Bulog Akui, Serap Gabah Petani di Sumsel Tak Maksimal Karena Kendala Ini

lantaran sarana dan prasarana yang ada di unit Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik Divisi Regional Sumsel Babel masih terbilang minim.

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Reigan Riangga
SRIPOKU.COM/RANGGA ERFIZAL
Kepala Bulog Regional Palembang, Bakhtiar, Senin (11/12/2017). 

Laporan wartawan Rripoku.com, Rahmaliyah

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Penyerapan gabah milik petani di wilayah Sumatera Selatan hingga saat ini belum maksimal.

Hal tersebut lantaran sarana dan prasarana yang ada di unit Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik Divisi Regional Sumsel Babel masih terbilang minim.

Contohnya saja mesin-mesin pengolahan dan penggilingan yang jumlahnya terbatas dan kondisi mesin yang sudah tua.

Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Babel, Bakhtiar AS mengungkapkan, untuk di wilayahnya penyerapan gabah hanya dilakukan diempat unit, yakni Telang, Jatimulyo, Kayu Agung, dan Martapura.

Penyerapan gabah pun hanya berkisar 10-20 ton saja per unit gudangnya.

"Penyerapan gabah memang tetap kita serap, namun bukan menjadi fokus, prioritas yang selama ini dijalankan ada pada penyerapan padi dari petani," jelasnya, Senin (26/3/2018).

Baca: Nahas, Lempar Beras Bulog ke Pinggir Jalan, Sopir dan Kernet Diciduk Polisi

Meski demikian, kata Bakhtiar, pihaknya tetap berusaha untuk memaksimalkan penyerapan gabah, sesuai dengan program pemerintah.

Bahkan, tahun ini rencananya akan dibangun unit gudang pengolahan gabah baru di Sumsel. Yakni di Banyuasin dan OKU Timur.

"Sekarang dalam proses tender. Pembangunannya sendiri memakan waktu 5 bulan. Tahun ini sudah bisa dipakai.

Baca: Tekan Kenaikan Harga Beras, Bulog Divre Sumsel Kucurkan 51.000 Ton Beras Bansos Rastra

Dengan adanya unit gudang baru ini maka secara otomatis penyerapan dan pengolahan gabah akan meningkat. Bisa sekitar 200 ton per harinya," ujarnya.

Sementara itu, Pihaknya pun tahun ini diakui Bakhtiar tak bisa menyerap begitu banyak beras petani dikarenakan gudang Bulog hanya memiliki sejumlah outlet penyaluran seperti bantuan sosial dan beras cadangan pemerintah.

"Bansos sekian persen, rastra sudah tidak ada. Jika kita serap begitu banyak, maka butuh dilakukan pemeliharaan," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved