Wanita yang Nyaris Jadi Teroris Ini Ungkap Cara Mereka Mendoktrin Puji Kuswati Mau Korbankan Anaknya
Doktrin dan Cuci Otek itu, membuat orang terdidik seperti Puji Kuswati dan keluarganya pun mau mengorbankan anak-anaknya.
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
"Disitu Tari menggambarkan Menggambarkan sebuah mobil ketika driver salah mengendarai, masuk kejurang, matilah semua penumpang didalam mobil, begitulah jika disebuah negara pemimpinnya salah, intinya adalah negara ini salah dan kita semua berdosa jika dipimpin dengan pemimpin yang salah," tulis Yunita melanjutkan.
"Kemudian menggambarkan sebuah apel busuk ketika ada didalam kulkas bersama apel-apel yang baik, maka apel yang baik akan tertular busuk, itulah kita jika masih berteman dengan orang kafir dan tidak sepemahaman dengan kita."
"Dari gambaran2 itu, kira-kira paham kan ya maksudnya. Banyak lah ideologi2 yang dia sampaikan. Dan dia menyebut kita harus membangun Negara Islam Indonesia untuk negara yang diridhoi Allah."
4. Cuci Otak dan Dibaiah dan Memberikan Sumbangan Rp400 Ribu
"Semakin curiga hati ini ketika dia bilang: "Untuk membangun misi ini diperlukan dana, karena kita membangun sebuah negara baru untuk Allah, dan diperlukan pengorbanan dan ketetapan hati, jadi kamu akan dibay'at di Cimahi (saya kurang inget tepatnya dimana) dengan membawa uang 400rb, jangan bertanya bukankah amal itu seikhlasnya? Tidak.. karena dengan perngorbananmu maka Allah akan tau sampai mana pengorbananmu untuk-Nya. Bahkan ketika kamu berbohong meminta uang ke orang tua atau menjual handphonemu adalah sebuah pengorbanan untuk Allah. Adapun baju yang harus dikenakan adalah kemeja, hijab, celana bahan"
Yunita mengakui ia merasa ia dicuci otaknya dan otaknya hanya mengikuti perkataan dari mereka hingga tak berani berbicara pada teman-temannya. Hal inilah yang membuat para korban doktrin kemudian memilih diam dan tidak lagi dekat keluarga, jika sudah terkontaminasi, maka mereka pun akan memulai mendoktrin orang lain, sehingga wajar satu keluarga pun kemudian mau melakukan bom bunuh diri.
Namun bedanya Yunita kemudian memberanikan diri menceritakan hal ini kepada rekan-rekannya yang kemudian menyadarkannya.
Lalu ia mencari pendapat lain, dan bertermu 2 orang mahasiswa lainnya yang dianggap sebagai penyelamatnya.
MASIH BANYAK TARI-TARI LAIN YANG MENCARI KORBAN
Kisah akhir Yunita ditutup dengan kalimat, "12 tahun sudah berlalu, sekarang Indonesia sedang darurat teroris, dan saya percaya ini bukan cuma sekedar isu.. Sekarang Tari-Tari lain banyak kita temui di sosmed.. jangan biarkan mereka semakin berkembang
Demi NKRI. Demi Agamaku."
VERSI PENGAMAT
DOKTIRN, CUCI OTAK, PELATIHAN, HINGGA AKSI, AKTIFNYA SEL-SEL TERORIS DI BEBERAPA DAERAH
Untuk kasus penyerangan Mapolda Riau menurut pengamat teroris, Ali Asgar seperti dilansir dari aline.id, Riau dan beberapa tempat di Indonesia, khususnya di Riau, pasca penyerangan di Mapolda Riau, memang merupakan lokasi yang banyak ditemui sel-sel kelompok terorisme. Bahkan, tahun 2017 lalu pernah diselenggarakan pelatihan kelompok terorisme yang berafiliasi dengan jamaah ansharut daulah (JAD) di bukit Gema Riau.
Sebelumnya, kelompok-kelompok tersebut juga pernah mengikuti pelatihan yang pernah diselenggarakan di Aceh tahun 2010.
Sementara itu, Pengamat teroris lainnya, Zaki Mubarak menambahkan bahwa jaringan JAD di Riau sangat militan. Tercatat tahun 2016, kelompok radikal berafiliasi ISIS di Batam Riau mencoba meledakan bom di Singapura. Mereka merupakan jaringan Kitabah Gonggong Rebus yang merupakan salah satu sel JAD.
"Hingga saat ini masih banyak pendukung militan JAD di wilayah itu," kata Zaki saat dihubungi Alinea.id, Rabu (16/5).
Terkait penyerangan yang banyak ditujukan kepada aparat kepolisian, Zaki menganggap adanya pandangan dari jaringan terorisme bahwa polisi thaghut. Selain itu banyaknya kasus penembakan pelaku terorisme menimbulkan dendam dari kelompok-kelompok teroris lainya.