Sering Di-bully Teman Sekolah karena Miskin, Bocah SD Asal OKUS Ini Terpaksa Putus Sekolah

Padahal dia bercita-cita ingin menjadi seorang bidan. Menurut ayahnya, otaknya mudah tanggap.

Penulis: Alan Nopriansyah | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH
Jiwit bersama keluarga, Jumat (22/12/2017). Vera Susanti (10, kiri), salah satu putri Jiwit, telah dua tahun putus sekolah. Padahal dia mempunyai cita-cita menjadi bidan. 

Laporan wartawan Sriwijaya Post, Alan Nopriansyah

SRIPOKU.COM, MUARADUA - Vera Susanti (10), putri pertama dari pasangan Jiwit  (51) dan Evi Susanti, warga Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU  Selatan, Sumatera Selatan, terpaksa putus sekolah karena mengaku sering di-bully  teman-teman sekolahnya.

Selain itu dia juga malu karena tak pernah membayar uang iuran sekolah.

Padahal Vera bercita-cita ingin menjadi seorang bidan.

Jika masih lanjut sekolah saat ini Vera sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar  (SD).

Jiwit bersama keluarga, Jumat (22/12/2017). Vera Susanti (10, kiri), salah satu putri Jiwit, telah dua tahun putus sekolah. Padahal dia mempunyaj cita-cita menjadi bidan.
Jiwit bersama keluarga, Jumat (22/12/2017). Vera Susanti (10, kiri), salah satu putri Jiwit, telah dua tahun putus sekolah. Padahal dia mempunyai cita-cita menjadi bidan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

"Cita-citanya mau jadi bidan," ujar Jiwit kepada Sripoku.com, mewakili anaknya yang tak mau bicara, Jumat (22/12/2017).

"Padahal otaknya mudah tanggap. Akan tetapi disuruh sekolah tidak mau lagi,"  ujar Jiwit lagi.

Vera memang hidup dalam keluarga miskin yang serba kekurangan.

Ayahnya tidak mempunyai pekerjaan tetap.

Ibunya tak bisa membantu karena harus mengurus Vera dan kedua adiknya yang masih kecil.

Mereka tinggal di sebuah gubuk darurat yang didirikan di atas lahan kebun tuan tanah.

Tempat tinggal Jiwit bersama anggota keuarganya di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
Tempat tinggal Jiwit bersama anggota keluarganya di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

Karena himpitan ekonomi, terkadang keluarga kecil ini tak makan dalam seharian.

Sementara keluarganya tak bisa berbuat banyak, karena kondisi ekonomi mereka juga hampir sama dengan keluarga Jiwit.

Jiwit bersama dua dari tiga anaknya, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
Jiwit bersama dua dari tiga anaknya, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

Pejabat dinas pendidikan setempat belum memberikan pernyataan terkait Vera yang putus sekolah.

Sripoku.com belum berhasil menghubungi pihak dinas pendidikan.

Setelah diberitakan Sripoku.com, banyak warga yang bersimpati dengan kondisi keluarga Jiwit.

Jumat kemarin, keluarga Jiwit mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari program kementerian sosial.

Jiwit dan istrinya Evi Susanti, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
Jiwit dan istrinya Evi Susanti, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

Selain itu, siang kemarin keluarga Jiwit juga didatangi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk mengecek kesehatan keluarga tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Herman Azedi MM yang memimpin kunjungan beserta  perangkat desa memastikan kalau kesehatan anggota keluarga tersebut baik-baik saja.

"Memang keluarga miskin. Sudah kita kesehatannya. Mereka baik-baik saja," jelasnya Herman Azedi.

Selain itu pihak dinkes juga memberikan obat-obatan dan makanan ringan.

Herman menjelaskan keluarga Jiwit sudah mempunyai Kartu Indonesia Sehat (KIS) sejak lama.

Dua dari tiga anak Jiwit,waga Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
Dua dari tiga anak Jiwit,waga Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

"Dia sudah ada kartu KIS akan tetapi tidak tahu kalau itu untuk berobat. Karena  Pak Jiwit tidak bisa membaca," jelas Herman Azedi.

Sementara Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Endar Suhairi, mengatakan saat ini pihaknya belum bisa memberikan bantuan banyak karena tidak tersedianya program khusus untuk itu.

"Kita tidak ada program khusus untuk itu. Jadi kita belum bisa memberikan  bantuan. Akan tetapi untuk tahun 2018 sudah dimasukan ke Keluarga (PKH) dari  Kementerian Sosial," jelas Endar.

===============

Kadang Seharian tak Makan

Miris yang dialami keluarga kurang mampu, Jiwit (51) yang tinggal bersama keempat anggota keluarganya di sebuah gubuk yang berukuran 4x2 meter persegi.

Di dalam gubuk yang bersebelahan dengan kadang ayam tersebut tempat Jiwit bersama istri, Evi Susanti, dan ketiga buah hatinya tinggal.

Dinding gubuk darurat yang telah ditutup beberapa lembar plastik tersebut milik tuan kebun yang ia tumpangi.

Tempat tinggal Jiwit bersama anggota keuarganya di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
Tempat tinggal Jiwit bersama anggota keluarganya di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

Gubuk yang persis berada di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan yang berjarak 100 meter dari Desa Pelangki menjadi tempatnya berteduh dari air hujan dan terik mentari.

Baca: Hati-hati! Kecelakaan Lalu Lintas Bisa Bikin Orang Jatuh Miskin

Baca: Pernah Jatuh Miskin dan Jadi Kuli, Anak Musisi Ini Siap Kembali Dengan Musik

Baca: Bocah Miskin ini Diberi 2 Ikan Yang Ternyata Berisi Cincin Berlian, ini Yang Dilakukannya, Bikin. .

Dari penjelasan warga Desa Pelangki, Yudi, keluarga yang terdapat anak balita tersebut terkadang kesehariannya tidak memasak karena tidak mempunyai persediaan beras.

"Keluarga Pak Jiwit terkadang kesehariannya tidak memasak karena kehabisan persedian beras," ujar Yudi.

Pantauan Sripoku.com di lapangan tak banyak peralatan rumah tangga yang terdapat di gubuk tersebut.

Hanya terdapat teko dan panci yang tersedia di gubuk tanpa pintu penutup itu.

Lantai gubuk yang hanya beralaskan papan dan dilapisi selembar tikar yang sudah lapuk tempat kelima anggota keluarga itu tidur.

Jiwit yang merupakan kepala keluarga di rumah tangga tersebut tak punya pekerjaan yang pasti.

Terkadang kesehariannya mencari umbut dan sayur pakis untuk dijual yang bisa menghasilkan uang untuk keperluan membeli beras untuk makan sehari-hari.

Baca: Lamaran Ditolak Karena Miskin, Pemuda Ini Nekat Bilang “Izinkan Saya Berzina Dengan Anakmu”

Baca: Juni: Ditinggal Kekasih karena Miskin, Zulkifli Bangkit dan Lihat Kondisinya Sekarang

Baca: Rajin Lakukan Ini Setiap Malam, Pemuda Buta Miskin Ini Dapat Istri Cantik Lewat Mimpi. Ternyata

Pria berusia lebih setengah abad tersebut bertekad tetap mencari rejeki yang halal yang bisa menyambung kehidupan sehari-hari keluarganya.

Bukannya tidak mau bertani, modal dan tak punya ladang sendiri menjadi kendala baginya.

Istrinya Evi Susanti (45) pun tak bisa berbuat banyak.

Selain harus mengurus anaknya Aldi yang belum genap berusia dua tahun dan Bambang yang berusia 6 tahun dan anak tertuanya berusia 10 tahun.

Anak bungsunya Aldi, yang sakit-sakitan dan perutnya anak tersebut mulai membuncit namun tak pernah mereka bawa berobat ke dokter atau Puskesmas setempat lantaran tak mempunyai biaya.

Sedangkan anaknya yang tertua, Harmoko, yang berusia 10 tahun harus putus sekolah karena tak biaya.

"Ia tak mau lagi sekolah, lantaran malu tiap kali diminta uang iuran pupuan kelas ia tak punya," jelas Jiwit.

Jiwit dan istrinya Evi Susanti, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
Jiwit dan istrinya Evi Susanti, di rumahnya Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan. (SRIPOKU.COM/ALAN NOPRIANSYAH)

Tahun ini anaknya yang nomor dua Bambang (6) seharusnya masuk sekolah dasar (SD).

Lagi-lagi terkendala biaya. Jiwit masih bingung menyekolahkan anaknya.

"Seharusnya awal tahun ini ia telah didaftarkan. Akan tetapi jangankan biaya sekolah untuk makan sehari-hari pun susah," ungkapnya, Kamis (21/12/2017).

Bahkan saat ditanya tentang persediaan beras, Jiwit mengaku istrinya memasak 2 canting beras pada sore kemarin hingga hari ini.

Saat ditanya sanak saudaranya Jiwit, ia mengaku mereka terkadang membantu seadanya.

Namun karena semuanya juga orang yang kurang mampu tak bisa saling membantu.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved