahkan bias budaya dari proses neurologis dan tantangan etika dalam mencatat data fisiologis pada saat kritis.

Yang lebih buruk lagi, bidang penelitian ini nyaris berkaitan dengan penelitian ‘abal-abal’ yang sering muncul.

Sehingga, sulit untuk mengetahui di mana kinerja otak akan berakhir dan pseudosains—tipuan yang dianggap ilmiah—dimulai.

Dari keseluruhan studi mengenai mati suri, sekitar 4-15 persen penduduk dunia telah mengalami pengalaman tersebut.

Bahkan, beberapa dari mereka melaporkan bahwa ‘pengalaman di akhirat’ itu tidak harus melalui mati suri.

Menurut mereka, hal ini lebih berkaitan dengan respons neurologis terhadap stres daripada kematian itu sendiri.

Sesungguhnya, ini bukanlah penelitian pertama mengenai mati suri.

Sebelumnya, sebuah studi oleh ahli saraf, Sam Parnia, menemukan tujuh kategori ingatan selama NDE.

Sedangkan dalam studi yang baru, peneliti mengungkap pengamatan spesifik yang diingat oleh para responden dan mencatat kronologi mati suri tersebut.

Penelitian ini pun dipublikasikan di Frontiers in Human Neuroscience.

Baca: Make Upnya Dikatain Tua dan Menor, Raisa Andriana Langsung Skak Mat Netizen Begini! Mantap Jiwa!

“Tujuan penelitian kami adalah untuk menyelidiki distribusi frekuensi dari keistimewaan ini, baik secara global maupun narasi, serta urutan temporalitas yang paling sering dilaporkan dari keistimewaan pengalaman yang berbeda,” kata Charlotte Martial, peneliti dari University of Liège.

Dari seluruh responden, 80 persen merasakan kedamaian, 69 persen melihat cahaya yang terang, dan 64 persen menemui ‘sosok’ lain.

Hanya 5 persen yang merasakan ‘berpikir cepat’ dan 4 persen menggambarkan apa yang disebut sebagai penglihatan prekognitif—penglihatan masa depan.

Dari segi kronologi, 22 persen responden mengaku telah mengalami pemisahan roh dari tubuh, diikuti dengan menyusuri terowongan, melihat cahaya terang, dan merasakan kedamaian.

Sepertiga dari mereka mengalami sensasi pemisahan roh dan akhirnya kembali lagi ke tubuh.

“Ini menunjukkan bahwa mati suri tampaknya diawali oleh pemisahan roh dari tubuh, dan berakhir ketika roh kembali ke dalam tubuh,” ucap Martial.

Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian semacam ini.

Responden dipilih berdasarkan kemauan mereka sendiri.

Responden yang kurang nyaman menceritakan pengalamannya tidak dilibatkan dalam survei ini.

Selain itu, semua responden menggunakan bahasa Prancis.

Itu berarti, sulit mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang budaya terhadap pengalaman mereka.

Jika penelitian seperti ini direplikasi secara luas di populasi lain, hal itu dapat membantu menyoroti aspek fenomena mati suri yang biasa terjadi di sekitar kita.

Baca: Baru Lahiran, Ririn Dwi Ariyanti Terlihat Kurus, Netizen Perbincangkan Tangannya Efek Kerja Berat

Baca: Dibonceng Naik Motor, Lihat Apa yang Dibawa Ibu Ini, Astaga, Netizen Kaget! The Power of Emak-Emak!

“Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi perbedaan dan tingkat pengalaman responden yang berkaitan dengan harapan dan latar belakang budaya mereka. Mekanisme neurofisiologis yang mendasari pengalaman mati suri juga perlu untuk diselidiki,” jelas Martial.

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Kisah Pria Pernah Mati Suri 3 Kali, Lihat Tempat Indah hingga Merasa Tercekik, Begini Hidupnya Kini

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved