Hartanya Dirampas, Diusir Anak Sendiri, Saat Dengar Suara dari Bawah Pohon, Nasib Kakek Ini Berubah!

Hartanya Dirampas, Diusir Putra Sendiri, Saat Dengar Suara dari Bawah Pohon, Nasib Kakek Ini Berubah!

Penulis: Fadhila Rahma | Editor: Fadhila Rahma
cerpen.co.id

Ayahnya dengan berang meninggalkan anaknya yang tidak berbakti itu. Untungnya, berkat pengalaman bertahun-tahun di toko kelontong, Arifin mengenal banyak pengusaha yang bersedia meminjamkan uang untuk menyewa rumah.

Sisa uang pinjamannya kemudian dipakai membeli stok untuk dijual kembali. Begitulah, kakek Arifin mulai menjajakan dagangannya di jalanan.

Baca: Anaknya Lama di Kamar Mandi, Ibu Ini Nyaris Pingsan Lihat Sedang Bermain dengan Ini, Hampir Tewas!

Suatu malam yang dingin, tidak banyak pejalan kaki di jalanan, kakek Arifin berpakaian tipis, menggigil kedinginan. Ia lalu putus asa dan berjalan pulang mengarah ke kediamannya.

Tiba-tiba ia mendengar suara tangisan bayi. Ia celingak ke kiri, celinguk ke kanan, tapi tak ada satu pun bayangan orang. Semenit kemudian terdengar lagi suara tangisan bayi, makin lama makin nyaring.

Kakek Arifin lalu mencari sumber tangisan itu, menemukan sebuah keranjang yang diletakkan di bawah pohon di tepi jalan. Saat dibuka, seorang bayi laki-laki menangis meraung-raung, nampak kedinginan. "Orang tua macam apa yang membuang anak ini!" ujar kakek Arifin.

Dia mengeluarkan anak itu dari keranjang, mengendongnya dan menghiburnya agar tidak menangis lagi.

Tangisan anak itu mulai melemah. Kakek Arifin dalam hatinya berpikir bahwa kini ia masih harus membayar banyak utang, bila ditambah anak ini lagi, pengeluarannya akan bertambah banyak.

Namun saat menatap wajah bayi itu yang merah karena kedinginan, kakek Arifin lalu memutuskan untuk membawanya pulang.

Setibanya di rumah, kakek Arifin menatap bayi itu dengan saksama. Mungkin bayi ini sudah kecapekan menangis, apalagi rumahnya hangat, kini bayi itu tertidur pulas.

Wajah kecil itu mulai membuat kakek Arifin teringat wajah kecil anaknya, Heri. "Ngapain masih pikirin anak nggak berbakti itu!" pikir kakek Arifin.

Kakek Arifin lalu mulai membuka bungkusan kain yang membungkus bayi itu, mendapati bahwa kain yang dipakai adalah kain halus yang hanya mampu dibeli keluarga berada. Kakek Arifin menghela nafasnya.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved